Kegagalan Membenahi Pendidikan

Pemerintah tidak boleh menganggap enteng turunnya tingkat kelulusan
siswa sekolah menengah atas tahun ini. Kalau kita percaya keandalan
ujian nasional sebagai tolok ukur, fenomena ini jelas menunjukkan
merosotnya mutu pendidikan. Masih banyaknya sekolah yang seluruh
siswanya gagal juga mencerminkan bahwa kualitas pengajaran belum merata.

Siswa sekolah menengah atas yang lulus tahun ini hanya 89,88 persen,
melorot lumayan jauh dibanding tahun lalu yang mencapai 93,74 persen.
Bahkan ada 267 sekolah yang gagal total karena seluruh siswanya tidak
lulus. Di Kalimantan Timur, misalnya, ada 39 sekolah yang memiliki
tingkat kelulusan nol persen. Sejumlah sekolah di Jawa Tengah dan
Sulawesi Utara juga bernasib sama.

Dilihat dari rata-rata persentase ketidaklulusan, angka di Kalimantan
Timur memang termasuk tinggi, yakni 30 persen. Kendati begitu, sejumlah
provinsi memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi. Misalnya, Kalimantan
Tengah mempunyai angka ketidaklulusan 39 persen, Maluku Utara 41 persen,
Nusa Tenggara Timur 52,8 persen, dan Gorontalo 53 persen.

Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyebutkan sejumlah penyebab
turunnya prestasi itu.

Di antaranya, proses belajar-mengajar yang tidak maksimal, rendahnya
kesadaran murid dan infrastruktur, serta sarana-prasarana yang kurang
memadai. Pengakuan Pak Menteri ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah
belum berhasil meningkatkan kualitas pendidikan.

Padahal itulah yang diperintahkan oleh pengadilan ketika memutuskan
gugatan publik terhadap ujian nasional. Putusan ini kemudian diperkuat
oleh vonis Mahkamah Agung tahun lalu. Intinya, pemerintah diminta
meningkatkan sarana dan prasarana sekolah di seluruh Indonesia sebelum
melaksanakan ujian nasional. Pemerintah juga diperintahkan melakukan
langkah konkret untuk mengatasi gangguan psikologis para siswa yang
tidak lulus ujian.

Kewajiban itu rupanya tidak dijalankan sungguhsungguh. Sejauh ini yang
dilakukan pemerintah hanyalah memperketat pengawasan pelaksanaan ujian
nasional. Birokrasi pemerintah telah mengerahkan pengawas hingga jutaan
orang, termasuk dari anggota kepolisian. Juga dilakukan penandatanganan
Fakta Kejujuran antara Kementerian Pendidikan Nasional dan 33 pemerintah
provinsi guna menjamin ujian nasional terlaksana secara jujur.

Langkah itu tak berkaitan langsung dengan kepentingan siswa dan upaya
meningkatkan sekaligus meratakan kualitas pendidikan. Kegagalan
pemerintah dalam membenahi pendidikan semakin berbahaya karena diikuti
dengan sikap yang nekat menggelar proyek ujian nasional. Ini hanya
semakin menggarisbawahi ketidakadilan. Soalnya, siswa-siswa yang belajar
di sekolah yang tertinggal tetap kewalahan memburu kelulusan.

Beda halnya jika ujian nasional hanya sebagai tolok ukur mutu
pendidikan, dan bukan sebagai penentu kelulusan. Usulan ini perlu
dipertimbangkan lagi karena pemerintah tetap belum mampu meratakan mutu
pendidikan. Rasa keadilan tidak akan tercederai jika ujian nasional
diubah fungsinya.

http://epaper. korantempo. com

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

KPAI: UN Dihentikan

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) diminta dihentikan pada 2011 nanti. Alasannya, UN berdampak cukup serius bagi para siswa mulai dari ganggguan psikologis, mental, bahkan bunuh diri. Demikian diungkapkan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Supeno di Jakarta, Sabtu (8/5).

Empat kali diselenggarakan, UN terus menuai kontroversi. Apalagi tingkat kelulusan UN tahun ini menurun dibanding tahun silam. Meski ada ujian pengulangan, namun stigma negatif bagi mereka yang gagal menjadi beban berat sebagian siswa [baca: Haru dan Kecewa di Pengumuman UN SMP].

Hasil UN tingkat SMP yang belum lama ini diumumkan terungkap, dari sekitar 3,5 juta siswa sebanyak 9,73 persen tak lulus. Dengan tingkat ketidaklulusan tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan di DKI Jakarta, lebih dari sepertiga siswa SMP tak lulus UN. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Masalah ini ditanggapi serius kalangan Komisi X DPR bidang Pendidikan. Mereka menilai UN tak perlu diselenggarakan setiap tahun. Tapi lima tahun sekali layaknya sensus penduduk.(AIS)


Sumber
Liputan6.com, Jakarta:


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

SISWA MTS KUDUS TEWAS SAAT MERAYAKAN KELULUSAN

Seorang siswa MTs Negeri 01 Kudus, tewas tenggelam saat merayakan kelulusan bersama teman-temannya dengan cara mandi di aliran Sungai Kaligelis, di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Minggu (9/5).
Menurut Kasi Linmas pada Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Kudus, Atok Darmobroto, di Kudus, Senin, korban tewas bernama Muh Zaim Muhyinudin (15), Kecamatan Kaliwungu tersebut sempat terseret hingga ratusan meter dari tempat korban mandi bersama teman-temannya.
Peristiwa naas tersebut, kata dia, berawal ketika korban bersama sepuluh temannya ingin merayakan kelulusan sekolah dengan cara pergi ke Pegunungan Rahtawu untuk berenang di sungai.
"Sampai di lokasi kejadian, sekitar pukul 11.30 WIB, korban mandi di sungai dengan dua temannya, yakni Alif Wildan (15) dan Muh Naufal (15)," ujarnya.
Awalnya, kata dia, sejumlah warga setempat memeringatkan korban dan teman-temannya untuk mengurungkan niatnya, karena di lokasi tersebut sering terjadi korban tenggelam yang berakhir dengan kematian. Namun, ketiga anak tersebut tidak mengindahkan.
Beberapa saat setelah berenang, tiba-tiba tubuh korban terseret arus, sedangkan teman korban yang bernama Alif Wildan dan Muh Naufal langsung memberikan pertolongan, namun keduanya tidak kuat menahan tubuh korban.
"Kedua temannya itu memang sempat memegangi tubuh korban, tetapi kuatnya arus akhirnya terlepas dan terbawa arus air," ujarnya.
Kedua teman korban kemudian melakukan pencairan dengan meminta bantuan warga setempat yang saat itu masih bekerja di sekitar lokasi kejadian.
Sebagian warga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Gebog dan Tim Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Kudus.
Selang beberapa menit, petugas datang ke lokasi dan langsung melakukan penyisiran.
Setelah satu jam pencairan, tubuh korban akhirnya ditemukan yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi kejadian.
Setelah ditemukan, jenazah korban dibawa ke Puskesmas Gebog untuk divisum.
Dari pemeriksaan medis, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan, namun pihak keluarga sempat mengajukan permohonan visum ulang karena tidak percaya dengan hasil di Puskesmas.
Jenazah korban anak pertama dari dua bersaudara pasangan Puryoto (45) dan Alfi Sa'adah (40) itu divisum di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dengan hasil visum yang hampir sama dengan visum pertama, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan.
Korban dinyatakan meninggal karena kehabisan oksigen saat tenggelam dan terseret arus air sungai.
Berdasarkan data Kantor Kesbangpollinmas Kabupaten Kudus, kejadian serupa di tempat tersebut merupakan yang keempat kalinya, mengingat arus air di aliran sungai tersebut cukup deras.
Sedangkan data korban meninggal akibat tenggelam di sungai selama Januari hingga Mei 2010, terdapat 11 korban dengan didominasi pelajar yang berenang tanpa mengindahkan kondisi arus sungai.
Sementara itu, Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Kudus, Nur Salim mengaku, ikut berbela sungkawa atas meninggalnya salah seorang siswa yang seharusnya bisa meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya.
"Perwakilan sekolah bersama beberapa siswa ikut melayat ke rumah duka hari ini (10/5), karena pemakaman dilakukan pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB," ujarnya.
Terkait informasi siswanya itu merayakan kelulusan, dia mengaku, tidak mengetahui.
"Sebelumnya, siswa kelas IX memang diliburkan pada Sabtu (8/5) usai pengumuman kelulusan ujian nasional (UN)," ujarnya.


Sumber
Kudus, 10/5 (ANTARA)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

DUA SISWA NYATAKAN TAK BERMINAT UN ULANGAN

Dua di antara 1.313 siswa sekolah lanjutan tingkat atas di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menyatakan tidak berminat mengikuti ujian nasional ulangan, kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Pemerintah Kabupaten Magelang, Ngaderi Budiono.

"Dua siswa itu berasal dari SMA Ma'arif Kecamatan Candimulyo, yang satu memang tidak berminat dan satu lainnya sakit dan dirawat di rumah sakit tetapi kemudian menyatakan tidak ikut UN ulangan," katanya didampingi Sekretaris UN Kabupaten Magelang, Sanny B. Tjahjono, di Magelang, Senin.

Ia menyatakan telah meminta mereka untuk menjalani UN ulangan yang berlangsung pada tanggal 10 hingga 14 Mei 2010. Pada kesempatan itu ia tidak menyebut identitas dua siswa yang mengundurkan diri dari UN ulangan itu.

Mereka harus menjalani proses pendidikan di kelas XII sekolah itu untuk selanjutnya mengikuti UN pada tahun 2011 agar bisa dinyatakan lulus sekolah. Ia menilai, UN ulangan pada hari pertama (10/5) berlangsung tertib dan lancar. UN ulangan di daerah itu dipusatkan di tiga sekolah yakni SMA Negeri 1 Mertoyudan dan SMA Muhammadiyah Muntilan (847 siswa), serta SMK Muhammadiyah 1 Salam (466 siswa).

Kepala SMK Pangudi Luhur Muntilan, Setyo Widodo, mengatakan, 16 siswa setempat yang tidak
lulus UN utama dan susulan mengikuti UN ulangan yang dipusatkan di SMK Muhammadiyah 1 Salam. Sebanyak 178 siswa setempat mengikuti UN Tahun 2010.

"Beberapa di antara mereka yang belum lulus itu sebenarnya sudah mendapat pekerjaan di beberapa perusahaan di luar kota sebelum pengumuman kelulusan UN. Tetapi mereka memutuskan menunda keberangkatan karena harus menjalani UN ulangan terlebih dahulu," katanya.

Jika mereka tidak lulus UN ulangan, katanya, harus kembali menjalani proses belajar mengajar dikelas XII. Puluhan lulusan sekolah itu, katanya, melanjutkan kuliah di beberapa perguruan tinggi seperti Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) Surakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.


Sumber
Magelang, 10/5 (ANTARA)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Berbicara dengan Hati, Bukan Jari

"Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu. Dan perhatikan manusia di
sekelilingmu. "
-- Eric Schmidt, CEO Google

ADIL jengkel betul dengan istrinya. Sepanjang liburan akhir pekan keduanya
sepakat memilih beristirahat di rumah. Lima hari bekerja membuat mereka
ingin melemaskan otot-otot. Sekaligus tentu saja mempererat tali cinta
diantara mereka berdua. Maklum, mereka belum lagi genap dua tahun menikah.
Buah hati yang menjadi dambaan mereka tak kunjung datang. Mungkin Yang Di
Atas belum memberikan mereka kepercayaan. Begitu keduanya menghibur diri.
Oleh: Sonny Wibisono *
Tapi akhir pekan yang seharusnya indah justeru berubah menyebalkan. Seharian
Anita, sang istri, hanya berada di kamar. Mungkin saja letih. Dia ingin
istirahat penuh. Namun yang membuatnya jengkel, Anita terus menggenggam
gadget kesayangannya. Anita kadang tertawa sendiri. Sampai kadang dia tak
ingin jauh dari colokan listriknya. Gadget kesayangannya itu sering
kehilangan tenaga, sehingga terpaksa harus dicharge.

Adil geleng-geleng kepala. Namun Anita cuek bebek. Katanya, dia sedang asyik
mengobrol dengan teman yang lama tak dijumpainya. Bertemu di jejaring sosial
facebook, mereka kemudian bertukar nomor PIN. Lalu itulah yang terjadi,
mereka mengobrol ngalor-ngidul sesuka hati. Adil pun memilih untuk keluar
rumah dan mengobrol dengan tetangga.

Ponsel cerdas itu menjadi booming di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi
setelah beberapa tokoh dunia dan seleb memakainya juga. Kelebihan
menggunakan gadget ini dibandingkan dengan ponsel biasa memang beragam,
misalnya saja layanan push mail, menerima dan membalas email yang masuk pada
saat itu juga. Atau mengambil foto dan mengirimkannya ke handai taulan di
luar negeri dalam sekejap. Lalu ada pula fasilitas chatting, browsing,
hingga fasilitas online berbagai situs jejaring sosial. Kedekatan seseorang
di dunia maya seakan-akan tidak lagi terpisahkan oleh ruang dan waktu. Tak
aneh bila kemudian muncul istilah, 'mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang
dekat.'

Namun memakai gadget ini bukan tak ada kekurangannya sama sekali. Contohnya,
ya itu, interaksi antara Adil dan Anita menjadi tak nyaman. Ketika seseorang
berasyik masyuk dengan dirinya dan dunianya sendiri, serta tidak
memperdulikan lingkungan sekitar, apalagi menjadikannya sebagai
ketergantungan yang sangat, maka menurut anak zaman sekarang dikatakan
terkena 'gejala autis'. Tapi bukankah merujuk peribahasa, 'man behind the
gun', bahwa baik-buruknya penggunaan teknologi tergantung si pemakainya?
Betul. Bila pemakainya memakai dengan bijak, tentu tak masalah. Sebaliknya
pun demikian.

Tapi nyatanya memang, menurut penelitian, ketergantungan akan gadget
menyebabkan seseorang menjadi tak fokus. Bahkan para uskup senior di
Liverpool, Inggris menantang umatnya untuk berpuasa teknologi selama 40
hari. Mereka mendorong masing-masing orang untuk memangkas penggunaan karbon
dengan tidak memakai sejumlah gadget. Tingkat ketergantungan pemakai gadget
memang sungguh luar biasa. Hingga muncul istilah, 'it is heaven for business
owners, but hell for employees'.

Gadget dibuat dengan tujuan membantu si pemakainya. Untuk menjadikan urusan
berjalan dengan efektif dan efisien. Ambil satu contoh, misalnya saja ketika
diadakan rapat penting. Saat dalam rapat membutuhkan komunikasi rahasia di
antara peserta rapat, tentu saja cara yang cerdas dengan menggunakan gadget
yang tersedia.

Tetapi pada kenyataannya, yang kerap kita jumpai, teknologi yang awalnya
dirancang untuk membantu kehidupan manusia, malah justeru membuat kita
semakin menjauh satu dengan lainnya. Menjauh dari orang-orang yang kita
kasihi, dan menjauh pula dari Tuhan yang sesungguhnya dekat dengan kita.

Dengarlah apa yang dikatakan Eric Schmidt, CEO Google, dalam pidatonya di
University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2009 lalu dihadapan
enam ribu wisudawan. Schmidt berujar, "Matikan komputermu. Matikan juga
ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu. " Schmidt mengatakan
demikian setelah melihat banyaknya kaum muda yang hanya terpaku pada dunia
virtual di internet. Seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain.

Itulah yang dirasakan Adil sekarang. Ia merasa jauh sekali dari istrinya.
Adil sesungguhnya tak menuntut lebih dari Anita. Adil hanya ingin Anita
menghentikan sekali saja pada saat mereka berada di rumah. Apalagi
disaat-saat mereka sedang berdua atau liburan. Baginya komunikasi yang baik
bukan lagi semata dengan jari-jari, walau teknologi sudah maju. Berbicara
dengan tatap muka, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh tentu lebih memanusiakan
diri.

Kita seharusnya memang dapat berhenti sejenak dari kegaduhan dunia virtual
dan kembali pada 'habitatnya' sebagai makhluk sosial.


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Intel Luncurkan Program Satu Guru Satu Laptop

Intel Corporation yang merupakan salah satu raksasa industri prosesor dunia turut membantu peningkatan kualitas tenaga pendidik di Indonesia dengan meluncurkan program satu guru satu laptop (SaGuSaLa) dengan menggandeng perbankan.

"Intel berinisiatif di bidang pendidikan yang sedang berjalan dengan program pemberdayaan para guru dengan yang disebut `Intel Teach`," kata Public Relation Manager Intel Corporation Global Communication Group, Nick Knupffer, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin.

Lewat kolaborasi dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI), pihaknya memberikan kemudahan bagi para guru yang selama ini terkendala mendapatkan laptop untuk memiliki perangkat teknologi tersebut. Intel menggandeng perbankan untuk memberi kemudahan kredit dengan cara mencicil tanpa bunga.

Pentingnya program ini, kata Nick, karena para guru perlu ditopang dengan dukungan teknologi komputer dan internet untuk mewujudkan profesionalismenya sebagai tenaga pendidik. Ini juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang sudah berjalan selama dua tahun.

Nantinya para guru yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan berkewajiban menyebarkan pengetahuan yang didapatkan kepada rekan rekan guru lainnya sehingga terjadi transfer teknologi dan informasi.

Dikatakan Nick, program ini merupakan bagian dari kegiatan global yang dilaksanakan perusahaan yang bermarkas di Santa Clara California, Amerika Serikat itu. Bahkan untuk mendukung program tersebut, perusahaan pembuat semi konduktor terbesar di dunia ini telah mengalokasikan anggaran hingga 100 juta dolar Amerika Serikat untuk kegiatan pendidikan.

"Program Intel World Ahead dilaksanakan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Setiap tahun kami memberi pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat dalam hal ini untuk para guru," kata Nick didampingi Syamsul Arief Rakhmadani, konsultan dari Indo Pacific Edelmen.

Intel yang baru saja membukukan keuntungan pada kwartal pertama tahun 2010 hingga 10,3 miliar dolar Amerika Serikat atau RP100 triliun itu juga telah menggelar program pelatihan teknologi untuk industri kreatif di Indonesia.

"Kegitan itu kami namakan Intel Creative Motion, yang bertujuan mendukung industri kreatif di Indonesia lewat workshop-workshop untuk kominitas kreatif dan pendidikan di lima kota, yakni Surabaya, Yogyakarta, Medan, Balikpapan dan Makassar," ucap dia.

Dalam pelatihan tersebut, Intel menggandeng praktisi terkemuka di bidang fotografi, animasi dan musik, seperti Kristypa Saragih, Marlin Sugama dan Abdee Slank.

Sumber
Kuta (ANTARA News)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Pengawas Temukan Siswa Lulus Ikut UN Ulangan

Pengawas independen ujian nasional (UN) ulangan tingkat SMA sederajat di Kota Jambi mendapati ada siswa yang telah lulus UN mendaftar kembali ikut UN ulangan dengan tujuan memperbaiki nilai.

Pengawas independen Fahrudian Samuslim di Jambi, Senin menyatakan, adanya siswa yang telah lulus UN dan kembali ikut UN ulangan didasarkan pada jumlah lembar jawaban dan soal yang kurang.

Ternyata setelah ditelusuri ada beberapa siswa yang dinyatakan lulus masih ingin mengikuti UN ulangan yang katanya agar nilainya lebih baik lagi, ujar Fahrudian usai melakukan pengawasan di SMA IX Lurah Kota Jambi yang dijadikan salah satu lokasi UN ulangan.

Dari jumlah keseluruhan peserta UN ulangan di SMA IX Lurah Kota Jambi sebanyak 121 orang, tercatat kekurangan 15 lembar soal dan jawaban, sehingga diperkirakan penambahan peserta UN ulangan di sekolah tersebut mencapai 15 orang siswa.

"Ini akan menjadi catatan tersendiri dan akan kami laporkan ke Dinas Pendidikan, sebab pihak sekolah tidak memiliki wewenang untuk melarang siswa yang beinisiatif mengikuti UN ulangan dengan harapan nilai UN-nya bisa lebih baik lagi," kata tim pengawas independen dari Universitas Jambi itu.

Menurut Fahrudian, hal yang sama bisa saja terjadi di sekolah lain yang menjadi lokasi UN ulangan di Kota Jambi, karena itu pihaknya akan berkoordinasi dengan tim pengawas independen lainnya.

Secara terpisah, Kabag Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan Kota Jambi Jaharudin menegaskan, UN ulangan hanya diperbolehkan bagi siswa yang dinyatakan tidak lulus UN reguler sebelumnya atau ada dua mata pelajaran UN yang nilainya empat ke bawah.

"Tidak ada aturan yang memperbolehkan siswa yang telah dinyatakan lulus UN masih bisa mengikuti UN ulangan dengan niatan memperbaiki nilai," ujarnya.

Meski begitu, Jaharudin mengaku belum menerima laporan resmi dari pihak sekolah maupun tim pengawas. Untuk itu, pihaknya akan mencoba mengkonfirmasi langsung kepada pihak sekolah yang bersangkutan.

"Kami akan konfirmasi langsung ke pihak sekolah, karena sebelumnya Dinas Pendidikan telah menegaskan bahwa UN ulangan hanya diperbolehkan bagi siswa yang dinyatakan tidak lulus UN reguler," tegasnya.

UN ulangan tingkat SMA sederajat di Kota Jambi diikuti oleh 631 orang siswa. Lokasi pelaksanaan UN ulangan tersebut ditempatkan di enam titik sekolah. Diantaranya SMKN 1, SMKN 2, SMK swasta IX Lurah II, SMA swasta Alfallah, MAN Model, dan SMAN 7 Kota Jambi.

Sebelumnya, pelaksanaan UN tingkat SMA sederajat di Kota Jambi digelar serentak mulai tanggal 22 Maret 2010 di 15 SMU/SMK negeri, 38 SMU/SMK swasta dan 16 Madrasah Aliyah negeri/swasta.

UN tingkat SMA sederajat di Kota Jambi diikuti oleh 9.247 siswa. Jumlah tersebut menurun dibanding peserta tahun 2009 yang mencapai 9.786 siswa.

Tahun ini, Dinas Pendidikan Kota Jambi menargetkan tingkat kelulusan 100 persen dengan nilai minimal untuk lulus 5,50.

Pada pelaksanaan UN tingkat SMA tahun 2009 lalu tingkat kelulusan mencapai 92,7 persen. Angka tersebut meningkat 7 persen dibanding hasil UN pada tahun 2008.



Sumber
Jambi (ANTARA News)


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Buta Matematika dan Ujian Nasional

Dalam era pemerintah sekarang, bangsa Indonesia selalu dibuat gembira oleh bertaburnya prestasi medali emas dan perak murid SMP dan SMA dalam berbagai olimpiade sains dan matematika tingkat dunia, baik dalam kategori teori maupun praktek. Saking bangganya, foto para pemenang dipajang di lobi kantor Kementerian Pendidikan Nasional, dan histeria itu mendorong sekolah di seantero Nusantara berlomba melatih murid-muridnya agar lulus seleksi nasional olimpiade.

Namun benarkah prestasi segelintir murid yang berhasil membentuk persepsi publik bahwa ternyata murid sekolah di Indonesia itu cerdas telah mewakili tingkat penguasaan matematika murid kita? Ternyata tidak. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007 melaporkan bahwa 48 persen murid setingkat SMP di Indonesia buta matematika. Jika buta huruf berarti tidak mengerti huruf latin dan cara memakainya, buta matematika adalah tidak paham tentang angka atau bilangan dan desimal, tidak paham operasi kali-bagi-tambah- kurang atau ping-poro-lan- sudo (bahasa Jawa), dan tidak paham membaca grafik sederhana.

Dari 52 persen murid yang melek matematika, lebih dari setengahnya (55,7 persen) hanya melek tingkat dasar, yang hanya paham tentang bilangan dan desimal, operasi ping-poro-lan- sudo, dan grafik sederhana. Bandingkan dengan di Malaysia, yang sudah 82 persen murid melek matematika dan hanya 15 persen darinya tertinggal di tingkat dasar, yang belum mampu menggunakan pemahaman tersebut dalam keseharian. Angka itu jauh di bawah rerata internasional, yang hanya 25 persen murid buta matematika dengan 61 persen dari mereka melek dan mampu menguasai tingkat dasar.

Tidak usahlah kita bandingkan dengan kemampuan murid di Republik Korea Selatan, yang hanya 2 persen buta matematika. Dan ketika dibandingkan dengan Bosnia Herzegovina, sebuah negeri yang pernah dilanda perang etnik, kondisi Indonesia pun terlihat lebih buruk. Di sana hanya 23 persen murid buta matematika, dan 31 persen dari yang melek berada di tingkat dasar.

TIMSS 2007 juga mencatat bahwa murid Indonesia yang mampu menggunakan pemahaman matematikanya untuk menyelesaikan persoalan yang perlu beberapa langkah rumit (high order thinking) hanya kurang dari 1 persen, di bawah rerata internasional yang sekitar 2 persen. Bandingkan dengan murid Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura yang di atas 40 persen.

Ada yang salah
Tingkat buta matematika di Indonesia pun ternyata meningkat. Pada 1999 masih bercokol di angka 50 persen, pada 2003 turun menjadi 45 persen, tapi pada 2007 meningkat lagi menjadi 48 persen. Sementara itu, mereka yang memiliki kemampuan tertinggi melorot dari 2 persen pada 1999 menjadi hanya kurang dari 1 persen pada 2007.

Sungguh naif jika otoritas pengambil kebijakan pendidikan Indonesia tidak mengetahui gambaran sangat suram tentang kegagalan pendidikan matematika ini, dan sungguh mencengangkan, pemerintah tidak pernah memaparkan masalah serius ini secara terbuka kepada publik pembayar pajak, namun langsung memaksa sekolah untuk menjalankan ujian nasional (UN) mulai jenjang SD hingga SLTA dan menaikkan batas nilai kelulusan setiap tahun dengan dalih menaikkan mutu pendidikan.

Gembar-gembor prestasi olimpiade matematika dan sains boleh jadi merupakan upaya menutupi kegagalan pendidikan matematika yang meluas tersebut. Secara alamiah, murid sangat pandai akan eksis di mana pun, termasuk di Indonesia yang tingkat melek matematikanya rendah. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, jika mereka dilatih intensif tentu akan berhasil. Sementara itu, murid yang sangat bodoh juga berjumlah sangat sedikit, sehingga jika ada kebutaan matematika sebanyak hampir setengah dari populasi, tentu dapat disimpulkan bahwa ada yang salah dalam pendidikan di negeri ini.

Meskipun pemerintah yakin bahwa UN dapat meningkatkan mutu pendidikan, artinya UN matematika dapat meningkatkan mutu penguasaan matematika murid. Sehingga, saat persentase kelulusan mata pelajaran matematika di UN SMP naik, bahkan ketika batas kelulusannya dinaikkan, belum tentu secara otomatis tingkat melek matematika kita membaik pula. Sebab, UN jenjang SMP kita memiliki model soal yang berbeda dengan soal TIMSS-2007, sehingga hasil UN Indonesia tidak bisa dibandingkan setara dengan hasil uji TIMSS-2007.

Mutu guru
Matematika dianggap sebagai bahasa universal untuk memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagai alat utama untuk berpikir dan bernalar. Sehingga, di negara mana pun, pelajaran matematika di tingkat pendidikan dasar memperoleh porsi paling besar. Di Indonesia, pelajaran matematika SMP diberi porsi 4 jam dari 32 total jam pelajaran per pekan, bahkan di SD diberikan selama 5 jam pelajaran per pekan (lebih dari 15 persen dari mata pelajaran yang diberikan). Dengan porsi sebanyak itu, sudah seharusnya sekolah tidak gagal mendidik muridnya melek matematika.

Kegagalan tersebut mungkin akibat lemahnya penguasaan guru atas bahan ajar matematika dan cara penyampaian yang kurang menarik di kelas. Akibatnya, pelajaran matematika menjadi momok dan sangat membosankan, bahkan untuk murid pintar sekalipun. Hal itu terbukti, lebih dari 50 persen guru kelas di SD dan sekitar 50 persen guru matematika SMP tidak layak mengajar, meskipun tingkat pendidikan formal mereka tidak ekstrem lebih rendah dibanding di Malaysia (TIMSS-2007) .

Untuk menaikkan angka melek matematika, pemerintah, selain harus mati matian memperbaiki mutu guru ketika mahasiswa (pre-service) dan saat mengajar (in-service) , harus pula membenahi sarana dan prasarana pendidikan dasar hingga memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) di seluruh pelosok Nusantara. Soal UN pun harus dibuat selaras dengan soal TIMSS yang lebih mengutamakan penguasaan tuntas konsep dasar matematika, karena soal UN saat ini hanya mendorong penyerapan tuntas materi yang terlalu banyak dan memicu murid untuk menghafal.

Jika upaya perbaikan yang konsisten dan berjangka panjang itu dikerjakan oleh pemerintahan yang berperilaku seperti pecundang, jangan berharap mutu pendidikan akan membaik, dan alangkah buruknya nasib dan masa depan anak negeri yang bercita-cita mencerdaskan bangsa ini.


oleh Ahmad Rizali

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

PKS desak Pemerintah evaluasi UN

Jakarta–Hasil Ujian Nasional (UN) SMP ternyata jauh dari yang diharapkan. PKS pun mendesak agar pemerintah segera mengevaluasi UN.

Pada tahun ini tingkat kelulusan di DKI Jakarta menurun drastis hingga mencapai 28 persen, yakni diperkirakan sebanyak 39.179 tidak lulus UN. Padahal tahun 2009 angka kelulusan mencapai 99,805 persen dan hanya 0,195 persen atau sekitar 259 siswa yang tidak lulus.

Wakil ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS, Triwisaksana meminta pemprov untuk segera mengevaluasi kualitas pendidikan di Jakarta. Pasalnya dalam APBD telah dianggarkan 22 persen untuk pendidikan dan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) kepada para guru.

“Dalam evaluasi tersebut, diharapkan dapat menentukan langkah yang tepat untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di DKI Jakarta, sehingga pada tahun-tahun mendatang tidak ada lagi kabar bahwa ribuan siswa tidak lulus UN,” ujarnya, Sabtu (8/5).

Triwisaksana pun mengungkapkan keprihatinannya terhadap hasil UN baik tingkat SMA maupun SMP di Jakarta dan mengimbau kepada seluruh pihak yang terkait, baik dari Pemprov, Dinas Pendidikan maupun orang tua siswa, untuk tetap memperhatikan kondisi psikologis para siswa untuk tetap bersemangat dalam mengikuti ujian susulan mendatang.

“Perlu adanya upaya persuasive dan pendekatan emosional kepada anak-anak kita, hal ini untuk membangun kembali motivasi mereka, baru setelah itu mereka (siswa- red) dapat melakukan bimbingan belajar sebelum menghadapi ujian susulan,” katanya yang juga ketua Badan Legislasi Daerah ini.

Seperti diketahui, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan akan melakukan analisis terkait komponen-komponen apa saja yang menjadi penentu dari hasil proses belajar yang diaktualisasikan dalam UN.


Sumber
Solopos.com
Read More......

Anak penjual nasi itu membuat bangga SBY

Denpasar–Ibunda dari Kadek Indra Puspayanti hanyalah seorang penjual nasi campur. Namun dibalik kesederhanaan Kadek, ada prestasi yang membuat bangga Presiden SBY. Kadek dan temannya Ni Made Yuli Lestari meraih nilai UN SMP tertinggi di Indonesia, yaitu 9,95. SBY pun langsung menelepon mereka.

Telewicara SBY dengan dua Siswa peraih nilai UN SMP tertinggi, berlangsung di Gedung Jaya Sabha, Jl Surapati, Denpasar, Sabtu (8/5). Mereka didampingi Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Kepala Sekolah, dan orang tua. Sementara SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berada di Cikeas.

SBY menyatakan gembira dengan prestasi Bali karena meraih 4 medali emas dalam UN sementara Jawa Timur dan Jawa Tengah mendapat masing-masing satu emas. Bali meraih medali untuk tingkat kelulusan tertinggi (98,6 persen), sekolah dengan rata-rata nilai tertinggi (9,38), dua emas lagi untuk siswa dengan nilai tertinggi (9,95).

“Saya ucapkan selamat atas prestasi besar yang telah dicapai Bali,” kata SBY.

SBY pun mengucapkan selamat untuk Yuli dan Kadek. “Saya ucapkan selamat. Bagaimana perasaan Yuli? Bagaimana perasaan Kadek?” tanya SBY.

“Saya sangat bangga karena dapat nilai tertinggi,” jawab Yuli.
“Saya sangat bangga,” jawab Kadek.

Kadek dan Yuli bahkan meraih nilai sempurna 10, untuk Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia. SBY pun lalu menanyakan persiapan mereka menghadapi ujian.

“Bagaimana persiapan waktu ujian?” tanya SBY lagi.
“Saya sudah persiapan sejak semester dua dengan latihan soal-soal ujian,” kata Yuli dan diikuti Kadek dengan jawaban serupa.

Presiden SBY pun lalu memberikan selamat untuk Kepala SMPN 1 Gianyar AA Gde Agung. Menurut Agung, sekolah mereka memberikan bimbingan belajar untuk menyambut UN.

“Di Nasional kami telah empat kali menjadi juara, salah satunya NIM tertinggi di Indonesia,” kata Gde Agung.


Sumber
Solopos
Read More......