tag:blogger.com,1999:blog-21367510649322918842024-03-06T00:54:15.136+07:00Dinas Pendidikan Jawa TengahTempat komunitas Dinas Pendidikan Kota Kabupaten di Jawa TengahAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06990598449501763678noreply@blogger.comBlogger681125tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-22076739833806692022016-05-07T20:58:00.001+07:002016-05-07T20:58:37.139+07:00Ganti Kacamata, Gessss!<a href='http://biogreen.biz/muhk3093/ganti-kacamata-gessss.htm'><img style='max-width:100%; height:auto' src='http://biogreen.biz/img/wallpaper/biogreen_022.jpg' alt='Ganti Kacamata, Gessss! Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1' align='left' hspace='10'></a><p>Gesa tampak berkeluh lagi di balik tas di depan wajahnya. Hari ini pembagian nilai ujian.<br />
“Udah, bersyukur..!” seru teman baik Gesa, Rere.<br />
“Gue aja yang wajib remedial biasa aja..” lanjutnya lagi.<br />
Gesa masih membeku dengan tas yang erat di kepit di lengannya. Wajahnya tak tampak karena tertutup tas.<br />
Tiba-tiba Dira, teman sekelas mereka berjalan melewati mereka. Dira berjalan santai dengan wajah yang sedikit naik ke atas. Dia berjalan terus tanpa memperdulikan dua teman sekelasnya yang duduk di bawah pohon taman sekolah.<br />
“Dasar, perempuan sombong” celetuk Rere.<br />
Gesa mulai sedikit menggeser rengkuhan tas di dadanya. Seketika dia melihat Dira, ia kembali menunduk.</p>
<p>Rere mulai gelisah karena sikap plegma-sanguinnya, membuat dia tidak terlalu memikirkan masalahnya. Tetapi tidak dengan Gesa. Dengan sedikit memaksa Rere kembali merusuh kediaman Gesa.<br />
“Ges, gue heran ya, kenapa lu terlalu memikirkan nilai yang kalau menurut gue itu ya, aman. Coba deh lu lihat gue..”<br />
Gesa mulai bergerak. Matanya memerah karena cukup lama terpejam. Rere sedikit menyunggingkan ujung bibirnya. Dia langsung memeluk Gesa.<br />
“Ges, gue sedih liat lu seperti ini. kita ga boleh terus berlarut. uda yaa, gimana kalau kita nge-ice cream bentar, gue traktir…” Rere melepas pelukannya.<br />
Gesa mulai sedikit terseny <br><i>... baca selengkapnya di </i><b><a href='http://biogreen.biz/muhk3093/ganti-kacamata-gessss.htm'>Ganti Kacamata, Gessss! Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu</a></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06990598449501763678noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-25556709598580958192012-08-13T21:46:00.002+07:002012-08-13T21:46:24.736+07:00Keajaiban ikhlas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"> </span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"></span><div style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">
<div style="font-size: 12pt;">
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Kebanyakan kita berpikir, bahwa ikhlas adalah kondisi dimana kita harus menerima sesuatu dengan pasrah, karena kita memang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, ikhlas = ketidak berdayaan. Karena kita juga memahami “ikhlas” sebagai senjata terakhir saat segala upadaya telah gagal dikerjakan. Benarkah “ikhlas” se-naif itu ?. </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Namun ternyata lebih dari itu, bahkan Maha Dahsyat. Ikhlas adalah bentuk “keberserahan”, BUKAN “menyerah”. Mungkin anda bertanya “Lha kan sama “berserah” dengan “menyerah” ?”. Perbedaannya adalah saat anda “menyerah” identik dengan kondisi putus asa, karena sudah tidak ada lagi jalan keluar. Sementara “berserah”, adalah bentuk kesadaran kita, bahwa ada yang lebih ber-Kuasa dari kita, oleh karena kita tidak lebih kuasa, maka kita “berserah” pada yang lebih ber-Kuasa. Dalam hasil riset David Hawkins (untuk menempuh gelar Doktor), yang ditulis dalam bukunya “Force vs Power” disebutkan bahwa, “Menyerah” itu level energi-nya 50, sementara “Berserah” ada di level 540 (sepuluh kali lipat lebih) </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Sedikit mengutip dari Al-Quran, yaitu surat Al Baqarah ayat 156. </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">"orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali)" </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Dari kalimat “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un” ini mungkin sudah cukup jelas, ada pesan bahwa ketika kita mendapat kesusahan, kita harus menyadarkan diri (merubah kesadaran), bahwa kita bukanlah siapa-siapa, dan bahwa ada Tuhan yang lebih berkuasa atas kita. </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Lalu apa yang terjadi ketika kita dikondisi “berserah”. Dalam buku yang sama “Force vs Power” disebutkan bahwa kondisi emosi atau perasaan yang terjadi adalah Tenang dan Hening. Dan kita harus menyadari, sudahkah kita ikhlas menerima suatu masalah atau musibah yang telah kita menimpa kita, contoh : disaat suatu kejadian kita mengatakan “saya sudah ikhlas menerima semua ini”, tapi masih menangis sesengukan, maka jelas itu belum ikhlas. Atau selama masih ada : sedih, kecewa, menyesal atau apapun, selama rasa itu bukan tenang dan hening, maka dapat dipastikan itu bukan ikhlas. Ketika kita mendapat masalah harusnya segera kita swicth ke ikhlas, diiringi perasaan tenang dan hening. </span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: times new roman, new york, times, serif;">Dan menarik-nya dikondisi Tenang dan Hening tersebut level energy kita 540, dan wujud energy itu bergetar, getarannya keluar dari tubuh kita, yang disebut dengan vibrasi. Vibrasi yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik, dan vibrasi yang baik tersebut bisa menjadi magnet, magnet bagi apapun yang ada dalam semesta ini, Magnet Finansial, Magnet Relationship, Magnet Penyembuhan, Magnet Keajaiban, Magnet bagi apapun sesuai keinginan kita... </span></div>
</div>
</div>
<span class="fullpost">
</span></div>
fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-2122475339706796862012-08-13T21:40:00.001+07:002012-08-13T21:40:12.444+07:00Jangan pernah matikan mesin motor anda<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Tulisan ini terinspirasi saat pagi-pagi ngisi bensin sambil ngantar istri belanja. Baru jam 6 pagi, tapi antrian sudah panjang, paling tidak ada 5 motor di depan saya. Dua jalur. Di pulau pompa lain yg dibuka ekstra untuk mengurangi antrian, kondisinya juga sama. </span><div>
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Sebetulnya ini kejadian yang jamak, tapi entah kenapa malah membuat saya teringat emai lama yang pernah saya terima. Tentang sebagian orang yang "terlalu rajin" menghidupkan mesin motornya selama antrian. Barangkali, dengan lebih mengerti cara berpikir mereka, kita "bisa lebih bersimpati" pada mereka-mereka ini.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Berikut ini adalah alasan-alasan yang mungkin ada di benak mereka:</span></div>
<div>
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">1. Kami sudah capek menghadapi masalah hidup kami. Jangan lagi suruh kami untuk mengeluarkan energi untuk mendorong motor kami. Ya.... Meskipun hanya untuk jarak 5 - 10 meter.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">2. Kami sudah kenyang menghirup gas CO2 dan gas/zat berbahaya lain di jalanan. Maka soliderlah anda yg ada di belakang saya. Rasakanlah gak enaknya jadi orang yang harus merasakan menghirup gas knalpot kami..</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">3. Kami gak miskin-miskin amat kok untuk membeli bbm bersubsidi. Salah pemerintah mensubsidi bbm kami. Kalau gak percaya kami gak miskin, nih.. kami mampu kan memboroskan bensin kami dengan menghidupkan mesin saat gak perlu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">4. Kami ingin mendapatkan pahala tanpa bersusah payah beramal. Kalau anda marah atau cuma berpikiran buruk tentang kelakuan saya ini, berarti pahala amal baik anda akan berpindah ke saya bukan? Terima kasih atas transfer pahalanya..</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">5. ..... (Silakan tambah sendiri).</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Alhasil, kesimpulannya.. Jangan pernah matikan mesin motor anda saat antre bensin..</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Salam dari atas mobil yang sedang menuju ke Bandung,</span><div>
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;" /><div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">Johan Romadhon</span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"> </span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif;"><div style="text-align: center;">
<br /></div>
</span></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;">6 Agustus 2012/18 Ramadhan 1433</span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"> </span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><div style="text-align: center;">
Sent from my Blackkerupuks®</div>
</span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px;"><div style="text-align: center;">
powered by Gusti Allah</div>
</span><span class="fullpost">
</span></div>
</div>
</div>
fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-23652163473366693032012-08-04T21:36:00.001+07:002012-08-04T21:36:08.546+07:00Sering Tersenyum Meskipun Terpaksa Bisa Kurangi Risiko Sakit Jantung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Jakarta, Meski sedang menghadapi banyak masalah, biasakan untuk selalu tersenyum. Bukan cuma mengalihkan stres, segaris senyum di wajah bisa membuat denyut nadi tetap stabil dan terhindar dari risiko sakit jantung yang mematikan.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Tidak peduli senyum asli atau yang dibuat-buat, ekspresi yang menjadi simbol kebahagiaan itu bisa membuat ritme jantung lebih stabil meski sedang stres. Umumnya saat stres, denyut jantung akan meningkat dan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi maupun gangguan jantung.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Para ilmuwan di University of Kansas menggolongkan senyuman ke dalam 2 jenis. Seyuman jenis pertama adalah senyum yang dibuat-buat yang hanya melubatkan otot-otot di sekitar mulut, sedangkan jenis berikutnya adalah senyum asli yang juga melibatkan otot di sekitar mata.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Efeknya bagi jantung tentu saja lebih teramati pada senyum asli, yang muncul secara tulus dari dalam hati. Meski demikian, senyum yang dibuat-buat pun tetap memberikan efek yang menguntungkan bila dibandingkan yang eksperi wajahnya biasa saja.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Bahkan ketika sejumlah relawan diminta mengganjal mulutnya pakai sumpit agar membentuk senyuman, ritme jantungnya menjadi lebih stabil dibanding ketika ekspresi mukanya datar-datar saja. Padahal seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Kamis (2/8/2012), para relawan tidak terang-terangan disuruh untuk tersenyum.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Tara Kraft dan Sarah Pressman yang melakukan penelitian ini telah membuktikan hubungan antara senyum dengan ritme jantung pada 1698 relawan. Selain disuruh mengganjal mulut dengan sumpit, para ilmuwan ini juga melatih relawan untuk tersenyum meski sedang stres.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">Dalam keseharian, sebenarnya memang tidak sulit untuk membuktikan bahwa senyum punya efek menyejukkan dalam arti meredakan stres. Namun jika berlebihan, kadang-kadang seseorang yang selalu tersenyum justru bisa menjadi indikasi bahwa dirinya sedang stres.</span><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><br style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;" /><span style="background-color: white; color: #454545; font-family: Georgia; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: -webkit-auto;">(ir/ir) </span><span class="fullpost">
</span></div>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-53174181888437361952012-08-04T21:05:00.001+07:002012-08-04T21:07:07.414+07:00UKG ONLINE 2012: Inilah Contoh Soal Uji Kompetensi Guru Pedagogik SD, SMP, SMA, Dan SMK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
JAKARTA: UKG pedagogik bertujuan mengukur kompetensi pedagogik dalam domain content. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik).</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
<br /><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Inilah contoh soal UKG:</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
<span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pernyataan di bawah ini yang merupakan karakteristik perkembangan peserta didik SD dari aspek sosial yaitu ....</span><br /> mulai menyukai teman sebaya sesama jenis<br /> berperan serta dalam permainan logika<br /> menyukai teman sebaya lawan jenis<br /> dapat bekerja dalam durasi waktu yang lama<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Anak usia SD sering disebut “usia berkelompok”. Hal tersebut menunjukkan karakteristik perkembangan anak aspek ….</span><br /> intelektual<br /> emosional<br /> sosial<br /> moral<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pernyataan di bawah ini merupakan karakteristik perkembangan peserta didik SDditinjau dari aspek fisik, kecuali ....</span><br /> menunjukkan variasi yang besar pada tinggi dan berat badan<br /> memiliki keterampilan fisik untuk memainkan permainan<br /> penambahan-penambahan dalam kemampuan motorik halus<br /> memiliki kemampuan dalam mengangkat beban yang berat<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kreativitas merupakan salah satu karakteristik perkembangan intelektual siswa SD, yang artinya kemampuan …</span><br /> Penalaran yang menggunakan logika-logika yang dapat diterima oleh semua orang dan </div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
menghasilkan penyelesaian persoalan untuk mengambil keputusan<br /><br /> Berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan </div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan<br /><br /> Mengembangkan ide-ide secara cerdas dalam rangka penyelesaian masalah-masalah yang</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
dihadapi dalam kehidupan masa sekarang maupun masa yang akan datang<br /><br /> Memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sering dilakukan dan </div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.4; outline: 0px; padding: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
menghasilkan kepuasan kepada dirinya sendiri dan orang lain<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pernyataan di bawah ini merupakan karakteristik perkembangan peserta didik SD aspek emosional, kecuali ....</span><br /> kesulitan memulai sesuatu, tetapi jika berhasil akan bertahan sampai akhir<br /> mulai muncul perasaan simpati kepada orang yang lebih dewasa<br /> menampakkan marah apabila mengalami kesulitan di sekolah<br /> memiliki rasa humor yang diekspresikan dalam lelucon praktis<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Perkembangan perilaku moral dan perkembangan konsep moral merupakan fase-fase perkembangan moral yang harus dicapai seorang anak. Pada fase perkembangan perilaku moral, seorang anak belajar melalui cara-cara berikut, kecuali …</span><br /> trial and error<br /> pendidikan langsun,<br /> identifikasi<br /> observasi<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mata pelajaran PKn, salah satu minat siswa usia SD yang dapat teridentifikasi dalam proses pembelajaran adalah minat terhadap …</span><br /> masalah sosial<br /> tubuh manusia<br /> kesehatan manusia<br /> bidang olahraga<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dalam pembelajaran PKn, guru kelas SD mengajarkan tentang kompetensi dasar: “Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat”, kompetensi prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah …</span><br /> mengenal pentingnya tata tertib di mayarakat<br /> mengenal lingkungan rumah dan sekolah<br /> melaksanakan hidup rukun di masyarakat<br /> mengikuti tata tertib di rumah dan sekolah<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dalam pembelajaraan Matematika, ketika guru mengaitkan materi pelajaran dengan kebutuhan hidup sehari-hari maka guru telah berupaya agar pembelajaran memungkinkan bagi guru untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap …</span><br /> kesehatan<br /> status<br /> penampilan<br /> pekerjaan<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, saat ada siswa yang sangat ingin memerankan tokoh dongeng yang disukainya berarti guru telah menyajikan bahan pelajaran dengan menarik, dengan demikian guru dapat mengindentifikasi minat siswa terhadap …</span><br /> penampilan<br /> pekerjaan<br /> sekolah<br /> status<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dalam proses pembelajaran tentang kompetensi dasar: ‘mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat (makanan, air, pakaian, udara, lingkungan sehat)’, guru tampak dapat mengidentifikasi siswa yang selalu bertanya dan mampu membuat laporan tentang apa saja yang diminatinya dengan sangat baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa guru dapat mengidentifikasi minat siswa terhadap …</span><br /> kesehatan<br /> seks<br /> penampilan<br /> pekerjaan<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mata pelajaran IPS ‘minat siswa terhadap lambang status’. Salah satunya adalah …</span><br /> nama-nama keluarga<br /> penampilan diri<br /> ikatan kekerabatan<br /> jenis pekerjaan orang tua<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sebelum mempelajari :’Perkalian bilangan’, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan …</span><br /> membagi<br /> menjumlah<br /> mengurang<br /> menghitung<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Untuk kompetensi dasar: ‘mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana, maka kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan …</span><br /> membuat karangan deskriptif<br /> melengkapi kalimat belum selesai<br /> menyusun kalimat sederhana<br /> membaca kalimat sederhana<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari kompetensi dasar: ‘Mendeskripsikan gejala alam yang terjadi negara tetangga’, adalah …</span><br /> mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Indonesia<br /> mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Eropa<br /> mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Asia<br /> mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Afrika<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Berikut ini kesulitan yang dimungkinkan muncul pada siswa SD disebabkan adanya kerusakan-kerusakan pada organ wicara, kecuali …</span><br /> artikulasi<br /> suara<br /> kosakata<br /> kelancaran<br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Berikut ini karakteristik anak berkesulitan belajar Matematika yang sering dialami siswa usia SD, kecuali …</span><br /> performance IQ lebih tinggi dari skor Verbal IQ<br /> adanya gangguan hubungan keruangan<br /> kesulitan dalam bahasa dan membaca<br /> gangguan mengenal dan memahami simbol<br /><br /><br /><br /><span style="background-color: transparent; border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Salah satu contoh kesulitan belajar bahasa ang termasuk dalam kekurangan kemampuan kognitif adalah …</span><br /> merumuskan alternatif pemecahan masalah<br /> menangkap makna secara penuh<br /> mengingat kembali kata-kata<br /> membandingkan informasi yang diterima.(api)</div>
<br /></div>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-75302451201233831612012-07-30T21:58:00.000+07:002012-07-30T22:03:38.610+07:00PELATIHAN TEKNIK PEMBUATAN PAKAN IKAN (PELET)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
Tanggal 5 Agustus 2012, </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bogor
Dunia usaha perikanan semakin dituntut untuk dapat memanfaatan lahan secara optimal sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Sejalan dengan intensifikasi lahan maka ketersediaan pakan sebagai penunjang keberhasilan sektor perikanan dewasa ini menjadi penentu utama yang dikarenakan biaya produksi sebesar 60 – 70 % di sektor perikanan dihabiskan untuk konsumsi pakan ikan.
<span class="fullpost"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">Pelatihan ini dirancang 50 % teori dan 50 % praktek sebagai salah satu cara untuk mensosialisasikan teknik pembuatan pakan ikan secara praktis dan ekonomis. Dengan penggunaan bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan maka diharapkan harga pakan ikanbuatan yang dihasilkan dapat ditekan sehingga biaya produksi sektor perikanan dapat mengalami penurunan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">TUJUAN PELATIHAN </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">² Mengetahui bermacam-macam pakan ikan baik yang alami maupun buatan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">² Mengetahui bahan-bahan lokal yang dapat dipergunakan sebagai pakan ikan buatan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fullpost">² Memahami prinsip-prinsip pembuatan pakan ikan buatan </span><br />
<span class="fullpost">² Mengetahui aspek ekonomi untuk pembuatan pakan ikan buatan </span><br />
<br />
<span class="fullpost">MATERI PELATIHAN </span><br />
<span class="fullpost">² Mengetahui macam makanan ikan dan pencernaannya </span><br />
<span class="fullpost">² Memahami pengetahuan gizi yang dibutuhkan oleh ikan </span><br />
<span class="fullpost">² Mengetahui penyusunan formula atau ramuan yang diperlukan sesuai dengan fase ikan </span><br />
<span class="fullpost">² Mengetahui prinsip-prinsip umum dalam pembuatan pakan ikan buatan </span><br />
<span class="fullpost">² Mengetahui pengujian mutu pakan ikan buatan secara praktis </span><br />
<span class="fullpost">² Memahami prinsip-prinsip dalam penyimpanan pakan ikan buatan </span><br />
<span class="fullpost">² Memahami cara pemberian dan jumlah pemberian pakan ikan serta pengaruh lingkungan </span><br />
<br />
<span class="fullpost">PESERTA PELATIHAN </span><br />
<span class="fullpost">² Community Development (COMDEV) perusahaan untuk pemberdayaan masyarakat dilingkungan perusahaan</span><br />
<span class="fullpost">² Karyawan swasta dan negeri untuk mempersiapkan diri di masa pensiun </span><br />
<span class="fullpost">² Calon wirausahawan yang ingin membidangi usaha pembuatan pakan ikan </span><br />
<span class="fullpost">² Pengusaha yang ingin menambah wawasan di bidang pembuatan pakan ikan dengan prospek ekonominya </span><br />
<br />
<span class="fullpost">INVESTASI </span><br />
<span class="fullpost">Biaya pelatihan adalah sebesar Rp 350.000 nett / peserta. Biaya termasuk konsumsi (makan siang dan coffe break), training kit, dokumentasi, materi pelatihan, praktek lapang dan sertifikat. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">IKUTI JUGA : </span><br />
<span class="fullpost">Pelatihan Teknik Kultur Pakan Ikan Alami Pada Tanggal 26 Agustus 2012, di Bogor </span><br />
<span class="fullpost">Pelatihan Teknik Penyulingan Minyak Atsiri Pada Bulan September , di Bogor </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Informasi dan pendaftaran silakan menghubungi: </span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">MITRA AGRO
agro training consulting </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Jl.Nusa Indah No.10 Kendal - Semarang </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Uli (085727377813), </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Novi (081914431060) </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Telp/Fax. (081919312631) / (0294 - 3689841)</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="fullpost">Email trainingagro@yahoo.com
</span></div>
</div>
</div>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-55548391814224717802012-07-30T20:21:00.002+07:002012-07-30T20:59:17.298+07:00www.snhu.edu place to take you into a millionaire<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQC3lhu3yp8IzaRD79BZN-19ZGRHneEcltrUkiKO1ij_xP1WR0-lsohA23wUQ0mHz03v3QTv0Czbq4VpwtuTHvCeCwSiudO9nT8PBU03r8OhqY_MrgVq0rgo91qEWTYRvTbjL9dEbq_adL/s1600/Untitled.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="31" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQC3lhu3yp8IzaRD79BZN-19ZGRHneEcltrUkiKO1ij_xP1WR0-lsohA23wUQ0mHz03v3QTv0Czbq4VpwtuTHvCeCwSiudO9nT8PBU03r8OhqY_MrgVq0rgo91qEWTYRvTbjL9dEbq_adL/s200/Untitled.bmp" width="200" /></a></div>
Dropout from college. It must be very difficult to go through day after day without having to learn about business. But do not worry about it because here <a href="http://www.snhu.edu/billionaire-college-dropout.asp">http://www.snhu.edu</a>, you will get many benefits if you should have your dropout from college. Like Mark Zuckerberg is a millionaire, he dropout from college and become a millionaire.<br />
<br />
You do not worry if you do not get your college degree. You will be between being a millionaire by following us on <a href="http://www.snhu.edu/billionaire-college-dropout.asp">http://www.snhu.edu</a> program.<br />
<br />
In <a href="http://www.snhu.edu/billionaire-college-dropout.asp">http://www.snhu.edu</a>, you'll get people who dropout of their college, but they benefit from dropuot it as a millionaire who is legendary.
Please visit the site <a href="http://www.snhu.edu/billionaire-college-dropout.asp">http://www.snhu.ed</a>u. Then you will become a millionaire the next. believe it.<br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="en"><br /> <span class="hps">Below is</span> <span class="hps">a picture</span> <span class="hps">of people</span> <span class="hps">who</span> <span class="hps">have been</span> <span class="hps">successful</span> <span class="hps">and</span> <span class="hps">becoming</span> <span class="hps">a millionaire</span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.snhu.edu/collegebillionaire_700px.png" target="_blank"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK18aLqv1pQDowFRUO0HhrttXMUJobe0r6MKlLMnF9z3evTdOxpkENEZUYmAYWg_iBWIsAC7tcMbn2jHplIJ9LqmSrAM4oqHc4abs0XRH9GlmsszfEfd-tJ0Pe2n9k1Pi1TnZAXGmBIei9/s320/collegebillionaire_700px.png" width="42" /></a></div>
<span class="" id="result_box" lang="en"><span class="hps"> </span></span> </div>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-7419831250993665992012-07-29T23:38:00.003+07:002012-07-29T23:38:23.635+07:00Beasiswa PhdInformasi Selengkapnya bisa di ambil di <a href="http://www.astate.edu/a/graduate/degrees-offered/phd-in-molecular-biosciences.dot">http://www.astate.edu/a/graduate/degrees-offered/phd-in-molecular-biosciences.dot</a>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-33599987855426600632012-07-29T23:30:00.003+07:002012-07-29T23:30:56.518+07:00Ibuku, Perpustakaan PertamakuIbuku, Perpustakaan Pertamaku
<span class="fullpost">
Wijaya Kusumah,
Penulis buku Guru Tangguh Berhati Cahaya
Berdomisili di Jakarta
Malam makin larut. Anak dan istriku sudah tertidur lelap.Tinggal aku sendiri yang masih belum bisa tidur. Entah kenapa mata ini sulit sekali terpejam, dan tiba-tiba saja aku melihat foto almarhum ibu bersamaku sedang memegang sebuah buku.
Bagiku, ibuku adalah perpustakaan pertamaku. Setiap kali ada hal yang tak bisa kujawab, kutanyakan kepada ibu. Hebatnya, ibuku selalu saja bisa menjawab pertanyaanku. Ibu seperti perpustakaan yang lengkap dan tahu dimana buku-buku itu diletakkan.
Ibuku memang hebat dalam membaca buku. Mungkin itu yang membuatnya serba tahu bila kami anak-anaknya bertanya. Bila ibu tak bisa menjawabnya, maka dia akan mencari tahu dan bertanya kepada orang yang tahu.
Di rumah, kami berlangganan majalah dan koran. Dengan begitu kami tak pernah ketinggalan informasi baru. Bahkan majalah bobo selalu setia menemaniku. Ada paman gembul yang lucu. Dengan perut besar berada di tubuhnya.
Terkadang aku jadi geli sendiri sebab kini perutku sudah seperti paman gembul yang lucu. Jadi malu dech aku, hehehe.
Ibuku memang mendidikku untuk rajin membaca. Waktu itu belum ada internet seperti sekarang ini. Berita di televisepun baru ada TVRI dan radio di RRI. Pokoknya jadul banget dah!
Ibuku memang kutu buku. Di tengah-tengah kesibukannya masih suka membaca. Bagi ibu membaca adalah jendela dunia. Siapa yang rajin membaca, maka dia serasa berkeliling dunia. Baca buku,buka dunia. Itulah motto yang dituliskan ibu di meja belajar kami anak-anaknya.
Peran ibu dalam pendidikan anak memang tak bisa diremehkan. Aku suka dan hobi membaca seperti ini karena didikan ibuku. Ibu selalu mengingatkan pentingnya membaca, khususnya membaca buku dan membaca kalam ilahi. Oleh karenanya semua anak-anaknya diwajibkan ikut pengajian di mushalla Nuruli mandekat rumah kami di Kodamar Sunter Jakarta Utara.
Aku masih ingat ketika pak ustadz Syamsulis Ismail mengajariku membaca Al-quran. Dari beliaulah aku mengenal “iqra” dan menghapal surat-surat pendek dalam Al-quran. Alhamdulillah, tamat sekolah dasar aku sudah khatam Al quran. Hanya saja perlu sedikit dibenahi bacaan tajwid dan makhroznya. Jujur aku akui bahwa aku belum bisa membaca Al-quran secara tartil.
Ibuku selalu membimbingku dan membetulkan bacaan Al-quran yang aku baca dengan keras. Ibu selalu mengecek bacaan qur’an anak-anaknya. Ibupun selalu melengkapi buku-buku pelajaran kami di sekolah. Bila kurang lengkap, ibu biasanya mengajakku ke toko buku.
Ibu mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu. Dengan banyak membaca buku akan banyak ilmu yang didapatkan. Bahkan Allah berfirman dalam Al quran bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya (QS Al-Mujaadilaht ayat 11)
Membaca buku jelas berbeda dengan membaca di internet. Membaca buku jauh lebih baik hasilnya dari pada membaca di internet yang terkadang artikelnya tidak dikemas secara lengkap. Sering kali merupakan potongan-potongan dari isi buku. Sedangkan dari membaca buku, kita mendapatkan informasi dari a sampai z secara utuh. Itulah kenapa ibuku selalu member contoh dalam membaca buku.
Tantowi Yahya yang diangkat menjadi duta baca Indonesia mengatakan bahwa membaca adalah penyakit menular yang harus ditularkan kepada khalayak ramai. Membaca adalah jendela menjadi pintar. Tidak banyak membaca akan membuat kita menjadi bodoh. Bodoh itu mendekati kemiskinan.
Ibuku memang perpustakaan pertamaku. Beliaulah yang mengajariku membaca dan menulis. Di sekolahku bapak dan ibu guru juga membantuku dalam hal membaca buku agar aku jadi anak yang pintar.Tapi bagiku, ibuku adalah guru utamaku.
Kini aku merasakan benar kehebatan ibu dalam mengajarkan kami membaca.Tak terasa membawa kami dalam melangkah mewujudkan mimpi-mimpi kami. Dari 6 orang anaknya, 4 sudah sarjana dan dua sarjana muda. Bahkan sudah ada dua orang yang sudah lulus pasca sarjana. Alhamdulillah.
Meskipun ayahku sangat sibuk melaut, ayah tak pernah lupa mengajak kami ke took buku. Sebulan sekali ayah mengajak kami ke took buku untuk membeli buku baru. Biasanya ibu yang lebih banyak beli bukunya, sedangkan aku lebih suka beli buku Komik atau novel. Waktu itu aku lebih suka baca lupus dan komik tintin.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Aku merasakan benar entingnya membaca buku yang diajarkan ibuku. Tak salah bila aku menyebut ibuku sebagai perpustakaan pertamaku, karena beliaulah tempat aku bertanya dari kegelapan ilmu pengetahuan yang kumiliki saat itu. Hobi membaca menular kepadaku. Tak salah bila akupun mengajarkan anak-anakku senang untuk membaca buku.
Kedua anakku, Intan dan Berlian selalu aku ajak ke took buku memilih apa yang disukainya. Istrikupun demikian. Sangat hobi membaca buku, makanya aku suka ketawa sendiri. Selimut istriku adalah buku karena sering tertidur setelah membaca buku atau majalah yang disukainya.
Koran kompas, dan majalah bobo adalah santapan tambahan keluarga kami. Anak-anakku harus senang dan suka membaca agar mereka pintar dan mampu menulis sepertiku.
Ibuku adalah perpustakaan pertamaku. Tiba-tiba saja aku ingin sekali berjumpa dengannya. Ibu selalu membacakan aku dongeng atau cerita dari buku yang dia baca. Aku akan tertidur pulas ketika ibu menyelesaikan cerita-ceritanya. Seperti dongeng kancil yang suka mencuri ketimun. Akupun larut dalam mimpi indah bersama cerita ibu.
Sayang beliau telah tiada. Tinggal rasa sedih menerpa diri. Belum sempat berbakti ibu sudah dipanggi lIlahi Rabbi. Ingin sekali aku memelukmu. Seperti anak-anakku memeluk mamanya dalam tidurnya. Tinggallah aku sendiri menuliskan kisah ini di ponsel jadulku. Kapan-kapan akan kuceritakan kembali tentang kehebatan ibuku yang suka membaca. Baik membaca buku maupun kitab sucinya. Rasanya tak pernah ibuku meninggalkan membaca Al quran dalam sehari.
Ibuku, perpustakaan pertamaku. Selalu siap menjawab semua pertanyaanku yang selalu ingin tahu. Dengan lembut beliau menjelaskan apa yang kutanyakan. Cuma satu pertanyaanku yang tak bisa dijawabnya. Kapan kita akan mati?
link asal <a href="http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=731:ibuku-perpustakaan-pertamaku&catid=4:bingkai-sekolah&Itemid=5">http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=731:ibuku-perpustakaan-pertamaku&catid=4:bingkai-sekolah&Itemid=5</a>
</span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-89270086437705867862012-07-29T22:48:00.000+07:002012-07-29T22:48:20.501+07:00Informasi Kuliah GratisDapat informasi dari forum guru bahwa ada kuliah gratis di rumah.. Langusng saja ini cerita dari ibu ines yang bekerja sebagai guru di salah satu sekolah internasional di jerman.<span class="fullpost">
Judul dari postingan bu ines adalah "SAYA KULIAH DI RUMAH". Ini ceritanya.
Setelah beberapa menit mencari-cari kelas mana yang saya butuhkan, beban kuliah, jadwal, dan melihat-lihat profil professornya, maka saya putuskan untuk mengambil kelas-kelas berikut. Saya akan mengambil kelas “Internet History, Technology, and Secutiry” dari University of Michigan selama 7 minggu, kelas “Introduction to Astronomy” dari Duke University selama 9 minggu, dan kelas “Chemistry: Concept Development and Application” dari Rice University selama 10 minggu.
Setelah puas memilih kelas yang saya inginkan, saya langsung mendaftar. Proses pendaftaran tidak bertele-tele dan tidak menuntut syarat-syarat dokumen yang seringkali menghalangi kita untuk kuliah. Saya hanya perlu mengisi nama lengkap dan alamat email. Proses pendaftaran hanya memakan waktu beberapa detik. Semua kuliah ini akan saya lakukan dari rumah atau dari manapun asalkan ada sambungan internet, dan tanpa biaya pendaftaran, biaya kuliah, biaya materi, maupun biaya ujian. Semuanya gratis karena program yang saya ikuti yang digagas oleh University of Standford ini sudah didanai oleh para donatur.
Setelah melihat profil para professor yang akan mengajar saya dari berbagai universitas di atas, saya semakin semangat belajar. Tidak cuma profil professornya yang membuat saya semangat, bahan-bahan ajar gratis dari buku sampai website yang diberikan sebagai persiapan sebelum kelas dimulai juga membuat saya semangat. Beginilah rupanya pendidikan abad ke 21, begitu efisien, fleksibel, dan mudah diakses. Dari pengalaman saya ini, saya semakin tidak mengerti setiap kali mendapati segala halang rintang, persyaratan dan biaya yang membebani di berbagai institusi pendidikan di Indonesia. Bukankah sekarang dengan teknologi bukan jamannya lagi kita menghalangi orang lain untuk maju?
Bagaimana saya bisa mendapatkan kemudahan kuliah gratis dari berbagai universitas sekaligus? Jawaban nya ada di COURSERA. (https://www.coursera.org/ ) COURSERA berpartner dengan banyak universitas kelas atas dunia untuk memberikan kuliah gratis secara online kepada khalayak. Pendidikan kelas dunia yang selama ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang pilihan tertentu bisa juga dinikmati oleh banyak orang lain. Sampai saat ini, sudah ada 16 universitas yang bergabung dengan COURSERA dan 111 kelas yang tersedia. Universitas-universitas seperti Stanford University, Princeton University, The University of Edinburgh, University of Toronto dan masih banyak lagi telah bersumbangsih dalam proyek ini. Belajar Filosopi, sampai quantum mechanics, nanoteknologi dan genetika sangat memungkinkan dilakukan di rumah dan tidak perlu menunggu kita punya uang beratus-ratus juta untuk bisa pergi ke luar negeri dan mempelajarinya.
Hanya karena kuliah ini gratis dan online, saya tidak bisa menganggapnya enteng. Ada kelas bersama para professornya yang perlu saya hadiri, kegiatan interaktif bersama mahasiswa lain, tugas-tugas mingguan, quiz, bahkan ujian akhir. Dan ini bisa menyita waktu saya sebanyak 4-8 jam per kelas per minggu. Untuk kelas-kelas tertentu peserta harus memiliki background yang kuat di beberapa bidang. Misalnya kelas astronomi yang saya ambil menuntut peserta untuk menguasai ilmu Aljabar. Peserta kuliah tentu saja harus fasih berbahasa Inggris. Walaupun tidak ada tes masuk untuk melihat kemampuan peserta baik dalam bahasa Inggris maupun mata pelajaran prasyarat yang harus dikuasai, dalam prosesnya, mereka yang tidak mampu mengikuti kuliah ini dengan sendirinya akan gugur dan tidak bisa mendapatkan kelulusan.
Saya senang di tengah kesibukan saya mengajar murid-murid saya dan sederet kesibukan lain saya masih bisa kembali lagi mengenyam pendidikan tinggi bersama professor-professor kelas dunia. Saya membayangkan saya bisa memasak sambil mendengarkan kuliah dan sesekali berinteraksi dalam kelas. Saya bisa mengerjakan tugas saya ketika menunggu antrian di bank atau supermarket. Saya bisa membaca buku dan materi pelajaran lainnya sambil menunggu putri saya main sepakbola, dan masih banyak lagi waktu yang bisa saya manfaatkan.
Tidak hanya karir saya yang bisa meningkat atau meluas dengan pendidikan tinggi yang saya ambil di berbagai universitas top dunia ini tetapi terutama sebagai manusia saya menjadi lebih baik, terdidik, berilmu, dan bermanfaat. Saya adalah seorang guru dan seorang ibu, apa jadinya generasi yang saya didik apabila saya berhenti belajar? Tidak ada halangan lagi bagi siapapun untuk bisa menikmati pendidikan tinggi. Halangannya hanya ada pada diri kita sendiri. Selamat belajar.
Sebelumnya minta maaf karena ceritanya kopi paste dari situs aslinya... situs aslinya bisa dikunjungi di <a href="http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/21/saya-kuliah-di-rumah/">http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/21/saya-kuliah-di-rumah/</a>
</span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-37629144689574298232011-05-13T01:56:00.000+07:002011-05-14T03:44:13.298+07:00Menimbang KepintaranBagi John Mayer, kepintaran itu momok yang tak menarik. Ia tak memikat<br />seperti gitar yang indah dipetik. John tak hanya menjuluki dirinya tak<br />pintar, tetapi juga nerd, kuper, kurang gaul. Dia bukan tipe anak SMA yang<br />dikerling oleh teman-teman perempuan, apalagi disapa dengan senyuman.<span class="fullpost"> <br /><br />Sementara teman-temannya sibuk kencan dan bergoyang di panggung pesta prom,<br />John memetik gitar di kamarnya sambil membayangkan menyanyi di atas panggung<br />yang terang. John lebih tertarik garasi yang sepi ketimbang dunia akademis<br />yang menggiurkan. Ruang mencipta itu ditemukannya di pom bensin tempatnya<br />bekerja selepas SMA, bukan di perguruan tinggi yang diburu teman-temannya.<br /><br />Garasi sepi itu sudah menjelma panggung yang dirubung ribuan fans. Tahun<br />2003, setelah ulang tahunnya yang ke-25, debut pertamanya, Room for Squares<br />memenangi Grammy. Sejak saat itu, dia berhenti menjadi rendah diri. Dalam No<br />Such Thing, John bercerita tentang keinginannya untuk menghadiri reuni SMA<br />dan memamerkan kepada siapa saja tentang kesuksesan yang berhasil diraihnya.<br />Diajaknya jurnalis Cynthia Mcfadden mengunjungi SMA-nya di Connecticut. Di<br />seberang jalan sekolah itu, dia menolak untuk turun dari mobil bahkan<br />mendekat. Seperti dia sedang mengamati kerumunan teman-temannya dari<br />kejauhan dengan sepi yang pekat. Kini, kepada ribuan gadis yang rela<br />mengantri untuk membeli tiket pertunjukannya, John tak malu mengakui bahwa<br />dia adalah nerd, shallow man. Tapi tak ada yang peduli ketika julukan itu<br />disematkan kepada seorang peraih Grammy. Diteriakkan dari atas panggung yang<br />riuh oleh teriakan penggemar, nerd terekonstruksi sebagai identitas positif.<br />John menciptakan counter-narrative dengan meminggirkan kepintaran jauh dari<br />panggung dan sorot lampu kesuksesan.<br /><br /><br /><br />Di area suburban di Connecticut, prestasi akademis mungkin menjadi tiket<br />untuk meraih akses pertemanan. Namun di tempat lain, makna kepintaran bisa<br />jadi berbeda. Media populer seperti tayangan sitkom remaja di televisi<br />Amerika mengkonstruksi kepintaran sebagai tingkat “kecerdasan” rata-rata<br />yang dimiliki remaja kebanyakan. Pertemanan mensyaratkan keluwesan untuk<br />menjadi “pintar, namun tak terlalu pintar.” Serial remaja seperti Hannah<br />Montana atau I-Carly misalnya, mencitrakan remaja yang “sangat pintar” --<br />terutama dalam bidang-bidang eksakta -- sebagai geek, lame, kuper, kikuk,<br />dan tak punya pacar. Dalam konteks yang berbeda, kepintaran bisa bermakna<br />kepiawaian dan wawasan dalam olahraga. Kemajemukan makna “standar<br />kepintaran” ini menunjukkan bahwa kepintaran dikonstruksi secara lokal dan<br />terjalin erat dengan interaksi sosial.<br /><br />Mengkaji konstruksi kepintaran dalam konteks lintas budaya dengan demikian<br />menjadi menarik. Di suatu musim semi 2006, sebuah distrik sekolah di pusat<br />kota Philadelphia mengundang mahasiswa internasional penerima beasiswa<br />Fulbright untuk mengunjungi SMA-SMA yang tergolong “at risk.” Saya, dan<br />teman-teman dari beberapa negara diminta untuk membagi pengalaman<br />“intelektual” dan suka-duka dalam meraih (apa yang disebut oleh pengelola<br />sekolah sebagai) “kesuksesan.” Hanya 45 % lulusan dari sekolah yang kami<br />kunjungi itu melanjutkan ke perguruan tinggi. Itu prestasi tertinggi di<br />distrik ini, tapi kami ingin lebih baik lagi, kata Kepala Sekolah dengan<br />matanya yang berseri.<br /><br />Di atas panggung siang itu, seorang teman dari sebuah negara di Afrika<br />bercerita tentang perjuangannya menuju sekolah. Di sana, katanya, jalan ke<br />sekolah tak dipoles aspal dan sarana transportasi publik. Jalan-jalan itu<br />harus berbagi dengan sarang binatang melata yang harus ditapaki dengan kaki<br />telanjang sarat kudis. Setelah berkisah tentang dua jam perjalanan menempuh<br />sekolah yang menyedihkan, mahasiswa dari Afrika ini menampar anak-anak SMA<br />itu dengan ironi. Sungguh, kalian tak punya alasan untuk gagal dan berhenti,<br />katanya, membelah sunyi. Kalian tak harus menempuh jalan-jalan menyeramkan<br />tak berpenghuni karena negara kalian sungguh peduli. Bahkan guru-guru kalian<br />pun tak menyiapkan rotan atau cambuk untuk menghukum atau menyakiti,<br />tambahnya lagi. Anak-anak itu hanya memandang jauh ke depan dengan mulut<br />bungkam. Beberapa mata berlabuh ke luar jendela, atau ke jam dinding yang<br />berdetak setia. “Who cares?” bisik-bisik itu lamat-lamat menyapa telinga<br />saya.<br /><br />Di banyak negara berkembang seperti Indonesia, kepintaran dikenang sebagai<br />perjuangan untuk menapaki mobilitas sosial. Kepintaran itu mahal. Kepintaran<br />itu jalan berliku yang panjang. Kepintaran itu romantisme dalam sebentuk<br />daya juang yang terdokumentasi dalam kisah-kisah seperti Laskar Pelangi. Di<br />negara multikultural seperti Amerika, mobilitas sosial seperti itu tentu<br />juga diakui. Dalam penelitiannya di tahun 1978, John Ogbu menegaskan bahwa<br />gelombang imigrasi atas “kemauan sendiri,” dalam motif-motif ekonomi,<br />politik, dan intelektual cenderung menghasilkan generasi yang lebih<br />berprestasi ketimbang generasi keturunan budak-budak yang “didatangkan” dari<br />negara lain. Meski dianggap melecehkan kalangan minoritas Afrika-Amerika,<br />penelitian ini cukup menggambarkan pengakuan bahwa prestasi akademis pun<br />menjadi sarana aktualisasi diri. Penulis buku anak Rukhsana Khan, seorang<br />Muslimah yang menghabiskan masa kecilnya di Kanada pun mengakui bahwa buku<br />adalah tempat curhat manakala tak ada seorang pun mau bersahabat.<br /><br />Dalam lensa konstruksi sosial, anak-anak dan remaja berkelindan dengan<br />konsepsi kepintaran yang ditawarkan oleh dunia sosial mereka. Ada kepintaran<br />yang dipatok orang tua, ada kepintaran yang dikuantifikasi institusi sekolah<br />dalam bentuk prestasi akademik dan tingkat intelegensia. Ada selebriti dan<br />media populer yang turut membingkai relasi kepintaran dan kesuksesan. Ada<br />kepintaran sebagai buah alienasi. Ada juga kepintaran karena tuntutan<br />pertemanan. Orang dewasa bisa saja menerjemahkan kepintaran, namun anak-anak<br />akan mengkonstruksi kepintaran dengan cara mereka sendiri. Di tangan mereka,<br />kepintaran bisa menjadi alat negosiasi untuk menjalin relasi sosial atau<br />mengukuhkan identitas diri. Seorang sosiolog, William Corsaro, mengatakan<br />bahwa anak memiliki fleksibilitas untuk menganyam beragam konstruksi sosial<br />ini. Orang dewasa bisa memanfaatkan pemahaman akan kompleksitas itu untuk<br />berdialog dengan mereka tentang prioritas dalam kehidupan mereka.<br /><br />Memahami kepintaran sebagai sebuah konstruksi menuntut orang dewasa untuk<br />mengenali kompleksitas yang dihadapi oleh anak-anak. Generasi sekarang<br />memahami kepintaran dalam diskursus yang terikat ruang dan waktu. Kepintaran<br />termaknai dalam konteks tradisi, budaya, sejarah, dan relasi sosial yang<br />spesifik. Setiap konteks memiliki tantangan yang unik. Romantisme perjuangan<br />orang dewasa di masa lalu bisa menginspirasi, atau tidak sama sekali. Kita<br />memerlukan kreativitas untuk berdialog dengan generasi muda, tanpa jadi<br />menghakimi. Lantun John Mayer, orang dewasa bisa bertambah tua, namun tak<br />harus dengan menuai tragedi. </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-91840123171304038362011-05-13T01:52:00.000+07:002011-05-14T03:44:13.095+07:00Arief Rachman : Pendidikan di Indonesia Miskin Proses*TEMPO Interaktif*, *Jakarta* - Pengamat pendidikan dan Guru Besar<br />Universitas Negeri Jakarta, Prof. Arief Rachman, menilai pendidikan di<br />Indonesia masih miskin proses. Kalangan pendidik dan pengajar selama ini<br />hanya memusatkan perhatian pada orientasi hasil, bukan proses pembelajaran.<br />"Ini kritik besar terhadap dunia pendidikan kita. Harus ada rekonstruksi<br />terhadap proses pembelajaran," kata Arief Rachman, Kamis, 12 Mei 2011.<br />Berita terkait<span class="fullpost"> <br /><br /><br />- Arief Rachman: Pancasila Tidak<br />Dihilangkan<http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/12/brk,20110512-334058,id.html><br />- Polisi Usut Penyimpangan Dana di<br />Al-Zaytun<http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/05/11/brk,20110511-333885,id.html><br />- Besok, Hasil Unas SMA Dibagikan<br /><http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/11/brk,20110511-333868,id.html><br />- Salah Besar, Menghilangkan Pancasila dari Kurikulum Pendidikan<br /><http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/11/brk,20110511-333852,id.html><br />- Pemerintah Diminta Ungkap Beking Gerakan NII<br /><http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/05/11/brk,20110511-333851,id.html><br /><br />Arief menilai, sikap guru kurang mendukung pembentukan sikap pada siswa,<br />sehingga yang terjadi hanya transfer ilmu dan pengetahuan, bukan<br />transformasi sikap kepada pelajar. Untuk pelajaran Pancasila, misalnya,<br />siswa hanya mengetahui isi pelajaran Pancasila tanpa mengetahui cara<br />bersikap dari nilai-nilai Pancasila. "Orang tahu dan mengerti bukan berarti<br />dia bisa bersikap," kata Arief.<br /><br />Orang tua juga tak luput dari tanggung jawab karena harus menanamkan sikap<br />kepada putra-putri mereka. Misalnya, bagaimana bersikap sesuai dengan agama<br />Islam, bahwa di dalam Islam tidak disebutkan bagaimana membentuk negara<br />Islam, tapi bagaimana memperkokoh kehidupan masyarakat Islam.<br /><br />Arief menilai selama ini fenomena yang muncul dalam dunia pendidikan<br />nasional adalah perhatian pada kekuatan kognitif siswa semata, bukan<br />penekanan pada sisi afektif mereka. Ibaratnya, pengetahuan sudah dikemas<br />dengan baik, sedangkan sikap sebagai akibat dari pengetahuan justru tidak<br />dikuasai siswa.<br /><br />"Selama ini hanya fokus pada hal-hal yang dapat diukur dan diamati, misalnya<br />nilai," kata Arief. "Padahal, hal-hal yang tidak terukur dan teramati justru<br />lebih penting."<br /><br />Arief juga mengamati munculnya gaya hidup yang berbahaya dalam kehidupan<br />berbangsa, yakni segala aktivitas masyarakat hanya terpaku pada hasil, bukan<br />proses. Apalagi ditambah dengan budaya hidup serba instan. "Orang yang<br />materialistis cenderung tidak sabar karena spiritualitasnya lemah," kata<br />Arief.<br /><br />Tak hanya proses pembelajaran untuk pembentukan sikap, Arief juga menilai<br />kekeliruan pendidikan nasional terletak pada sistem evaluasi. Selama ini<br />yang dievaluasi hanya nilai, sedangkan sikap pelajar sering diabaikan guru.<br />"Yang penting bukan mata pelajarannya, tapi proses dan evaluasinya."<br /><br />*MAHARDIKA SATRIA HADI* </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-46142091389833456882011-05-13T01:49:00.000+07:002011-05-14T03:44:13.168+07:00Sebelum Ujian Nasional, Siswa SD di Probolinggo Minum SusuSiswa SDN Ngadirejo Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur<br />tengah mengerjakan soal ujian nasional di tengah situasi hujan abu di<br />kawasan Gunung Bromo. TEMPO/David Priyasidharta<span class="fullpost"> <br /><br />*TEMPO Interaktif*,*Probolinggo - *Siswa SDN Ngadirejo, Sukapura,<br />Probolinggo, Jawa Timur memperoleh jatah susu dan nasi kotak selama<br />mengikuti ujian nasional. Dengan ini diharapkan para siswa mendapatkan<br />nutrisi yang memadai selama mengikuti ujian dan mendapatkan nilai terbaik.<br />"Rata-rata para siswa tinggal di daerah yang paling parah terkena dampak<br />erupsi Gunung Bromo," kata Kepala Sekolah Mochamad Abd Ghofur kepada*Tem </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-44674445674928561892011-05-13T01:47:00.000+07:002011-05-14T03:44:13.242+07:00Wakil Ketua Komisi X DPR : Revitalisasi PancasilaKita menghadapi kenyataan makin lunturnya ideologi Pancasila dalam jiwa<br />bangsa. Ingat, Pancasila adalah weltanschauung (landasan filosofis)<br />berbangsa dan bernegara. Tanpa fondasi tersebut, negara bergerak tanpa<br />pedoman. Sayangnya, sejak awal reformasi hingga saat ini, pamor Pancasila<br />terasa kian meredup, seiring meningkatnya pengaruh liberalisasi dan<br />demokratisasi.<span class="fullpost"> <br /><br />Padahal, Dr Paul Marshall, Senior Fellow Institut Leimena, yang pernah<br />meneliti fenomena radikalisme agama di sejumlah negara Afrika dan Asia<br />menyatakan, Indonesia beruntung memiliki Pancasila sebagai penangkal<br />filosofis radikalisme agama di saat negara-negara lain kebingungan<br />menghadapinya karena ketiadaan "tameng" semacam itu.<br /><br />Persoalannya, masyarakat makin jauh dari Pancasila karena mengasosiasikannya<br />dengan penataran (P4) seperti pada era Orde Baru. Karena itu, rakyat<br />sebenarnya bukan menepis Pancasila, namun lebih menolak cara-cara penanaman<br />nilai yang bersifat indoktrinasi seperti pada masa lalu.<br /><br />Pengajaran Pancasila sebagai dasar negara di dunia pendidikan harus<br />direvitalisasi. Sebab, pola indoktrinasi dan penafsiran tunggal selama ini<br />telah mengerdilkan Pancasila dan membuatnya ditinggalkan sebagai ideologi<br />berbangsa dan bernegara. Karena itu, Komisi X DPR terus mendorong penguatan<br />materi pendidikan Pancasila.<br /><br />Parlemen mendukung rencana Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)<br />menjadikan empat mata pelajaran (mapel) sebagai kewenangan pemerintah pusat.<br />Keempat mata pelajaran itu ialah agama, matematika, pendidikan<br />kewarganegaraan (PKn) yang memuat materi Pancasila, dan bahasa secara<br />nasional.<br /><br />Namun, karena sifatnya perubahan kurikulum yang mendasar, hal itu<br />membutuhkan kajian terlebih dulu, termasuk kurikulum tingkat satuan<br />pendidikan (KTSP). Sebelum ditetapkan, Komisi X DPR akan melakukan telaah<br />mendalam pada masa persidangan mendatang. Ini terutama dimaksudkan agar<br />Pancasila tetap menjadi muatan pokok PKn.<br /><br />Sekarang ini pola kurikulum KTSP semua diserahkan ke daerah. Ke depan,<br />dimungkinkan ada pembagian pengelolaan. Khusus untuk empat mapel itu akan<br />disusun, dikembangkan, dikendalikan, dan diawasi oleh pusat secara nasional.<br />Sedangkan mapel lainnya mengenai seni budaya, sosial, dan muatan lokal,<br />diserahkan ke daerah dan sekolah.<br /><br />UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sangat tegas menyebutkan<br />nilai-nilai materi Pancasila sebagai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan<br />nasional (pasal 2 dan 3). Hanya saja, dalam implementasi, perlu dilakukan<br />perbaikan metode pembelajarannya serta penerapan nilai-nilai dalam kehidupan<br />sehari-hari. Upaya lain, melatih guru-guru pendidikan Pancasila agar bisa<br />meyakinkan siswa tentang urgensi nilai-nilai ideologi negara itu.<br /><br />Pengambilalihan empat mapel oleh pusat karena memiliki ikatan secara<br />nasional. Selain matematika, tiga mapel lainnya adalah penalaran logika<br />secara nasional dan umum. Pemisahan mapel untuk pemerintah pusat dan daerah<br />akan menyelesaikan sejumlah pertanyaan di masyarakat. Termasuk sebagai upaya<br />meningkatkan karakter bangsa dan mengatasi paham yang bertentangan dengan<br />ideologi negara.<br /><br />Dengan nasionalisasi empat mapel itu, maka sekolah tidak boleh menambahkan<br />materi apa pun ke dalamnya. Untuk urusan agama, pendidikan Pancasila (PKn),<br />bahasa Indonesia, dan matematika ini dikunci secara nasional. ***<br /> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-58379722175479123822011-05-13T01:46:00.000+07:002011-05-14T03:44:13.017+07:00Dindik Larang Tour PelajarSelain dikeluhkan orantua, ada dugaan menjadi ajang bisnis sekolah<br /><br />MALANG–Akhir tahun ajaran (lulusan) ini sekolah di Kota Malang tak lagi bisa<br />seenaknya menggelar tour (wisata) pelajar maupun wisuda kelulusan sekolah.<br />Menyusul keluhan walimurid merasa berat menanggung biaya kegitan itu, Dinas<br />Pendidikan Kota Malang pun mengeluarkan kebijakan baru; melarang sekolah<br />menggelar tour maupun wisuda siswa.<br /><span class="fullpost"> <br />Selama ini, sepertinya sudah menjadi budaya memang,--setiap akhir tahun<br />ajaran, sekolah mulai tingkat SD hingga SMA sederejat di Kota Malang selalu<br />menggelar kegiatan tour maupun wisuda yang biayanya ditanggung masing-masing<br />siswa.<br /><br />Kegiatan lebih berkesan merayakan lulusan ini rupanya kerap mematik keluhan<br />walimurid. Banyak orangtua pelajar berkeluh dengan besarnya pungutan untuk<br />pembiayaan kegiatan tour maupun wisuda sebagai keberhasilan menempuh<br />pendidikan sesuai jenjangnya.<br /><br />Ini karena biaya yang harus ditanggung siswa atau walimurid mulai ratusan<br />ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Bahkan sempat pula muncul tudingan<br />kegiatan tour pelajar dan wisuda kelulusan sekolah itu menjadi ladang bisnis<br />sekolah setempat memanfaatkan momen pelarayaan lulusan.<br /><br />Nah, berlatar belakang keluhan itulah, Sri Wahyuni, Kepala Dinas Pendidikan<br />Kota Malang rupanya menyadarinya. Bahkan sebelum polemik itu menjadi besar,<br />pihaknya memutuskan mengambil kebijakan melarang sekolah menggelar tour dan<br />wisuda mulai ajaran tahun ini.<br /><br />Terkait kebijakan itu, lanjut dia, pihaknya memastikan akan mengeluarkan<br />surat instruksi yang ditujukan kepada sekolah mulai tingkat SD – SMA.<br />“Instruksi itu berisi larangan bagi sekolah melaksanakan wisuda dan<br />rekreasi. Karena dari awal kami memang sudah menekankan pada sekolah untuk<br />tidak mengadakan wisuda dan rekreasi yang selalu menunai keluhan dari<br />walimurid karena persoalan biaya,” kata Yuyun.<br /><br />Meski demikian, lanjut dia, bukan berarti pelajar tidak boleh berekreasi<br />merayakan kelulusannya. “Selama panitianya bukan dari sekolah, tentunya<br />tidak ada masalah. Intruksi itu hanya melarang sekolah bertindak sebagai<br />penyelenggara tour dan wisuda,” tegasnya.<br /><br />Kata lain, , bila ada paguyuban walimurid atau komite sekolah tetap<br />menyelenggarakan dua kegiatan itu, pihaknya tidak bisa mencegahnya. Apalagi<br />berdasarkan ada kesepakatan bersama para walimurid dan menjamin tidak<br />memunculkan keluhan dari orangtua siswa.<br /><br />Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Christea Frisdiantara<br />menegaskan, surat intruksi yang akan dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota<br />Malang itu menjadi kesepakatan saat rapat bersama beberapa saat lalu. “Ini<br />memang berawal dari banyaknya keluhan yang masuk ke kami tentang banyak<br />pungutan setiap akhir tahun ajaran sekolah. Sehingga ada kesepakatan dengan<br />Dindik untuk membuat surat intruksi larangan melakukan pungutan,” kata<br />Cristea.<br /><br />Ditambahkannya, dewan meminta Dindik lebih ketat dan tegas mengawasi setiap<br />sekolah. “Bila ada komite sekolah atau pun pihak sekolah yang tetap<br />mengenakan pungutan kepada siswa yang tidak mampu, maka harus ditindak<br />tegas,” ujarnya. “Jadi tidak cukup dikeluarkan surat intruksi, juga tetap<br />harus ada pengawasan ketat dari Dindik kepada seluruh sekolah. Agar tidak<br />sampai ada penyimpangan dilapangan,” tambahnya.*zar*<br /> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-61285107029192080992011-05-13T01:43:00.000+07:002011-05-14T03:44:12.883+07:00DPRD Soroti Ujian di DKI : Yang Gagal Mesti Dievaluasi, Pungli Harus DiberantasSebanyak 142.013 siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) di DKI Jakarta mengikuti<br />Ujian Nasional (UN) yang digelar sejak kemarin hingga Jumat besok. Dari<br />jumlah itu, 130.143 siswa merupakan siswa SD, 11.724 siswa Madrasah<br />Ibtidaiyah (MI), dan 146 siswa SD Luar Biasa.<span class="fullpost"> <br /><br />Menanggapi pelaksaan UN, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua<br />menekankan, ke depannya, pelaksanaan UN harus ada standarisasi penilaian.<br />Hal tersebut dia nilai perlu sebagai evaluasi tingkat akhir.<br /><br />“Saya tentu setuju dengan ada nya UN. Pasalnya, hal tersebut dilakukan untuk<br />mengukur sejauh mana penilaian yang objektif terhadap kualitas pendidikan di<br />Jakarta. Jangan sampai dilakukan dengan subjektif,” kata Inggard kepada<br />wartawan di Gedung DPRD DKI Jakarta di Kebon Sirih, kemarin.<br /><br />Dia mengungkapkan, jika memang ada kegagalan atau ada yang tidak lulus dalam<br />UN SD ini, harus menjadi evaluasi bagi pihak sekolah. Apakah<br /><br />kegagalan ini bersumber dari muridnya, orangtua siswa atau kualitas<br /><br />pendidikan di sekolah yang kurang baik. Karena itu, perlu standarisasi di<br />setiap sekolah, disesuaikan dengan kondisi wilayahnya masing-masing.<br /><br />Politisi Partai Golkar ini me lanjutkan, hal ini harus menjadi tugas bersama<br />bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khusus nya Dinas Pendidikan DKI untuk<br />menganalisa dan mengkaji hasil UN yang akan diumumkan nanti.<br /><br />“Pihak sekolah juga jangan cepat merasa puas dengan hasil yang sudah<br />didapat. Harus ada sikap kritis dalam memajukan kualitas pendidikan di<br />sekolah nya masing-masing,” sarannya.<br /><br />Dia mengingatkan, dalam pelaksanaan dan setelah UN SD ini, jangan sampai ada<br />pungutan-pungutan yang membebani orang tua siswa.<br /><br />“Ini tugas Dinas Pendi dikan untuk melakukan pengawasan. Jika terjadi<br /><br />pelanggaran, ini tugas Inspektorat Jenderal menindaknya,” tegasnya.<br /><br />Yang patut menjadi perhatian, sambung Inggard, perlu penyetaraan guru antara<br />yang honorer dan non honorer. Pasalnya, kualitas pendidikan di sekolah<br />sangat ditentukan oleh kondisi guru.<br /><br />“Jika terjadi perbedaan mendasar terhadap guru honorer dan non honorer,<br />tentunya akan berdampak pada perkembangan siswa,” cetusnya.<br /><br />Karena itu, Inggard memberi masukan, para guru honorer perlu diangkat men<br />jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tentunya di lakukan sesuai prosedur yang<br />ditetapkan, seperti dengan mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil<br />(CPNS), agar didapatkan hasil yang sesuai dengan kualitas guru terbaik.<br /><br />“Selain itu, guru-guru yang ada juga harus sadar terhadap kewajibannya di<br />sekolah. Soal nya, tunjangan yang didapatkan guru saat ini sudah lebih baik<br />dari sebelumnya, bahkan sudah lebih sejahtera,” pungkasnya.<br /><br />Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudhi Mulyanto<br />mengatakan, sejumlah 3.474 guru telah disiapkan menjadi pengawas ujian<br />nasional.<br /><br />Dari jumlah tersebut, 3.030 orang akan menjaga ujian di SD, 444 orang di MI<br />dan 24 orang di SD Luar Biasa. “Mereka semua tidak akan menjaga di sekolah<br />nya sendiri,” ucapnya. *(RMOL)* </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-4711958146373466432011-04-05T15:32:00.000+07:002011-04-05T15:33:39.165+07:00*Anggaran Perpustakaan : Rp 9,9 Triliun Ternyata Masih Kurang*Pada rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Menteri<br />Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, kebutuhan dana untuk membangun<br />ruang perpustakaan di SD dan SMP sekitar Rp 9,9 triliun. Namun, anggaran<br />dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 10 triliun dari pemerintah pusat tahun<br />2011 juga dipakai untuk memperbaiki ruang kelas yang rusak dan peningkatan<br />mutu, seperti pembelian buku referensi dan pengayaan serta alat-alat peraga<br />dan laboratorium.<br /><span class="fullpost"> <br />Lucya Damayanti, Kepala Bidang Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi<br />Perpustakaan Nasional, memprihatinkan masih banyaknya sekolah, terutama SD,<br />tidak punya perpustakaan. Kondisi itu menunjukkan belum ada kesadaran<br />pentingnya mengembangkan perpustakaan.<br /><br />"Perlu diprioritaskan adanya perpustakaan di tiap sekolah. Dinas pendidikan<br />setempat mesti berkoordinasi dengan Perpustakaan Nasional dan daerah supaya<br />program perpustakaan sekolah berkesinambungan dan jadi pusat belajar," kata<br />Lucya.<br /><br />Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini tak hanya masalah ratusan ribu<br />ruang kelas rusak di sekolah dasar dan tingkat menengah yang belum tuntas.<br />Puluhan ribu SD dan SMP di seluruh Indonesia juga belum memiliki<br />perpustakaan yang penting sebagai pusat belajar dan mengembangkan minat baca<br />siswa sejak dini.<br /><br />Hingga 2011, Kementerian Pendidikan Nasional mencatat 55,39 persen SD belum<br />memiliki perpustakaan sekolah. Dari 143.437 SD, ada 79.445 sekolah belum<br />punya perpustakaan. Adapun di SMP, 39,37 persen sekolah (34.511 dari 13.588<br />sekolah) tidak punya perpustakaan.<br /><br />Perpustakaan sekolah yang ada pun belum memadai, baik dari segi ruangan,<br />koleksi, hingga kegiatan. Hal itu tampak dari pantauan*Kompas *ke sejumlah<br />sekolah di Jakarta, Kamis (31/3/2011).<br /><br />Di SDN Duri Pulo 06 Petang, Jakarta, ruang perpustakaan digabung dengan<br />ruang guru dan ruang penyimpanan barang sekolah. Perpustakaan hasil bantuan<br />bank pemerintah itu juga dipakai siswa SDN Duri Pulo 10.<br /><br />"Kalau tidak ada bantuan dari luar, kami belum punya perpustakaan. Koleksi<br />buku pun disumbang," kata Sutisna, penanggung jawab perpustakaan itu. *(ELN)<br />* </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-60860463954264669262011-03-24T05:34:00.001+07:002011-03-24T05:36:40.891+07:00Cara Mendapat Solusi dengan Tehnik; Boleh Saya Curhat?Shahabat saya yang budiman. Bagaimana keadaan Anda hari ini? Semoga senantiasa selalu dalam bimbingan, hidayah dan petunjuk dari Allah swt. Mudah-mudahan kata-kata saya menyapa Anda dengan penuh kehangatan, sehinga menambah keindahan persaudaraan kita ini.<span class="fullpost"><br /><br />Shahabat yang baik. Bulan lalu, saya menulis tentang cara keluar dari masalah hidup. Di sana saya menyampaikan tips mendapatkan solusi dari persoalan yang sedang menyapa saya. Tulisan ini hampir mirip-mirip konteksnya. Namun, yang berbeda adalah cara menemukan solusi, dari tantangan yang saya hadapi.<br />Cara Menemukan Solusi<br />Ide ini muncul saat saya sedang melakukan pengosongan perut di bilik inspirasi. (Water Close). Saya sebut bilik inspirasi, karena memang hampir beberapa ide briliant, datang tatkala proses pembuangan terjadi. Mungkin Anda juga mengalaminya kan?<br /><br />Di dukung juga oleh pengalaman saya melakukan terapi kepada klien-klien saya. Baik di klinik, chating dan via email. Ada juga diantaranya melalui curhat colongan di komentar Facebook. Ternyata, tidak semua orang datang berniat untuk di terapi, dan menemukan solusi dari arahan atau bantuan Mind-Therapist. Akan tetapi, hanya mau ada yang mendengrakan masalahnya. Ada yang menempuh bercerita, mengemukakan, mengeluarkan uneg-uneg dan curhat, terkadang ini membuat mereka menemukan sendiri solusinya, dan mengakibatkan mereka merasa plong (selesai bebannya).<br /><br />Oleh karena itu, tips terapi ini saya namakan ”Boleh saya curhat?”. Ngomong-ngomong tentang curhat. Fikiran saya jadi terbang kembali ke masa-masa saya SMP dan SMA. Saya teregresi ke masa itu. Karena, kata curhat pertama sekali saya dengar saat saya kelas 2 SMP. Dan proses keseringan curhat, saya lakukan tatkala masa SMA. So sweet lah. Benar kata Obie Mesakh ”Masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah. Kisah kasih paling indah, kisah kasih di sekolah..” (yang mau nostalgia, monggo dilanjut ya, saya mau balik ke topik).<br /><br />Strategy Curhat<br />Seperti biasa. Saya mau menyampaikan maklumat, bahwa cara-cara yang akan saya sampaikan belumlah cocok, tepat dan pas dengan kondisi persoalan Anda hadapi sekarang. Namun, ada benarnya Anda melakukan terlebih dahulu untuk mengetahui hasilnya kan? Sehingga adapun strategynya seperti berikut ini.<br /><br />Curhat kepada Konselor atau teman Dekat<br />Tips ini seolah-olah Anda sedang bercerita, menyampaikan, mencurahkan isi hati Anda kepada orang yang Anda percayai. Dan Anda yakin bisa membantu Anda mendapatkan solusi. Caranya tidak jauh beda seperti kebiasaan yang sudah Anda lakukan. Namun, Anda mesti lebih mencurahkan perhatian dengan cara yang satu ini. Oh ya, mumpung saya ingat nih. Cara ini akan sangat berdampak luar biasa efektif, apabila Anda mejalaninya dengan membakar kemenyan (he..he.. bercanda). Maksud saya, dengan menggunakan fikiran imajinatif Anda. Jadi, untuk sementara, fikiran logika dan analisis, disimpan dulu ya...<br /><br />9 Langkah Terapi ”Boleh Saya Curhat”<br /><br /> 1. Berdoa kepada Allah agar, usaha Anda menghasilkan solusi. Kemudian dimudahkan dan di Ridahi oleh Allah.<br /><br /> 2. Siap kan tiga buah kursi, atau tandai tiga titik pada lantai tempat Anda berada. Boleh lurus atau berbentuk segitiga.<br /><br /> 3. Beri nama atau kode untuk memudahkan proses therapy pada tiap kursi. Contoh : Kursi pertama Anda beri code/nama Sang Masalah, Kursi Kedua Juru bicara. Dan Ketiga Sang Konselor. (Anda boleh mengganti nama-nama di atas sesuai keinginan dan kehendak Anda. Ingat! gunakan imajinatif Anda, tidak perlu bertanya untuk apa. Lakukan dan ikuti saja intruksinya, oke kan?)<br /> 4. Sekarang, bisa Anda duduk di tiap-tiap kursi atau titik yang telah Anda namai tadi. Silahkan Anda berada disana, dengan 100% hadir sebagai nama yang Anda beri tadi. Contoh : Kursi Juru Bicara. Saat Anda duduk di atas kursi ini, jadilah seolah-olah Anda sebagai benar-benar seorang juru bicara. Sebagaimana kita tau, yang nama nya juru bicara, terkadang hanya menyampaikan apa yang mesti disampaikan oleh Sang Masalah. Jadi, Anda di kursi Juru Bicara, seolah-olah orang lain, yang akan menceritakan tentang kondisi Sang Masalah. Sehingga Anda tidak mengalami apa yang dia rasakan, Anda tidak larut, dan Anda benar-benar menjadi orang lain (ingat gunakan imajinatif Anda). Begitu pula dengan Sang Konselor. Saat Anda duduk di kursi ini, seolah Anda seorang Konselor. Bolehlah sedikit sok tau ya. He...he... sementara di Kursi Sang Masalah, tidak perlu saya jelaskan. Anda sudah sangat mahir karena sudah mengalami ^_^...<br /><br /> 5. Mari kita mainkan. Pertama, duduklah di Kursi Sang Masalah....Rasakan, lihat dan dengarkan serta alami secara total masalahnya. Setelah itu sampaikan kepada sang Juru Bicara.<br /><br /> 6. Setelah Anda merasa sudah benar-benar full 100% merasakannya, sekarang pindahlah ke kursi Sang Juru Bicara. Mulailah bercerita kepada ke Kursi Sang Konselor kondisi teman/klien Anda yang bermasalah itu. Sebagai sang Juru Bicara, boleh ambil intervensi (memberikan sudut pandang) juga pendapat Anda (Sebagai Juru Bicara), berdasarkan pengamatan Anda terhadap cara Sang Masalah duduk, ekspresi wajahnya, cara bernafas, cara bercerita dll, yang dilakukan oleh sang Masalah. <br /><br /> 7. Sekarang Anda pindah ke kursi Sang Konselor. So selamat menikmati sebagai orang pemberi solusi. Lihat ekspresi si Juru Bicara yang tak punya masalah dan juga Kursi Sang Masalah. Berdasarkan analisa Anda, dari cerita Sang Juru Bicara. Apa hal Terbijak dan terbaik mesti di fikirkan, dilakukan serta di ambil keputusan sekarang, oleh Sang Masalah. Berikan juga nasehat serta wejangan kepada nya.<br /><br /> 8. Silahkan Anda duduk kembali ke kursi Sang Masalah. Setelah mendengar Curhat Sang Juru bicara ke Sang Konselor, kemudian Anda menyimak nasehat serta pandangan dari Sang Konselor. Apa yang Anda alami dan terjadi pada diri Anda? Dan, apakah sudut pandang sang Konselor memberi pemahaman dan Anda menemukan solusinya sekarang? (Bila Anda belum menemukan solusi, boleh Anda ulangi sekali lagi).<br /><br /> 9. Apabila Anda merasa sudah mendapatkan hal yang Anda inginkan (Solusi), boleh akhiri dengan rasa syukur dan hamdalah kepada Allah. Juga kepada diri Anda sendiri, karena sudah mau berdamai dan bersedia untuk memecahkan masalah (get solution) secara bersama-sama.<br /><br />Sekedar sharing, saya terkadang melakukan cara di atas dengan memanfaatkan fikiran kreatifitas saya. Yaitu menghadirkan tokoh imajiner, Coach yang selama ini membimbing dan mengarahkan saya. Jadi, seolah-olah beliau Ada disana, dan memberikan solusi kepada diri saya. Namun, terkadang saya sendiri yang seolah-olah menjadi seorang ahli dalam memberi sololusi saat berada di Kursi Sang Konselor.<br /><br />Selamat melakukan dan mempraktekkan. Semoga tips ini menjadi cara untuk menghasilkan solusi terhadap tantangan hidup yang sedang bertamu kepada Anda. (Yang namanya tamu pasti pulangkan?).<br /><br />Note : Bila Anda belum faham dengan penjelasan di atas, boleh Anda hubungi 081511448147 (Bebas biaya, kecuali pulsa Anda habis he...he..). Saya akan membantu Anda, bagaimana cara bermain-main dengan tips terapi di atas.<br /><br />Cingajur, 12 Maret 2011<br />www.kursusnlp.com<br /> <br /><br /> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-88346142226108376982011-03-24T05:33:00.000+07:002011-03-24T05:34:25.896+07:00Bahasa dan Mentalitas oleh Bagus TakwinOleh BagusTakwin*<br /><br />TEMPO 20 Maret 2011<br /><br />BAHASA mencerminkan pikiran. Banyak ahli menegaskan ini. Tapi bahasa juga<br />mencerminkan mentalitas: kecenderungan pribadi, kekayaan pengalaman, dan<br />kepekaan sosial. Pilihan dan susunan kata, juga waktu dan tempat<br />penyampaian, bisa jadi indikator dari pengalaman seseorang berinteraksi<br />dengan banyak kalangan, juga seberapa jauh ia terlibat dengan banyak ihwal.<span class="fullpost"><br /><br />Kita bisa menakar, misalnya, pengalaman dan kepekaan sosial seorang pejabat<br />publik yang berkata, "Pulau kesapu dengan tsunami, ombak besar, konsekuensi<br />kita tinggal di pulaulah.... Kalau tahu berisiko pindah sajalah...," ketika<br />Mentawai baru saja mengalami bencana tsunami. Juga pejabat yang bilang,<br />"TKI-PRT telah membuat citra Indonesia buruk," ketika ada banyak TKI yang<br />telantar di luar negeri.<br /><br />Bahasa mensyaratkan intensionalitas, keterarahan untuk mencapai kesesuaian<br />antara keadaan mental dan dunia. Intensionalitas mengarahkan orang melalui<br />bahasa untuk memaknai, dalam arti menjadikan dunia, juga diri sendiri, bisa<br />dimaknai. Intensionalitas adalah struktur dari kesadaran manusia yang<br />memberi makna kepada pengalaman dan meleluasakannya membuat keputusan.<br /><br />Cara dan isi pengarahan dipengaruhi latar belakang mental yang berisi<br />serangkaian pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kecenderungan-<br />kecenderungan pribadi lainnya, seperti nilai, sifat, dan motif. Dengan itu,<br />ketika seorang guru berkata "catat kata-kata saya", kita tahu perlu<br />menggunakan alat tulis untuk mencatat, atau ketika seseorang berkata<br />"telepon sekretaris saya", kita tahu perlu menggunakan telepon meski<br />permintaan itu tidak mengandung penjelasan rinci. Latar belakang mental<br />membangun jejaring unsur mental yang niscaya dibutuhkan untuk menentukan<br />kebermaknaan obyek-obyek yang kita temui.<br /><br />Latar belakang dan jejaring mental dibentuk melalui pengalaman. Keduanya<br />menentukan kekayaan pemaknaan. Semakin sering seseorang bertemu dengan<br />hal-hal yang ada di dunia, semakin banyak kemungkinan pemaknaan yang bisa<br />dirumuskannya. Semakin beragam unsure mental seseorang, semakin kaya luas<br />dan terbuka pikirannya.<br /><br />Intensionalitas mengarahkan orang untuk menampilkan tindakan berbahasa<br />sebagai perpanjangan dari kecenderungan-kecenderungan dalam diri, khususnya<br />kecenderungan memaknai apa yang ada di dunia. Isi pemaknaan dipengaruhi oleh<br />latar belakang dan jaringan unsur- unsur mental. Ketika bencana alam di<br />sebuah pulau dimaknai sebagai hal wajar dengan latar belakang mental yang<br />miskin tentang bencana, bahasa mengungkapkan itu sebagai "konsekuensi kita<br />tinggal di pulaulah...".<br /><br />Usaha pengarahan agar keadaan mental sesuai dengan dunia<br />diungkapkan dengan "...pindah saja- Iah". Ujaran semacam itu menunjukkan<br />sempit dan sederhananya jaringan unsur mental terkait bencana.<br /><br />Di Indonesia, cukup sering kita temui pernyataan yang mencerminkan<br />ketakpekaan dan kecenderungan pengujarnya menggampangkan persoalan karena<br />miskinnya pemaknaan. Contohnya, selain pernyataan tentang tsunami dan TKI<br />tadi, komentar seorang pejabat publik tentang letusan Gunung Merapi sebagai<br />azab karena mendustakan ayat-ayat Tuhan, juga "...agar mudah diingat<br />singkatannya adalah AIDS=Akibat Itunya Dipakai Sembarangan". Lepas dari apa<br />maksud sadar penyampaiannya, pernyataan-pernyataan itu menyakiti hati banyak<br />orang.<br /><br />Berdasarkan intensionalitas bahasa dan kaitannya dengan latar belakang dan<br />jaringan mental, kita dapat menganalisis ucapan-ucapan pejabat yang saya<br />petik tadi. Pernyataan terkait tsunami memberi petunjuk kepada kita tentang<br />beberapa kemungkinan kecenderungan pribadi orang yang mengemukakannya, di<br />antaranya (1) kecenderungan menganggap enteng bencana, termasuk tsunami; (2)<br />kecenderungan menghindari tanggung jawab untuk menangani secara<br />sungguh-sungguh kejadian buruk, seperti bencana tsunami; dan (3)<br />kecenderungan melakukan pembenaran terhadap kelalaian menangani dampak<br />bencana. Sedangkan pernyataan tentang letusan Gunung Merapi dan AIDS<br />mengindikasikan kurangnya empati dari orang yang mengucapkannya. Jika<br />pernyataan sejenis itu sering diulang, bisa dicurigai adanya kecenderungan<br />sistem pikiran yang tertutup dan sempitnya ruang lingkup interaksi sosial si<br />pengujar. Kita bisa menduga para pengujarnya jarang punya pengalaman<br />bertukar peran yang menuntutnya menggunakan beragam sudut pandang dalam<br />memahami persoalan. Latar belakang dan jejaring mentalnya miskin.<br /><br />Bisa jadi para pejabat yang melontarkan pernyataan-pernyataan tak peka itu<br />mengaku tak sengaja atau tak berniat menyakiti orang lain. Tapi,<br />ketidaksengajaan pun bisa mengindikasikan kemiskinan, baik dalam kemampuan<br />berbahasa maupun kepekaan sosial. Kemampuan berbahasa, termasuk ketepatan<br />menyampaikan pernyataan dalam situasi tertentu, mencerminkan kompetensi<br />seseorang. Di Indonesia, ada banyak pejabat yang tindakan berbahasanya<br />mengindikasikan rendahnya kompetensi dan kepekaan sosial mereka.<br /><br />*)Dosen Fakultas Psikologi. UI dan<br /><br />Redaktur srimulyani. net </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-8454083995891973552011-03-21T22:28:00.000+07:002011-03-21T22:29:07.517+07:00Guru Tak Harus Masuk PGRIJAWA POS, 24 Februari 2011<br /><br />GRESIK - Lebih dari 2.000 guru di Gresik resah. Mereka yang selama ini tidak bergabung dalam PGRI khawatir proses kenaikan golongan dari IIIB ke IVB terhambat.<br /><span class="fullpost"> <br /><br /> Untuk kenaikan golongan tersebut, guru harus membuat karya tulis. Karya tulis itu pun harus mendapat persetujuan organisasi profesi. Yang dikhawatirkan ribuan guru tersebut, berkembang pemahaman bahwa organisasi profesi guru yang diakui hanyalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).<br /><br /> Dengan tidak bergabung dalam PGRI, mereka tentu tidak bisa mendapatkan persetujuan tersebut dan dikhawatirkan berpengaruh pada pengurusan kenaikan golongan. Pemahanan tersebut muncul setelah beredarnya surat dari PGRI Gresik terkait dengan pendataan ulang anggotanya.<br /><br /> Surat edaran itu memang tidak secara eksplisit menyebutkan keterkaitan kenaikan golongan dengan keanggotaan di PGRI. Namun dalam sosialisasi edaran itu, hal itu dikait-kaitkan. "Itulah yang memberatkan kami. Terkesan ada keharusan guru bergabung dalam PGRI," ungkap seorang guru.<br /><br /> Sementara itu, di Gresik --juga di daerah-daerah lain--, muncul organisasi profesi guru non-PGRI. Lewat surat edaran itu, PGRI juga menegaskan larangan untuk merangkap keanggotaan di lebih dari satu organisasi profesi. "Yang membuat kami resah, pimpinan PGRI Gresik menyatakan bahwa organisasi selain PGRI dianggap tidak sah," kata guru yang takut menyebut jati dirinya itu.<br /><br /> Keberatan lain yang disampaikan para guru adalah tarikan Rp 100 ribu per tahun yang dipotong dari jatah TPP (tunjangan profesi pendidik) selama lima tahun. Tarikan tersebut rencananya digunakan untuk membeli tanah guna pembangunan gedung baru sekretariat PGRI Gresik.<br /><br /> Saat ini, guru yang tidak tergabung dalam PGRI mencapai ribuan. Sebagian besar tergabung dalam IGI (Ikatan Guru Indonesia).<br /><br /> Ketua PGRI Gresik Muljono membantah hal tersebut. "Itu semua tidak benar. Tidak ada aturan bahwa seluruh guru harus masuk PGRI," tegasnya kemarin (23/2).<br /><br /> Dia menjelaskan, dalam perekrutan anggota PGRI, ada dua cara yang digunakan. Yakni, pendaftaran pasif (otomatis terdaftar) serta pendaftaran aktif (para guru yang belum terdaftar diminta mendaftar ulang). "Kami tidak pernah memaksa kok," ujarnya.<br /><br /> Sekretaris PGRI Gresik Arief Susanto juga membantah bahwa PGRI menganggap ilegal organisasi diluar mereka. "Kami tidak pernah punya sikap seperti itu. Kalau PGRI sebagai organisasi tertua, memang iya," tegasnya.<br /><br /> Dia juga mengelak tudingan bahwa kenaikan pangkat seorang guru harus mendapat persetujuan dari PGRI sebagai salah satu syarat. "Tidak pernah ada itu," ujarnya.<br /> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-15148867979842601452011-03-21T22:23:00.000+07:002011-03-21T22:24:24.138+07:00INILAH ALASAN KENAPA ILMUWAN BANYAK DARI EROPA<span class="fullpost"> Pada edisi 26 Maret 2010, salah satu jurnal sains paling bergengsi di dunia, Science, memuat sebuah artikel singkat berjudul "Asian Test-Score Culture Thwarts Creativity", yang ditulis oleh William K. Lim dari Universiti Malaysia Sarawak. Dituturkannya bahwa meskipun sejak bertahun-tahun lalu Asia didaulat akan menjadi penghela dunia sains berkat sangat besarnya investasi di bidang sains dan teknologi, kenyataannya Asia masih tetap saja tertinggal di banding negeri-negeri barat (Eropa Barat dan Amerika Utara). Menurutnya, akar permasalahannya adalah budaya pendidikan Asia yang berorientasi pada skor-tes, yang alhasil tidak mampu mengasah keterampilan berpikir dan kreativitas pelajar. Padahal kedua kemampuan itulah yang menjadi dasar untuk bisa menjadi ilmuwan yang berhasil.<br />><br />>Di Asia, para pelajar dan sekolah berorientasi mengejar skor-tes setinggi-tingginya. Para pelajar yang memiliki skor-tes lebih tinggi akan lebih baik karir masa depannya karena persyaratan masuk ke berbagai institusi pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik ditentukan oleh skor-tes. Semakin tinggi skornya tentu semakin baik pula peluangnya. Beragam pekerjaan bergengsi juga hanya bisa dimasuki oleh mereka-mereka yang memiliki skor tinggi. Sekolah yang para siswanya meraih skor-tes tinggi akan naik reputasinya, dan dengan demikian menjamin pendanaan lebih banyak. Guru pun ditekan untuk mengajar dengan orientasi agar siswa bisa memperoleh skor-tes yang tinggi. Tidak heran jika kemudian latihan-latihan tes mengambil porsi besar dalam pendidikan di sekolah-sekolah di Asia karena keberhasilan sebuah sekolah semata-mata dinilai dari catatan skor-tes yang diperoleh sekolah itu.<br />><br />>Akibat iklim pendidikan berorientasi skor-tes, para orangtua di Asia lazim memasukkan anak-anaknya ke suatu les pelajaran tambahan di luar sekolah sejak usia dini. Di Singapura, pada tahun 2008, sejumlah 97 dari 100 pelajar mengikuti les tambahan pelajaran di berbagai institusi persiapan tes (baca: Lembaga Bimbingan Belajar). Pada tahun 2009, industri persiapan tes di Korea Selatan bernilai 16,3 Miliar US$ atau setara dengan 146,7 triliun rupiah. Jumlah itu kira-kira senilai 36% dari anggaran pemerintah untuk dunia pendidikan di negeri ginseng.<br />><br />>Akibat waktu sekolah yang panjang dan beban PR yang berat, para pelajar Asia hanya terasah kemampuan intelektualnya dalam hal mengingat fakta-fakta untuk kemudian ditumpahkan kembali saat ujian. Hasil dari budaya pendidikan semacam itu adalah kurangnya keterampilan menelaah, menginvestigasi dan bernalar, yang sangat dibutuhkan dalam penemuan-penemuan ilmiah. Dalam artikelnya, William K. Lim menyatakan bahwa para mahasiswa yang ditemuinya lemah dalam melihat hubungan-hubungan dalam berbagai literatur, membuat kemungkinan-kemungkinan ide-ide, dan menyusun berbagai hipotesis. Padahal, mereka adalah para peraih skor-tes tertinggi. Hal itu membuktikan kalau sistem pendidikan Asia tidak melahirkan talenta saintifik.<br />><br />>Benar bahwa dalam berbagai ujian, para pelajar Asia "selalu" memiliki skor-tes lebih baik dari para pelajar Eropa Barat dan Amerika Utara berkat pendidikannya yang berorientasi skor-tes. Akan tetapi ketika bicara soal kreativitas dan kualitas hasil penelitian, para pelajar Asia jauh tertinggal. Sebagai akibatnya, sangat sedikit ilmuwan berkelas yang dihasilkan Asia. Mayoritas ilmuwan kelas dunia dari negara-negara Asia pun biasanya dididik dalam pendidikan Eropa/Amerika, bukan dalam iklim pendidikan Asia.<br />><br />>Tidak bisa dipungkiri bahwa para pemenang olimpiade sains dunia (fisika, sains, biologi, dan lainnya) mayoritas berasal dari Asia. Indonesia sendiri telah berkali-kali memiliki para juara. Akan tetapi mereka merupakan hasil penggodokan khusus oleh tim khusus olimpiade sains. Mereka bukan hasil alami iklim pendidikan seperti biasa. Jadi, fenomena itu sama sekali tak mengindikasikan keberhasilan sistem pendidikan di Asia. Faktanya, meskipun mendominasi kejuaraan, Asia tak kunjung melahirkan ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Jumlah ilmuwan yang terlahir dari Eropa/Amerika sangat timpang jauhnya dibandingkan dari Asia.<br />><br />>Bukti kegagalan sistem pendidikan Asia dalam menelurkan talenta saintifik berlimpah ruah. Benar bahwa Asia, terutama Asia Timur, digambarkan kuat dalam menyerap pengetahuan yang ada dan dalam mengadaptasi teknologi yang sudah ada (maklum, mereka canggih dalam mengingat). Akan tetapi Asia gagal membuat kontribusi orisinil terhadap ilmu-ilmu dasar. Hingga kini tidak ada temuan-temuan ilmiah berarti dari Asia. Kemajuan besar dalam sains dan teknologi yang digapai negeri-negeri Asia tidak ada yang merupakan karya orisinil Asia: nyaris semuanya merupakan adaptasi teknologi dari negeri-negeri barat. Padahal, negeri-negeri barat sempat cemas dengan besarnya investasi negara-negara Asia terhadap dunia pendidikan yang jumlahnya jauh melebihi investasi mereka. Dikuatirkan mereka bakal terkejar dan lantas tertinggal dari Asia dalam satu atau dua dekade saja. Akan tetapi, ternyata mereka tak perlu risau lagi. Investasi pendidikan besar-besaran negara-negara Asia<br />telah gagal karena kesalahan Negara-negara itu dalam membangun budaya pendidikannya. Kini, Asia tetap tertinggal di belakang.<br />><br />>Indonesia agaknya tidak belajar dari kegagalan investasi pendidikan di negara-negara Asia lain. Pendidikan Indonesia saat ini ikut-ikutan berorientasi pada skor-tes. Konkretnya, skor-tes saat ujian nasional menjadi syarat mutlak kelulusan. Lantas, di mana-mana di berbagai sekolah di seluruh penjuru negeri, orientasi pengajarannya hanya agar para peserta didiknya berhasil melewati ujian nasional. Bulan-bulan menjelang ujian, berbagai mata pelajaran yang tidak diujiankan akan dihapus dari jadwal. Latihan tes ditekankan. Berbagai les diselenggarakan. Maklum, sekolah akan dianggap gagal jika tidak berhasil meluluskan siswa-siswanya dalam ujian nasional. Para politisi pun beramai-ramai memanasi suasana dengan `memaksa' para sekolah di daerahnya untuk bisa meluluskan siswa-siswanya, apapun caranya. Sebab, skor-tes ujian nasional di suatu daerah juga menjadi citra daerah itu. Lantas tak mengherankan jika muncul berbagai macam kecurangan untuk mengatrol nilai<br />para siswa agar bisa lulus ujian.<br />><br />>Pendidikan yang berorientasi skor-tes menjadi berkah tersendiri bagi industri persiapan tes. Industri itu akan menjadi industri pendidikan yang paling menjanjikan. Potensinya luar biasa besar. Dengan jumlah pelajar yang hanya kurang dari 20% dari jumlah pelajar di Indonesia, industri persiapan tes di Korea Selatan telah menuai kapitalisasi senilai 146,7 triliun rupiah. Bayangkan besarnya potensi pasar industri persiapan tes di Indonesia, potensinya bisa diduga ratusan triliun rupiah. Anda tertarik?<br />><br />>Buah yang akan dituai dari budaya pendidikan berorientasi skor-tes sangat jelas, seperti ditunjukkan negara-negara Asia lain yang telah gagal: ketidakmampuan menghasilkan ilmuwan. Maka, selamanya, selama budaya pendidikan itu tak diubah, Indonesia tak akan pernah mampu menjadi pelopor di bidang sains dan teknologi. Indonesia hanya akan menjadi pengekor karya ilmiah negeri-negeri lain, seperti selama ini. Masih mending negara-negara Asia lain, seperti Korea, Taiwan, China, Singapura dan Jepang yang mampu membuat adaptasi teknologi sehingga memakmurkan negerinya. Sedangkan kita, mengadaptasi saja tak mampu, apalagi mencipta.<br />><br />>Agaknya pemerintah Indonesia tetap `kekeuh' mempertahankan kebijakan pendidikan skor-tes itu dengan berbagai alasannya. Tapi, pertimbangkanlah ini: jika negeri-negeri semaju seperti Korea, Jepang, Taiwan, Singapura saja telah dianggap gagal menelurkan para ilmuwan (dan dengan demikian gagal menjadi tuan di bidang sains dan teknologi) gara-gara budaya pendidikannya yang berorientasi skor-tes, masa sih kita harus meniru mereka?<br />><br />>Mengutip William K. Lim: "A radical trasformation of the educational culture must happen before homegrown Asian science can challenge Western technological dominance."<br />><br />>Benar kata Tuan Lim, kita memerlukan transformasi radikal dalam pendidikan kita, atau kita akan terus menjadi negeri tak dianggap siapa-siapa.<br />> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-16327708117708191572011-03-21T22:16:00.000+07:002011-03-21T22:17:24.223+07:00JK: Tak Perlu Eksperimen Lewat RSBI!JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah tuntutan masyarakat untuk menghentikan program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan upaya pemerintah mengevaluasinya, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ikut memberikan pendapatnya seperti yang disampaikan dalam pidato ilmiah penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa untuknya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Kamis (17/3/2011). Menurut Kalla, pemerintah tak perlu melakukan eksperimen pada sistem pendidikan melalui RSBI.<span class="fullpost"> <br /><br />”Pendidikan merupakan tempat dan lokus yang sangat strategis untuk menyemai dan menanamkan berbagai nilai sejak waktu paling dini dan berkelanjutan sesuai jenjang pendidikan yang ada,” ucap JK.<br /><br />Pada Kamis (17/3/2011), Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu dianugerahi gelar kehormatan Doktor Honoris Causa bidang pendidikan dan kewirausahaan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Kamis (17/3/2011). Penghargaan diserahkan langsung oleh Rektor UPI Bandung Prof Sunaryo.<br /><br />”Dalam konteks ini, pendidikan dasar semestinya lebih berorientasi ke dalam, tidak berorientasi ke luar melalui eksperimen semacam sekolah bertaraf internasional yang menggunakan bahasa asing,” ujarnya.<br /><br />Kalla mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan untuk memajukan ekonomi Indonesia dan belum saatnya puas terhadap berbagai kemajuan ekonomi yang telah dicapai. Oleh karena itu, perlu perjuangan sungguh-sungguh dan terus- menerus untuk lebih memajukan ekonomi dalam rangka mewujudkan martabat bangsa.<br /><br />”Saya yakin dengan kemajuan ekonomi yang mendorong berbagai bidang kehidupan lainnya, bangsa kita bisa memiliki kebanggaan diri dan martabat baik ke dalam maupun ke tengah pergaulan antarbangsa. Karena itulah, kita perlu mengoreksi dan meluruskan arah pembangunan ekonomi ke arah self-esteem dan dignity, rasa harga diri bangsa,” ujarnya.<br /><br />Seperti diberitakan, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengaku dirinya memahami kritik dan protes masyarakat mengenai RSBI, terutama kesan RSBI eksklusif hanya untuk ”anak orang kaya” yang dikuatkan dengan biaya tinggi. Padahal, RSBI tetap sekolah publik yang harus mengalokasikan 20 persen untuk siswa dari keluarga kurang mampu. <br /><br />Untuk itu, Pemerintah akan merombak konsep dasar dan penyelenggaraan RSBI yang dinilai tak sesuai lagi dengan harapan dan ide awal. Institusi pendidikan salah menerjemahkan kualitas dengan label ”internasional” dan menggunakan pendekatan kelas serta menafsirkan metodologi pengajaran dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar.<br /><br />”Tidak penting namanya apa, internasional atau nasional. Masyarakat inginnya institusi pendidikan berkualitas. Jangan pakai nama internasional kalau jiwanya belum internasional,” kata Nuh seusai pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan Tahun 2011 di Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu (16/3/2011) kemarin. </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-35091473260716601202011-01-23T19:53:00.000+07:002011-01-23T19:54:13.548+07:00Dengan Komputer Rakitan, Pria Jepang Pecahkan Rekor Matematika 'pi'JAKARTA, REPUBLIKA.co.id - Seorang pengusaha Jepang dengan menggunakan komputer rakitan rumah telah berhasil menghitung konsep matematika "pi" ke dalam triliunan digit dan memperoleh rekor dunia atas hasil kerjanya itu.<span class="fullpost"> <br /><br />Shigeru Kondo, seorang insinyur sistem berusia 50 tahunan pada sebuah perusahaan makanan diprefektur Nagano, Jepang tengah, pada Agustus menghitung pi --rasio keliling lingkaran atas diameternya-- dalam lima triliun digit, hampir dua kali lipat akurasi dari rekor dunia sebelumnya.<br /><br />Pekan lalu, penghitungan ini diakui oleh Catatan Rekor Dunia dengan memberikan sertifikat ke Kondo, yang mengaku mulai menghitung pi hanya sebagai hobi. "Saya benar-benar ingin memuji komputer saya, yang melakukan penghitungan terus-menerus selama tiga bulan tanpa keluhan, "kata Kondo kepada Chunichi Shimbun.<br /><br />Ia berbagi kehormatan dengan seorang mahasiswa ilmu komputer AS, Alexander Yee, yang membuat program piranti lunak dan berhubungan dengan Kondo melalui surat elektronik.<br /><br />Menggunakan bagian dari gudang lokal dan toko daring, Kondo menyatukan komputer meja yang menampilkan dua prosesor tingkat tinggi Intel dan 20 cakram keras tambahan.<br /><br />Setelah 90 hari pengolahan terus enerus, Kondo memperoleh deret lima triliun angka yang mendefinisikan pi. Dia memverifikasi hasil itu dengan metode yang berbeda, yang memakan waktu 64 jam. Rekor sebelumnya, ditetapkan oleh konsultan perangkat lunak Perancis pada bulan Januari 2010, adalah sekitar 2,7 triliun digit.<br /><br />Upaya menghitung pi secara lebih akurat, yang diyakini akan terus berlangsung selamanya, telah menjadi tantangan bagi para sarjana selama ribuan tahun, sejak parameter tersebut digunakan di Mesir kuno. Kondo sekarang mencoba untuk menghitung pi sampai 10 triliun digit. "Jika semuanya berjalan dengan baik, saya akan mencapai hasil itu pada Juli. Aku benar-benar menantikan itu, " katanya. (Red: taufik rachman/Sumber: antara)<br /> </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-20955578760191161302011-01-23T19:52:00.001+07:002011-01-23T19:52:44.566+07:00Menyentuh Kepekaan Guru pada LingkunganJAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswa STKIP Kebangkitan Nasional atau Sampoerna School of Education (SSE) bekerjasama dengan The Green Teacher mengadakan Indonesian Youth Mini Conference (IYMC) 2011. Konferensi anak muda yang baru pertama digelar ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para aktivis muda dari berbagai daerah untuk berdiskusi, berbagi, dan saling menginspirasi mengenai lingkungan hidup.<br /><span class="fullpost"> <br />Dilaksanakan di Gedung SSE, Jakarta, Sabtu (22/1/2011), IYMC ini mengusung tema "Youth Action for a Sustainable Future". Tiga topik utama yang diangkat adalah penemuan atau inovasi teknologi ramah lingkungan, kegiatan 3R (reuse, reduce dan recycle), serta aktivitas hijau. Pada ketiga tema ini digambarkan tentang pentingnya peran anak-anak muda untuk menciptakan masa depan cerah yang berkelanjutan.<br /><br />"Kegiatan ini sepenuhnya diselenggarakan oleh mahasiswa, mereka hanya dibimbing oleh satu dosen pembimbing. Tujuannya untuk melatih kepekaan mahasiswa calon guru terhadap isu-isu lingkungan dalam dunia pendidikan dan cara pendidik berperan dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan," tutur Prof Paulina Pannen, Dekan SSE kepada Kompas.com.<br /><br />Kegiatan yang dimotori Yosea Kurniawan, mahasiswa SEE angkatan 2009, ini tidak hanya berupa seminar, melainkan juga Hands on Experience. Hal itu bertujuan untuk mendorong peserta berkampanye tentang lingkungan hidup melalui karya-karya kreatifnya seperti komik, drama, serta musik. Selain itu, IYMC juga menggelar sesi diskusi kelompok sebagai ajang saling mengenal dan memperluas jaringan komunitas mereka.<br /><br />"IYMC mengundang anak muda Indonesia yang memiliki passion dalam penyelamatan lingkungan. Kegiatan ini memiliki dua fungsi, yaitu berbagi inspirasi dan menumbuhkan sosok inspiratif," jelas Yosea. (Penulis : Monica Dian Adelina | Editor : Latief )<br /><br />Ilustrasi: Shuterstock<br /><br />Ilustrasi: Inovasi teknologi ramah lingkungan, 3R (reuse, reduce dan recycle), serta aktivitas hijau dibuat sebagai tema untuk menggambarkan pentingnya peran anak muda untuk menciptakan masa depan cerah yang berkelanjutan. </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2136751064932291884.post-53180498957296557692011-01-18T18:59:00.001+07:002011-01-18T18:59:36.274+07:00Mendiknas Minta Pejabat Tak Berorientasi BirokrasiJakarta --- Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh melantik pejabat eselon II lingkup Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Selasa (28/12). Pelantikan pejabat ini merupakan penataan struktur organisasi sebagai bagian dari reformasi birokrasi di lingkup kementrian ini.<span class="fullpost"> <br /><br />Para pejabat yang dilantik antara lain adalah Abdul Apip sebagai Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemdiknas, Nugaan Yulia Wardhani Siregar sebagai Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kemdiknas, Bambang Indriyanto sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas, Mustaghfirin Amin sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kemdiknas.<br /><br />Selanjutnya, Giri Suryatmana dilantik sebagai Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemdiknas, Hari Setiadi sebagai Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdiknas, Murtoyo sebagai Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bisnis dan Pariwisata, dan Dedy Hermanto Karwan sebagai Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri.<br /><br />Dalam sambutannya Mendiknas menyampaikan, Kemdiknas bertekad untuk melakukan reformasi birokrasi. Menteri Nuh mengingatkan, Presiden dalam berbagai kesempatan menyampaikan, kesuksesan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kualitas sistem birokrasi. "Reformasi birokrasi bisa dilakukan dengan sukses kalau sistem birokrasi kita sudah baik," ujarnya.<br /><br />Kepada para pejabat yang dilantik, Mendiknas meminta agar meningkatkan kualitas layanan kepada publik. Layanan yang diberikan tidak lagi berorientasi kepada birokrasi, tetapi berorientasi kepada publik. "Baik dan tidaknya bukan diukur dari kepuasan kita dalam memberikan layanan kepada publik tidak, tetapi lebih ditentukan oleh kepuasan publik terhadap layanan yang kita berikan," katanya.<br /><br />Reformasi yang dilakukan di Kemdiknas meliputi penataan struktur organisasi dan pengisian jabatan, penguatan kualitas sumber daya manusia, pembenahan tata laksana sistem birokrasi, dan pemanfaatan teknologi untuk efektivitas dan efisiensi. "Tidak kalah penting dan memerlukan perubahan luar biasa yaitu kultur atau budaya kerja," kata Menteri Nuh.<br /><br /> <br /><br />Mendiknas juga berpesan kepada para pejabat yang dilantik. Pertama, menata niat. "Kalau niat sudah pas, maka langkah berikutnya semakin terbuka." Kedua perkuat pembentukan kepribadian. Ketiga, perkuat kerja sama dan sinergitas antarunit. Keempat dedikasikan sepenuh hati kemampuan, kecerdasan kerja keras untuk memberikan layanan yang terbaik. "Cintailah tugas dan pekerjaan ," ucapnya. (agung/ali) </span>fikirjernihhttp://www.blogger.com/profile/00234962436909225825noreply@blogger.com0