Posko BEM Se-Indonesia Laporkan Kebocoran UN di Gorontalo

JAKARTA--Posko pengaduan UN BEM Seluruh Indonesia (SI) telah mendapatkan pengaduan terkait kebocoran UN. Misalnya laporan dari daerah timur yaitu di Limboto, Gorontalo.

''Di sana telah terjadi kebocoran UN yang di koordinasikan oleh dinas setempat, yang mengakibatkan jawaban soal beredar di mana mana,'' ujar Koordinator pusat BEM SI, Fiqi Akhmad, dalam pesan singkatnya kepada Republika, Selasa malam (23/3).

Menurut Fiqi, pada hari Sabtu lalu (20/3) setelah diserahterimakan naskah soal UN dari rayon ke sekolah, terutama bagi sekolah yang jauh dari kabupaten Gorontalo, soal diterima sekolah dan difoto copy. ''Dan malam hari guru-guru tertentu mengerjakan jawaban. Mohon maaf, untuk identitas pengadu kami rahasiakan demi keamanan,'' jelasnya.

Read More......

Diduga Bocor, Lembar Jawaban UN Dikirim ke Jakarta

JAKARTA--Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah meminta tim pengawas UN dari Universitas Negeri Medan (Unimed) untuk mengirimkan lembar jawaban siswa terkait dugaan kebocoran soal di SMA Negeri 2 Medan dan SMA Indrapura Medan, Sumut. "Kami sudah meminta kepada pihak Unimed untuk mengirimkan lembar jawaban siswa untuk segera dipindai apakah jawabannya sama secara sistemik atau random. Jadi saat ini kita belum tahu apakah kebocoran soal UN di Medan memang ada," kata Kepala BSNP, Djemari Mardapi menjawab pertanyaan wartawan terkait dengan kebocoran UN, di Jakarta, Selasa.

Mardapi menambahkan, pihaknya juga sudah menurunkan tim untuk meneliti kebenaran isu kebocoran soal UN (Ujian Nasional). Ia mengatakan sampai sejauh ini pemantauan dari anggota BSNP dan Tim pengawasan di masing-masing daerah secara umum UN berjalan lancar dengan sejumlah temuan yang masih dapat ditolelir dalam Prosedur Operasional Standar (POS) UN SMA tahun 2010.

Namun bila kelak nanti terbukti adanya kecurangan dalam bentuk pembocoran soal UN, maka oknum-oknum yang terlibat akan dikenai sanksi hukum, kata Djemari. BSNP berharap tidak ada kasus-kasus kecurangan yang terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya karena persiapan sudah dilakukan secara matang dan jauh lebih baik dengan melibatkan tim pengawas dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), katanya.

Pada hari kedua pelaksanaan UN SMA tahun 2010, BSNP menerima sejumlah laporan antara lain kerusakan soal mata pelajaran Bahasa Inggris di Provinsi Gorontalo dan Semarang.Selain itu, BSNP juga menerima laporan adanya dugaan kecurangan yang dilakukan sebuah SMA Negeri di Jakarta Timur, diduga kecurangan dilakukan siswa dalam satu kelas yang secara sengaja terlambat masuk dan sebelumnya telah menerima jawaban soal.

Terhadap adanya dugaan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto menyatakan pihaknya akan menelusuri kebenaran kasus tersebut. "Kami akan melihat berita acara jika memang benar ada laporan keterlambatan siswa yang masuk di SMA Negeri tersebut dan termasuk akan memindai lembar jawaban apakah ada kesamaan jawaban secara sistematik," katanya. ant



Read More......

Ada Laporan, Guru Bagikan Jawaban UN ke Siswa

Salah seorang anggota Komisi X dari F-PKS DPR RI Ahmad Zainuddin mengaku mendapat laporan bahwa soal ujian nasional (UN) bocor ke tangan guru lalu jawaban disebarkan kepada peserta ujian. Menurut laporan itu, lanjut Zainuddin, bocoran soal dilakukan secara masif dan terorganisasi dengan rapi.

"Saya mendapat informasi dari seorang guru di daerah Bekasi bahwa ada indikasi UN berjalan tidak jujur, guru tersebut melaporkan adanya kebocoran soal dan kemudian kunci jawaban diberikan kepada peserta ujian," ungkap Zainuddin kepada Persda Network, Selasa (23/3/2010) melalui e-mail.

Ahmad Zainuddin yang juga salah satu Ketua DPP PKS mendapat laporan tersebut dari salah seorang guru saat mengunjungi pelaksanaan UN di salah satu SMU negeri di Jakarta Timur, Senin (22/3/2010). Bapak dari dua anak ini menceritakan, soal UN diambil di sekolah rayon pukul 01.00 dinihari oleh perwakilan guru sekolah dengan pengawalan polisi. Dari soal tersebut, guru kemudian mengerjakan soal tersebut dengan mencatat jawabannya. Jawaban itulah yang kemudian didistribusikan kepada peserta ujian melalui perwakilan masing-masing kelas.

Ahmad Zainuddin menambahkan, pihaknya akan memeriksa laporan ini. Jika memang betul terjadi rekayasa dan kecurangan, pemerintah harus menindak tegas oknum yang melakukan pelanggaran itu. Meski belum dapat dibuktikan, imbuh Zainuddin, ini merupakan suatu tanda ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan Indonesia. Sejak awal, sebelum pelaksanaan UN, F-PKS menginginkan adanya perbaikan standardisasi pendidikan nasional.

"Sudah banyak yang memprediksi hal ini akan terjadi. Bahkan, media sudah mewanti-wanti jika kebocoran selalu akan terjadi. Kita akan evaluasi mendalam ujian tahun ini, semoga ke depan bisa lebih baik," pungkas Zainuddin.


Sumber
JAKARTA, KOMPAS.com

Read More......

Soal Salah Cetak, 9.000-an Murid SD di Bekasi Batal Ujian

Sekitar 9.000 murid SD dari 27 sekolah di Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, batal mengikuti ujian tengah semester II akibat lembar soal yang dibagikan salah cetak.

"Pada saat ujian UTS Rabu (17/3/2010) lalu, pada kop surat tertulis soal ujian semester II. Namun, saat saya cek atas pengaduan siswa, ternyata soal semester I," kata Kepala SD Ridhogalih II di Cibarusah, Selasa (23/3/2010).

Menurutnya, sebanyak 40 soal mata pelajar Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) pada saat itu seluruhnya telah diujikan pada semester I lalu. Kejadian itu segera dilaporkan kepada petugas Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) pendidikan setempat guna ditindaklanjuti.

"Setelah kami cek ke seluruh sekolah, ternyata situasi itu benar adanya. Sebanyak ribuan kertas soal yang terdiri dari mata pelajaran Agama, PKN, Bahasa Sunda, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika kami tarik dan kegiatan UTS terpaksa diundur," ujar Kasubag TU Cibarusah Suyudianto.

Menurutnya, kesalahan soal murni diakibatkan oleh kesalahan cetak akibat kesalahan memasukan data soal oleh panitia pembuat soal. "Seluruh soal dibuat berdasarkan hasil rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). Nampaknya, pihak yang bersangkutan salah mengambil file saat dibawa ke percetakan," katanya.

Dianto mengaku bahwa hingga kini pihaknya belum dapat memastikan jadwal ujian susulan. Alasannya, hingga kini perbaikan soal tengah dilakukan panitia. "Kemungkinan ujian susulan baru kami laksanakan saat soal sudah selesai cetak," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Rusdi membenarkan kabar itu. "UTS merupakan otonomi sekolah sehingga dinas pendidikan dalam kasus ini tidak bisa menjatuhkan sanksi. Yang terpenting, UTS susulan harus segera dilaksanakan dalam tempo secepatnya," kata Rusdi.

Menurutnya, biaya cetak soal pada UTS tersebut diambil melalui dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) masing-masing yang disumbang melalui APBN Rp 395.000 per siswa setiap tahun, Pemprov Jabar Rp 100.000 per siswa per tahun, dan sisanya dari APBD Kabupaten Bekasi.

"Total biaya pembuatan soal ujian semester II sebesar Rp 11 miliar untuk 107 SD di Kabupaten Bekasi," katanya.

http://edukasi. kompas.com/ read/2010/ 03/23/20151267/ Soal.Salah. Cetak..9. 000.an.Murid. SD.di.Bekasi. Batal.Ujian

Read More......

Melawan Amerika Ala Jepang

Jepang pernah diratakan dengan tanah oleh tentara Amerika. Tahun 1945, tidak kurang dari 140 ribu nyawa bangsa Jepang hilang sia-sia ketika bom Atom dijatuhkan di Hiroshima. Dan 70 ribu lainnya mati sia-sia ketika bom Atom satunya lagi dijatuhkan di Nagasaki.

Praktis Jepang lumpuh. Tentaranya yang sedang menjajah negeri lain meluaskan sayap, pulang kampung. Negeri itu bangkrut, bubar dan tidak berbentuk lagi.

Apa yang pernah dialami Jepang di masa itu kira-kira mirip dengan yang dialami Iraq, Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Bahkan mungkin penderitaan Jepang jauh lebih dahsyat. Sebab bom Atom itu bukan cuma menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi efek radiasinya masih berbahaya untuk beberapa waktu.

Berbeda dengan sikap bangsa Jepang, ketika melihat negeri Islam dihancurkan oleh tentara Amerika, banyak pemuda muslim dari seluruh dunia yang marah dan bertekad membalas serangan itu dengan serangan yang sama.

Bahkan Usamah bin Ladin menyerukan jihad kepada Amerika, dan memerintahkan untuk membunuh semua bangsa Amerika, dimana saja bertemu. Kemarahan Usamah itu kemudian disambut gegap gempita oleh banyak kalangan muslim di dunia.

Tidak sedikit Kedutaan Besar Amerika di berbagai negara yang menerima ancaman bom dan peledakan. Warga Amerika sendiri pun tidak jarang menerima ancaman penganiayaan hingga pembunuhan di berbagai negara. Sampai pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan travel warning demi keselamatan warganya.

Sebuah reaksi yang cukup membuat pemerintah Amerika kalang kabut.

Bom Teroris

Tapi yang rada aneh justru terjadi di negeri kita. Alih-alih membunuh bangsa Amerika, justru yang terbunuh malah bangsa sendiri. Serangan demi serangan dilancarkan oleh para pengebom, namun lebih sering salah sasaran.

Meski pun penjelasannya untuk menyerang kepentingan Amerika, tetapi yang jadi korban malah bukan warga negara Amerika. Justru bangsa kita yang nota bene umat Islam, malah lebih sering terkena sasaran pengeboman yang dilancarkan secara membabi buta oleh orang yang tidak bertanggung- jawab.

Sayangnya, semua pengeboman itu masih memakai judul besar : jihad fi sabilillah. Padahal, yang mati bukan orang Amerika. Tempatnya pun bukan di medan peperangan yang sesungguhnya.

Serangkaian peledakan bom terus terjadi hingga hari ini. Catatan yang kita miliki antara lain :

1 Agustus 2000 : Ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.

13 September 2000 : Bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang, serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.

25 Desember 2000 :Bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru. Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak.

Agustus 2001 : Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan melukai enam orang.

23 September 2001 : Ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.

12 Oktober 2002 : Tiga ledakan bom mengguncang Bali. Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.

Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300. Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.

5 Agustus 2003 : Ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta. Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.

Pada 9 September 2004 : Pengeboman di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jaksel. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.

1 Oktober 2005 : Terjadi tiga pengeboman di Bali, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.

Jepang Tidak Membalas Teror

Ketika negerinya diporakporandakan, bangsa Jepang pasti marah. Namun menarik untuk dikaji, mereka sudah tidak bernafsu lagi untuk membalas dengan serangan militer yang hanya akan menumpahkan darah.

Pembalasan yang dilakukan oleh bangsa Jepang cukup intelek dan elegan. Bukan mesiu atau peluru yang mereka kirim ke Amerika, tetapi rombongan mahasiswa genius yang sengaja diperintahkan untuk `mencuri` ilmu dan teknologi dari mantan lawannya.

Berbeda dengan mental terjajah bangsa Indonesia yang ke Amerika malah belajar ilmu-ilmu keislaman dari Yahudi, mahasiswa Jepang justru belajar teknologi yang memang belum mereka miliki. Karena dikerjakan dengan tekat yang serius, maka dalam waktu singkat nyaris hampir semua teknologi dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tadinya dimiliki Amerika, sekarang sudah menjadi milik Jepang.

Saya diceritakan bagaimana saat itu Amerika agak pelit berbagi teknologi. Sampai akhirnya Jepang terpaksa membeli mobil Ford utuh untuk dibawa pulang ke Jepang. Di Jepang, mobil itu tidak untuk dipersembahkan buat para pejabat yang makan uang rakyat, tetapi untuk dibedah, dipreteli satu per satu isi perutnya, dipelajari dan . . . ini yang menarik, ditiru, dikembangkan, disempurnakan dan diproduksi massal.

Hasilnya?

Semua orang tahu bahwa Amerika pun akhirnya mengimpor mobil dan motor dari Jepang. Sebab industri otomotif Jepang melesat maju meninggalkan industri otomotif Amerika. Bahkan sepeda motor yang dipakai patroli jalan raya California (ingat film CHIPS), mereknya Honda.

Bahkan kini General Motor sebagai induk industri otomotif Amerika terpaksa merumahkan ribuan karyawannya. Teknik perakitan kendaraan roda empat memang tidak diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

Di bidang elektronik, Akio Morita mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Meski pita kaset ditemukan patennya oleh Phillip Electronics. Tapi walkman berhasil dikembangkan dan dibudling sebagai sebuah produk yang booming Sony tidak kurang dari 150 juta produk.

Bangsa Jepang Gemar Berkarya

Berbeda dengan umumnya bangsa-bangsa muslim yang senang berdebat, saling menjelekkan dan jarang akur, alias lebih sering bertikai, bangsa Jepang kelihatan lebih kalem. Mereka tidak terlalu banyak cakap, tapi rajin bekerja.

Mas Romi Satria Wahono, teman saya yang menggondol doktor di Jepang dan 10 tahun bermukim disana bercerita. Menurut beliau, rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam per tahun.

Jam kerja ini terbilang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan jam kerja bangsa-bangsa lain yang juga maju. Konon jam kerja orang Amerika sebanyak 1.957 jam per tahun. Kalau orang Inggris jam kerjanya 1.911 jam per tahun. Orang Jerman bekerja sebanyak 1.870 jam setahun. Orang Perancis bekerja sebanyak 1.680 jam setahun.

Sayangnya, saya tidak punya data PNS di negeri kita, berapa ya kira-kira jumlah jam kerja mereka?

Kalau mau iseng-iseng coba yuk kita hitung. Misalnya, PNS kita yang makan uang pajak rakyat itu datang ke kantor jam 09.00 pagi dengan badan lelah berjam-jam naik angkot dengan lalu lintas yang macet parah. Sampai di kantor harus istirahat dulu sambil baca koran atau minum teh. Kerja betulannya baru dimulai kira-kira jam 10.00 pagi.

Jam 11.30 sudah repot mau ke Masjid, sebab alasannya kan mau menunaikan ibadah shalat Dzhuhur. Balik dari masjid sekalian makan siang, jam 14.00. Kerja sebentar kira-kira 1 jam, itu pun kalau ada yang dikerjakan, kalau tidak ada, ya main game, chating, catur, atau ngobyek. Praktis sehari kerja yang beneran cuma 3 jam.

Kalau seminggu kerja 5 hari, berarti seminggu hanya 15 jam. Setahun? Kalikan saja dengan 52 minggu, hasilnya hana 780 jam setahun. Itupun sudah tidak dihitung tanggal merah, cuti bersama dan `HARPITNAS` (Hari Kejepit Nasional).

Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.

Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan `agak memalukan` di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk `yang tidak dibutuhkan` oleh perusahaan.

Tekun dan Ulet

Bumi Jepang sebenarnya tidak terlalu berlimpah dengan kekayaan alam. Tapi barangkali justru faktor itulah yang memicu orang-orang Jepang menjadi tekun dan ulet, akhirnya malah sukses.

Sesungguhnya untuk kebutuhan warganya, Jepang sangat mengandalkan negara lain, termasuk Indonesia. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.

Sampai ada yang bilang seandainya Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi ke Jepang, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Bandingkan dengan negeri kita yang berlimpah dengan bahan-bahan alam, ada minyak bumi, batu bara, bijih besi, emas dan lainnya. Seharusnya kita lebih maju dari Jepang. Bahkan bisa menekan Jepang dengan menghentikan ekspor minyak bumi.

Tapi itulah bangsa Jepang, alamnya yang sering dilanda gempa bukan bikin bangsanya jadi peminta-minta belas kasihan negara lain.

Nasionalisme dan Loyaliltas

Hal yang menarik lainnya dari bangsa Jepang, mereka punya rasa nasionalisme yang patut dibanggakan. Kedutaan Besar Jepang di berbagai negara selalu terbuka untuk memberikan bantuan sepenuhnya buat warganya.

Berbeda dengan ulah para pejabat KBRI dan konsulat kita di negeri lain, alih-alih membela bangsa sendiri, yang sering saya lihat mereka malah rada bermusuhan kepada WNI sendiri. Hubungan renggang antara pejabat kedutaan dengan bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang bersangkutan, lebih sering kurang serasi.

Bangsa Jepang juga dikenal punya loyalitas yang tinggi. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai
pensiun.

Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

Di negeri kita, loyalitas adalah barang basi. Loyalitas biasanya diberikan kepada pihak yang mau bayar lebih tinggi. Termasuk dalam urusan memilih partai dan pejabat. Siapa yang uang `serangan fajar`nya lebih tinggi, biasanya dia yang menang.

Tidak Bergantung Bangsa Lain

Berbeda dengan negeri-negeri yang mayoritas muslim, bangsa Jepang punya kebiasaan untuk tidak bergantung kepada bangsa lain.

Ini pengalaman saya sendiri waktu berangkat ke Jepang. Kebetulan charger hp saya tertinggal di Jakarta, dan itu saya sadari ketika sudah masuk ruang tunggu bandara. Saya berpikir, alah gampang, nanti saja di Tokyo saya beli yang baru atau pinjam teman. Toh hp saya bermerk Sony Ericsson, Sony kan merk Jepang. Masak sih tidak ada yang jual, begitu pikir saya.

Ternyata saya salah besar. Di Jepang bukan hanya tidak dijual chargernya, bahkan hp yang semerk dengan milik saya pun tidak dijual. Dari belasan toko elektronik yang saya masuki, semua menggeleng dan bilang, hp seperti itu belum pernah dia lihat seumur hidupnya.

Rupanya bangsa Jepang punya hp sendiri, yang tidak ada di negara lain. Mereka bikin sendiri dan hanya bisa dipakai di Jepang saja. Merk-merk hp terkenal seperti yang ada di negeri kita, justru tidak dikenal di Jepang.

Colokan listrik Jepang pun beda dengan yang umumnya berlaku di berbagai negara. Bentuknya pipih berbentuk lempengan, alat-alat elektronik yang kita punya sudah pasti tidak bisa dicolok disana, kecuali bila kita beli adapter.

Tegangan listriknya saja `aneh` dalam pandangan saya. Dimana-mana kan seharusnya 220 volt. Ternyata di Jepang cuma 110 volt.

Teman-teman panitia yang mengundang saya di Jepang berkomentar, `Ustadz, orang Jepang itu merasa Jepang adalah pusat dunia. Mereka merasa tidak butuh dengan negara lain. Jadi mereka ciptakan teknologi sesuai dengan selera mereka saja`.

Membangun Peradaban Mengalahkan Amerika

Dari semua hal di atas, yang paling mengesankan saya sendiri adalah balas dendam dan perlawanan bangsa Jepang terhadap gempuran Amerika dilakukan bukan dengan menumpahkan darah.

Barangkali bangsa Jepang sudah belajar cukup banyak tentang makna kemanusiaan, walau pun bangsa Jepang tidak mengenal agama. Bahkan di Jepang tidak ada hari libur keagamaan. Bandingkan dengan kita bangsa-bangsa muslim yang sepanjang tahun semarak dengan berbagai perayaan hari besar agama, tetapi rajin berbunuhan sepanjang tahun.

Iraq, Palestina, Afghanistan, Pakistan adalah contoh dari sekian banyak negeri yang harga nyawa manusia terasa sedemikian murah. Harta benda milik manusia sama sekali tidak ada jaminan keamananya, karena setiap saat bisa saja dicuri, dirampok, dikorupsi oleh pejabatnya, digelapkan bahkan dijarah.

Lepas dari siapa pelaku dan pihak yang salah, tetapi gambaran tentang peradaban Islam yang aman, sesuai dengan akar kata `islam`, rasanya masih jauh di alam mimpi. Kita tidak bisa dengan mudah menemukannya di negeri-negeri muslim.

Seandainya bangsa-bangsa muslim membangun teknologi yang unggul, tidak mengandalkan kepada bangsa lain, saya yakin Amerika pun akan hormat kepada kita. Saya tahu persis bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri cukup banyak yang sudah menguasai berbagai teknologi. Bahkan bikin reaktor nuklir pun bisa dilakukan dengan mudah. Ilmunya sudah dikuasai, tapi good will dari pemerintahnya yang tidak ada.

Apalagi bila kita mampu menguasai dan mengolah sendiri kekayaan alam yang berlimpah, tidak digadaikan buat kepentingan bangsa lain, maka Amerika pasti semakin takut dengan kita. Tapi sekali lagi, niat baik dari para pemimpin yang langka.

Dan yang lebih fantastis lagi, seandainya bangsa-bangsa muslim di dunia ini mengakhiri pertikaian di tengah mereka, lalu bersatu menjalin kekuatan bersama, saya tambah yakin kalau Amerika tidak akan bisa jualan senjata. Industri persenjataan Amerika itu bisa untung besar, selama negeri-negeri Islam sibuk berperang. Artinya, perang adalah ladang penghidupan buat Amerika.

Jadi kita ini sebenarnya tidak perlu boikot makanan Amerika. Cukup hentikan perang, insya Allah industri senjata Amerika akan gulung tikar. Dan rasanya aneh, mosok kita perang lawan Amerika, tapi pakai M-16? Mosok kita perang melawan Israel tapi pakai Uzi?

Kalau pun nanti kita berjhad fisik suatu hari, sebaiknya senjata yang kita pakai bukan M-16 atau AK47, tetapi merknya Paijo 77, Paimin 85, Tugiran 2000 atau Wakijan 21. Maksudnya, kita pakai senjata yang kita bangun sendiri industrinya.

Tulisan saya ini bukan berarti membesar-besarkan Jepang yang pernah menjajah kita 3,5 tahun dan memperkosa wanita-wanita kita (Jugun Ianfu). Tapi sekedar mengambil pelajaran. Biar bagaimana pun Jepang pasti punya kekurangan dan kelemahan juga.

Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita dan meneranginya dengan cahaya-Nya yang tidak pernah padam, agar kita semua dapat mengambil pelajaran berharga.

Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. Al-Hasyr : 2)


Sumber
Forum Pendidikan

Read More......

DINDING YANG KOSONG

Kisah yang sangat layak untuk disimak Ada dua orang pasien pria yang menderita sakit parah. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama. Pria pertama diizinkan duduk di tempat tidurnya setiap sore selama satu jam. Tujuannya adalah agar cairan dari paru-parunya bisa dikeluarkan.

Tempat tidurnya terletak di dekat satu-satunya jendela yang ada di kamar itu.

Sedang pria yang kedua harus selalu berbaring dalam keadaan terlentang. Karena di antara dua tempat tidur ada dinding pemisah yang cukup tinggi, pria yang tidur terlentang tidak bisa melihat ke jendela.

Kedua orang pria tersebut sering mengobrol. Macam-macam hal yang mereka bicarakan. Dari mengenai istri, keluarga, rumah, pekerjaan, wajib militer sampai tempat-tempat yang dikunjungi saat liburan.

Sore hari, saat pria yang menempati tempat tidur dekat jendela diizinkan duduk, dia bercerita ke teman sekamarnya. Ia melaporkan apa-apa yang dilihatnya di balik jendela.

Pria yang hanya bisa terlentang lama-kelamaan bisa menikmati cerita temannya. Selama satu jam sehari, cara pandangnya diperluas dan dihidupkan kembali dengan mendengarkan tentang kegiatan dan warna-warni dunia luar. Jendela itu menghadap ke sebuah taman.

Di taman itu juga ada sebuah danau yang indah dengan bebek-bebek dan angsa-angsa yang berenang di atasnya. Anak-anak bermain dengan mainan kapal layarnya.

Pasangan suami isteri yang sedang dimabuk asmara berjalan sambil bergandengan tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni bagaikan warna pelangi. Beberapa pohon besar tumbuh di atas rerumputan. Pemandangan indah kota terlihat dari kejauhan.

Pria yang berada di dekat jendela menceritakan semua ini dengan amat rinci. Pria yang mendengarkan, menutup matanya sambil membayangkan pemandangan- pemandangan yang dituturkan rekannya.

Di suatu hari yang cukup terik, pria yang menempati tempat tidur dekat jendela melaporkan tentang sebuah pawai yang lewat di sana.

Pria yang kedua tidak bisa mendengar musik bandnya. Namun, dia bisa melihat mereka dengan mata batinnya. Ia seakan melihat badut-badut yang menari-nari, bendera yang berwarna-warni serta mobil dan kuda yang dihias.

Hari pun berlalu. Di dalam hati pria yang tidak bisa melihat ke jendela diam-diam timbul rasa iri atas cerita-cerita yang disampaikan oleh teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya.

Dia pun mulai membenci teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya dan merasa frustasi. Dia juga ingin menempati tempat tidur di dekat jendela!

Pada suatu pagi seorang juru rawat masuk ke kamarnya. Pria yang ditempatkan di dekat jendela ditemukan meninggal dengan tenang pada saat tidur. Dengan rasa sedih dia memanggil pegawai rumah sakit untuk memindahkan jenazahnya.

Setelah dianggap tepat waktunya, pria yang masih dirawat menanyakan apakah dia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela. Perawat tidak berkeberatan untuk memindahkannya dan setelah yakin pasiennya dalam posisi yang aman, dia meninggalkannya sendirian.

Pelan-pelan, sambil menahan rasa sakit, dia berupaya mengangkat tubuhnya dengan satu siku lengannya untuk melihat pertama kalinya dunia di luar jendela. Ia pikir, akhirnya dia bisa juga menikmati kebahagiaan saat melihat taman di luar dan semua kegiatan yang ada. Dia berusaha untuk melongok..

Namun ia menjadi amat terkejut karena ternyata yang dilihatnya hanya dinding yang kosong. Dia segera memanggil suster dan bertanya, “Bagaimana teman sekamar saya bisa melihat semua yang diceritakannya kepada saya? Bagaimana dia bisa menceritakan kepada saya tentang segala keindahan sampai yang sekecil-kecilnya, padahal saya hanya melihat dinding batu bata yang kusam!

”Perawat itu menjawab, “Lho, memang Bapak tidak tahu? Mantan teman sekamar Bapak kan buta, jadi dinding pun tidak mungkin bisa dilihatnya.” Kemudian sang perawat menambahkan, “Mungkin dia hanya ingin membesarkan hati Bapak saja.

”Apakah Anda bisa merasakan emosi yang terkandung dalam cerita ini?

Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk menukar posisi Anda dengan posisi orang lain karena merasa iri kepada orang tersebut.

Apakah Anda pernah merasa demikian kecewa,misalnya Anda menyangka sesuatu itu begitu indah, tetapi kenyataannya tidak seperti yang Anda bayangkan?

Apakah Anda pernah diberi kata-kata pemberi semangat, tetapi Anda tidak pernah mau mensyukurinya?

Kalau hidup Anda terobsesi oleh segala yang dimiliki orang lain, maka Anda tidak merasakan indahnya hal-hal yang akan diberikan oleh orang lain kepada Anda.

Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang ingin memiliki apapun yang dimiliki orang lain. Ingin suami atau istri seperti yang dimiliki orang lain, ingin pekerjaan seperti pekerjaan orang lain, ingin penghargaan seperti yang telah diterima orang lain, ingin popularitas seperti yang diraih oleh orang lain, rumah yang dimiliki orang lain, posisi yang dimiliki oleh orang lain.

Sering pula mereka ingin hal-hal yang mereka anggap ada di dalam diri orang lain. Misalnya, kebahagiaan, rasa memiliki tujuan, kedamaian pikiran, rasa cinta dan kenyamanan. Yang sebenarnya adalah bahwa di setiap situasi pasti ada masalah, di setiap kehidupan pasti ada rintangan, di setiap hubungan pasti ada kesulitan, di setiap kesempatan pasti ada tantangan atau masalah yang berat.

Pada dasarnya, pada setiap aspek yang positif selalu ada tandingannya yang bersifat negatif. Karena itu, tidak mungkin ada orang yang bebas dari masalah kehidupan.

Kalau begitu, bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal ini?#

Jadilah orang yang PANDAI BERSYUKUR untuk apa yang SUDAH ANDA MILIKI saat ini.#

Bersikaplah POSITIF atas semua keadaan, karena KEBAHAGIAAN itu BUKAN DI LUAR DIRI tetapi ADA di DALAM DIRI. (Dari buku ‘Piano on the Beach’ karangan Jim Dornan)

Read More......

AWAS, KONGKALIKONG PERTAMINA-SPBU NAKAL

Kongkalikong
Wira Penjualan (WP) Pertamina dengan SPBU nakal ternyata bukan isapan
jempol. Akibatnya, pertamax oplosan marak di DKI Jakarta.
DUGAAN patgulipat permainan
kotor Wira Penjualan (WP) Pertamina terlihat dari mengendurkan
pengawasan terhadap SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Hal
tersebut, terlihat dari paskasidak WP Pertamina terhadap SPBU yang
berlokasi di Kelapa Dua, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Semula, dari hasil
pemeriksaan muncul dugaan adanya pertamax oplosan. Namun, mendadak
masuk angin. Berdasarkan dokumen pemeriksaan WP pertamina dalam sidak (Sabtu, 13/2) di SPBU
bernomor 34-11507, mencuat dugaan kuat adanya pertamax oplosan. Selain
itu, alat ukur SPBU yang dikelola PT DPL itu, menyalahi aturan.
Ujung-ujungnya, konsumen akan terus dirugikan.

Dalam dokumen sidak WP yang ditandatangani Kepala Penjualan Pertamina Area
DKI Jakarta, Adi Nugroho, mencatat adanya ketidakberesan dalam alat
ukur SPBU tersebut. Berdasarkan uji tera yang dilakukan alat ukur
terdapat kecurigaan. Khususnya di pompa pertamax dan pertamax plus. Selain
itu, terkait kemurnian BBM-nya, WP Pertamina mencium aroma aneh dalam
pertamax dan pertamax plus. Ketika dilakukan pengecekan stok BBM riil,
muncul keanehan. Terdapat selisih antara stok BBM di buku administrasi
dengan stok riil yang tersimpan di tangki penyimpanan. Misalnya,
berdasarkan stok administrasi, volume pertamax tercatat 3,265 kilo
liter. Sementara stok aktual yang didapat dari hasil dipping mencapai
12,332 kilo liter. Untuk pertamax plus, berdasarkan stok administrasi
tercatat 4,642 kilo liter. Sementara, stok aktual di tangki penyimpanan
didapatkan sebesar 6,432 kilo liter. Dari
data tersebut, sangatlah wajar apabila WP Pertamina mencurigai bak
penampung BBM jenis pertamax dan pertamax plus dioplos dengan BBM jenis
lain. Kemungkinan besar dugaanya dioplos dengan BBM jenis premium. Selanjutnya,
tim dari WP Pertamina yang dipimpin Adi Nugroho, beranggotakan Nazwa
Tandjung dan M Reza, mengambil sample pertamax dan pertamax plus untuk
diuji laboratorium. Upaya tersebut ditempuh guna meneliti kemurnian BBM
yang dicurigai oplosan. Namun,
anehnya, pihak Pertamina tidak langsung menyegel pompa pengisian
pertamax dan pertamax plus. Berdasarkan aturan, seharusnya pompa
pengisian tersebut disegel begitu muncul kecurigaan adanya BBM oplosan.
Demikian pula, sertifikat ‘’Pasti Pas’’ yang dikeluarkan Pertamina,
seharusnya dicabut. Tidak juga dilakukan. Lemahnya
kinerja WP Pertamina menang sudah lama mendapat sorotan tajam DPR.
Ketua Komisi VII asal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengatakan
bahwa temuan WP Pertamina harus ditindak lanjuti Pertamina. Karena WP
Pertamina adalah lembaga yang diberikan amanah untuk memonitoring SPBU.
Apabila terbukti menjual BBM oplosan, harus ditindak tegas. “Tentunya,
Pertamina harus menjatuhkan tindakan tegas. Karena itu temuan dari WP
Pertamina yang tugasnya memonitoring SPBU,’’ paparnya kepada Indonesia Monitor. Menurutnya,
SPBU nakal yang melakukan praktik-praktik haram dengan mengurangi
volume BBM dengan cara “menukangi” alat ukur ataupun mengoplos BBM,
harus dilaporkan ke aparat kepolisian. Karena perbuatan tersebut,
merupakan tindak kejahatan. “Berdasarkan UU Migas sudah jelas. Itu pidana, sanksinya penjara. SPBU-nya harus disegel, pemiliknya harus diperiksa,’’ tukasnya. Pandangan
senada diungkapkan anggota Komisi VII asal F-PAN, Tjandra Widjaja,
Pertamina harus tegas dan terbuka dalam mengawasi SPBU yang dikelola
swasta. Karena peluang terjadinya pengoplosan BBM sangat besar. “Kalau benar harus diberi sanksi keras. Cabut izinnya, serahkan ke polisi kasusnya agar ditindaklanjuti. Kalau perlu, blacklist perusahaan tersebut,’’ tegasnya. Ditegaskan
Tjandra, penyelewengan BBM yang dilakukan SPBU tidak bisa dibiarkan.
Pengawasan terhadap SPBU yang dikelola swasta harus lebih ketat. Karena
secara tidak langsung akan mempengaruhi citra Pertamina sebagai BUMN
yang digadanggadang Go International. “Kalau
pengawasan terhadap SPBU yang dikelola swasta dibiarkan lemah, bahaya.
Selain konsumen merugi, kredibilitas Pertamina bisa hancur. Apa
Pertamina rela, citranya rusak gara-gara perbuatan SPBU nakal yang
dikelola swasta. Saya minta Pertamina serius dalam kasus ini,” tegasnya. Upaya Indonesia Monitor untuk
mengkonfirmasi masalah ini kepada Dirut PT DPL yang mengelola SPBU yang
diduga mengoplos pertamax tidak pernah membuahkan hasil. DS yang hobi
mengoleksi foto pejabat negara itu, sedang berada di luar kota. Berdasarkan
penelusuran, DS adalah pemain lama SPBU dan dikabarkan dekat dengan
Megawati itu, sempat berurusan dengan aparat penegak hukum karena
dugaan mengoplos BBM di 2002. Menanggapi
dugaan kongkalikong WP Pertamina dengan pengusaha SPBU, Humas Pertamina
Area DKI Jakarta, Audy Arwinandha Nasution buru-buru membantah.
Menurutnya, hasil uji laboratorium SPBU nomor 34-11507 yang terletak di
Arteri Kelapa Dua, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, sesuai dengan standar.
‘’Jadi salah kalau disebut ada pertamax oplosan. Bagaimana caranya.
Hasil uji laboratoriumnya, sudah on the spec,’’ tegasnya. ■ Iwan Purwantono
http://www.indonesi a-monitor. com/main/ index.php? option=com_ content&task= view&id=4512& Itemid=39

Read More......

TPI adalah Program Membangun Bangsa Dengan Kecurigaan

Wakakakakakakakakak a, Aneh yah negara ini!

Menurut kami ada pepatah yang cocok untuk ini semua :
"Buruk Rupa Cermin Dipecah"
"Semut Diseberang Lautan Kelihatan, Gajah Dipelupuk Mata Tidak Kelihatan"

Rada Aneh lah, Kita Guru juga kan mantan Mahasiswa, Mengapa sih Pemerintah tidak Memperhatikan itu? Lalu Untuk Apa TPI? Seandainya Dana TPI digunakan untuk membangun karakter Para Guru Untuk Jujur Saya Yakin itu Lebih Bermanfaat. Besok-besok bisa muncul "Satgas Mafia UN". Benar-benar Perogram Penghamburan Uang Negara.

Bagaimana Negara ini bisa maju, Kalau semua kegiatan dibangun dengan Curiga Mencurigai adanya TPI karena adanya rasa curiga bahwa guru-guru akan curang, Harusnya Program yang dibangun adalah Pembinaan Mental Untuk Jujur Dalam UN, meskipun nantinya menggunakan uang negara, tetapi bermanfaat untuk menjujurkan Masyarakat. BUkan Malah membuat Nuansa Curiga Mencurigai sambil menghabiskan uang Rakyat.


Salam

Badarudin



Dari
Forum Pendidikan

Read More......

Kadin Jawa Timur mendesak pemerintah membatalkan rencana penerapan RPP Pengamanan Produk Tembakau sbg Zat Adiktif Bagi Kesehatan

La Nyalla: Waspadai RPP Pesanan Asing

Surabaya (beritajatim. com)-- Kadin Jawa Timur mendesak
pemerintah membatalkan rencana penerapan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan,
karena RPP itu dinilai 'menabrak' sejumlah ketentuan yang sudah ada
mengenai industri hasil tembakau dan bisa mematikan industri rokok
kretek nasional beserta belasan sektor terkait lainnya.

"RPP tentang zat adiktif tembakau ini terkesan dipaksakan, dan proses
penyusunannya tidak melibatkan instansi terkait sebagaimana diatur
Keppres No.68 Pasal 39 Th 2005. Maka itu RPP ini harusnya batal dengan
sendirinya, dan jangan coba-coba dipaksa diterapkan," tegas La Nyalla
Mahmud Mattalitti, Ketua Umum Kadin Jatim kepada pers.

Menurut Nyalla, industri hasil tembakau nasional (IHT) sudah banyak diatur UU
dan peraturan – juga sudah ada kebijakan Roadmap Industri Tembakau 2007
– 2020. "Tapi kenapa masih akan diatur oleh RPP yang keberadaannya
justru menisbikan ketentuan yang sudah ada. RPP yang digagas Depkes ini
terkesan dipaksakan, dan patut diwaspadai ada agenda apa di baliknya,"
katanya.

RPP ini, kata Nyalla, ekstrem dan tendensius untuk
'mematikan' industri rokok nasional yang notabene industri legal.
Sebab, RPP akan melarang seluruh aktivitas komunikasi (total ban)
industri rokok dengan konsumennya, seperti iklan, promosi, sponsorship,
bahkan CSR. "Ini melanggar UU, karena industri rokok adalah industri
legal," katanya.

RPP, kata Nyalla, juga mengatur isi kemasan
minimal 20 batang cigarettes, pencantuman kadar eugenol pada kemasan
dan peringatan kesehatan berbentuk gambar ‘mengerikan’ ukuran 50% dari
space kemasan, juga kalimat tambahan pada kemasan bertuliskan
“mengandung lebih dari 4000 zat kimia berbahaya & lebih dari 43 zat
penyebab kanker”.

Selain itu, RPP juga melarang kata-kata yang
selama ini dipakai pabrikan untuk membedakan produk rokok satu dengan
lainnya, seperti kata Lights, Ultra Lights, Mild, Slim, Premium, dan
sejenisnya. Serta larangan total merokok di tempat umum. Jika RPP
diterapkan, kata Nyalla, bisa dipastikan banyak pabrikan rokok tutup
akibat beratnya tekanan.

"Pendeknya, RPP ini akan mematikan
industri rokok. Pertanyaannya, apakah pemerintah sudah menghitung
dampaknya, baik secara ekonomi maupun sosial, jika pabrikan nantinya
banyak yang tutup akibat RPP. Apakah sudah ada pengganti pendapatan
negara yang bersumber dari cukai rokok senilai Rp 57 triliun dan pajak
impor tembakau Rp11 triliun (total Rp 68 triliun)."

Selain itu,
kata Nyalla, siapa bertanggung- jawab atas nasib jutaan orang yang
bekerja dipabrikan rokok, nasib buruh tani dan petani tembakau, nasib
pedagang tembakau di pasar lelang tradisional, nasib buruh tani dan
petani cengkeh, nasib pedagang/warung rokok, nasib pemilik warung nasi
dan penjual pakaian di sekitar pabrik rokok, belum lagi nasib tenaga
kerja di sektor terkait – seperti pekerja tarsportasi dan distribusi
rokok, pekerja periklanan, hingga pekerja industri kemasan.

"Pengusaha hotel dan restoran juga bisa terkena dampak akibat larangan
merokok di tempat umum. Bahkan usaha event organizer, jasa kreatif
lain, hingga media massa dan media luar ruang juga akan terkena dampak,
karena tidak sedikit pemasukan mereka dari kegiatan promosi industri
rokok. Belum lagi nasib sebagian kegiatan olahraga, pendidikan, sosial
& keagamaan, dan pembangunan daerah yang dananya bersumber dari CSR
industri rokok,"

Sepanjang hal itu belum terjawab, kata Nyalla,
maka RPP zat adiktif tembakau harus dipatahkan. "Kita harus keras
melawan, karena akan banyak dunia usaha dan industri terkait rokok yang
akan mati jika RPP diterapkan. Sebab, semangat RPP untuk mematikan
industri rokok. Kami juga akan mendesak Kadin Pusat menyuarakan masalah
ini."

Kadin Jatim, katanya, akan berusaha keras ‘menghadang’
diberlakukannya RPP tersebut, karena hampir 70% lokasi pabrikan rokok
berada di Jawa Timur. Kadin Jatim juga berharap agar Gubernur dan DPRD
Jatim, serta semua bupati/walikota di Jatim yang daerahnya ada industri
rokok dan pertanian tembakau – cengkeh, bisa ikut serta dalam upaya
‘penghadangan RPP dimaksud.

Menurut Nyalla, sebaiknya
pemerintah konsisten dengan ketentuan yang telah dibuatnya dan telah
disepakati oleh kalangan industri rokok, termasuk kebijakan Roadmap
Industri Rokok 2007 – 2020. "Konsistensi pemerintah sangat penting,
karena jika dilanggar bisa berdampak negatif terhadap minat investasi
industri baik asing maupun domestik."

Waspadai RPP Pesanan
Nyalla meminta semua pihak mewaspadai kemungkinan adanya agenda dan
pesanan asing di balik RPP tersebut, karena arahnya adalah mematikan
industri rokok kretek nasional yang notabene memiliki potensi ekonomi
besar.

"Rokok kretek kita sebenarnya memiliki potensi besar di
pasar ekspor. Tapi menjadi sulit masuk karena dibatasi oleh sejumlah
aturan. Sementara sederet aturan terkait rokok di dalam negeri
terus-menerus dikonstruksi atas desakan dan dorongan kelompok-kelompok
asing tertentu. Ini bisa bagian dari politik bisnis internasional untuk
melemahkan perekonomian kita."

Terkait dengan itu, Nyalla
mengingatkan pemerintah agar tidak mudah menandatangani (ratifikasi)
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). "Kita adalah negara
berdaulat. Lagi pula sejauh ini study FCTC lebih banyak atas dasar
naskah akademik yang berbasis data rokok putih dan pasar asing. Kita
harus hati-hati. Peraturan FCTC kerap berubah namun ikatan ratifikasi
terus mengikat. RPP Tembakau ini sangat mungkin terkait dengan
lobi-lobi asing. Maka itu harus diwaspadai."

Kadin Jatim dan
kalangan industri terkait rokok, kata Nyalla, sebenarnya tidak antipati
terhadap peraturan terkait rokok dan kesehatan. Sebab, peraturan dan
perundangan yang ada selama ini sudah mengatur dan sangat membatasi
aktivitas industri rokok, seperti PP No.19 Th 2003 tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan, UU No.39 Th 2007 tentang Cukai, dan UU No.28 Th
2009 tentang Pajak Daerah dan Kontribusi Daerah.

"Sepanjang
peraturan itu masih bersifat pengendalian sih ok saja. Tapi jika
semangatnya mengarah mematikan seperti RPP yang digagas Depkes, mari
kita hadang bersama-sama. RPP itu bukan hanya mematikan industri rokok
dan belasan sektor lain yang mengikutinya. Tapi juga akan merampas hak
azasi manusia untuk mengkonsumsi hasil industri tembakau, khususnya
rokok kretek yang notabene warisan budaya Indonesia."

Semanagat
RPP itu, kata Nyalla, juga bertentangan dengan hak konstitusi industri
tembakau yang notabene industri legal dan dilindungi UUD 45 Pasal 28F.
Juga melanggar UU Penyiaran yang telah mendapatkan pengakuan dari
Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor MK No.6/PP-VII 2009 sesuai pasal 46 ayat
3c. "Pemerintah harus lebih berhati-hati. Jangan hanya karena
memaksakan RPP itu lantas pamornya menjadi turun." [air]

http://www.beritaja tim.com/detailne ws.php/1/ Ekonomi/2010- 03-24/59845/ La_Nyalla: _Waspadai_ RPP_Pesanan_ Asing_


Read More......

paket 22 & paket 55 haruskah....

Ujian Nasional baru saja berlalu, dan itu selalu saja ada cerita lucu dan sedih di dalamnya.
sebut saja SMK M,..... terpaksa pengawas harus mengawas 2x dalam 1 ruangan hari itu juga..
Pasalnya,... hanya karena paket A yang seharusnya menurut mereka diberikan kepada peserta dengan nomor peserta genab malah diberikan kepada peserta dengan nomor ujian ganjil....
sebagai contoh No. Peserta 04.104.129.8 menurut mereka harus mendapatkan paket soal kode A (22) dan No. Peserta 04.104.130.7 mendapat kode soal B (55)
Tetapi dalam pelangsanaan di ruangan oleh pengawas ruangan, ditukar..

. Semua peserta Ujian dengan No. Ujian Ganjil mendapat Soal dengan kode Paket A (22), begitu pun sebaliknya. Oleh jajaran panitia termasuk Kepala Sekolah langsung mengulang ujian saat itu juga dengan menukar Paket soal, mereka juga mengatakan ini sangat salah dan itu akan mengakibatkan semua peserta di ruangan itu tidak akan lulus jika dibiarkan itu terkirim ke pusat.

Saya sebagai pengawas di ruangan lain, yang mendengar itu sempat angkat bicara bahwa itu tidak jadi masalah. sepanjang Siswa mengerjakan Soal Paket dengan kode soal disesuaikan dengan bulatan di LJK yang tersedia, dan semua biodata terisi lengkap, maka itu sudah benar,... tapi mereka tetap ngotot dan bersikeras melakukan ujian hari itu juga. katanya ini aturan baku dari atas,...

Ada kejadian yang lucu malah 2 hari sebelumnya menurut saya, ada satu ruangan yang jumlah soal Paket B (55)-nya lebih 1 tetapi untuk paket A (22)-nya kurang 1, namun dalam pelaksanaannya yang paket 55 disimpan, dan paket 22 difoto copy untuk menutupi kekuarangan pakrt soal tersebut.

Lalu, manakah yang benar....???
tolong pada pihak yang terkait dalam hal ini memberikan penjelasan walaupun menurut saya ini sudah terlambat, paling tidak argumen masing2 punya landasan yang patut dijadikan pembenaran atau keliru.

Thank,s

Wassalam

salewangan



Dari
Forum Pendidikan
Read More......

Penemuan... Cara Baru Sukseskan UN... Hebat...Hebat...Hebat.

Posting saya sebelumnya tengtang trik-trik sukseskan UN ditanggapi berbeda oleh milliser...
Yang satu ini ada lagi penemuan terbaru Langkah-langkah sukseskan UNsebagai berikut:
Alat dan Bahan:

1. Hair Draier
2. Pisau Lipat
3. Lem kertas

Langkah Kerja:

1. Datang ke sekolah jam 4.30 pagi
2. Ambil soal cadangan
3. Panaskan segel dinas provinsi yang menempel pada sampul soal dengan pengering rambut
4. Lepaskan segel ( setelah panas, bisa lepas dengan sendirinya)
5. Panaskan sisi sampul soal yang dilem denga pengering rambut
6. Buka perlahan-lahan dan keluarkan lembar soal setiap paket (A dan B)
7. Fotococy dengan printer multi fungsi dengan menutup setiap logo dan tulisan depdiknas dan tahun 2010, siapa tau ketangkap ngak bisa dijadikan barang bukti.
8. Kembalikan lembar soal asli ke sampul
9. Lem kembali sampul dan dan segel dengan menambah lem sedikit di segel yang sudah dibuka sebelumnya
10. Muali kerjakan soal dengan tenang
11. Ketikkan jawaban dengan ukuran yang kecil-kecil
12. Gandakan sebanyak peserta UN
13. Tim sukses kembali ke rumah, karena mengawas di sekolah lain.
14. Kurir membagikan jawaban kepada siswa sebelum para pengawas ruang dan TPI datang
15. Buat laporan SUKSES kepada pimpinan..

Inilah salah satu trik yang diangkat dari praktik yang terjadi di beberapa sekolah... pada tahun 1020 yang lalu...
Mau praktekkan?? ? sudah terlambat... .
Saya juga ngak percaya sejak hari pertama UN namun setelah hari terakhir saya lihat sendiri baru saya percaya.... betapa mulianya jasamu GURU sampai-sampai jam 4.30 pagi berangkat tinggalkan istri demi jawab soal.....hatiku menangis....
(Ini bisa diangkat jadi Sinetron ya..)


Sumber
Forum pendidikan

Read More......

Bantu Guru di daerah Terpencil Melek TI

Jakarta : Meski tinggal di daerah perbatasan dan terpencil, guru tetap bisa mengajar di sekolah dengan fasilitas teknologi (TI). Tahun ini Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (Seamolec) bekerjasama dengan Kemendiknas membantu ratusan guru untuk meningkatkan melek teknologi.

Direktur Seamolec Gatot Hari Priowirjanto mengatakan, lebih dari 180 sekolah digandeng untuk merealisasikan program itu. Target peningkatan SDM tersebut juga akan diberikan kepada guru yang mengajar di daerah perbatasan dan daerah tertinggal.

Dalam implementasi teknologi belajar mengajar jarak jauh khusus bagi guru itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengirimkan puluhan mahasiswa ke daerah-daerah tersebut. "Mereka membantu penggunaan peranti lunak dan proses belajarnya" ucap Gatot kemarin (9/4).

Program itu diharapkan membantu mempercepat peningkatan kualitas guru di daerah perbatasandan terpencil. Termasuk guru yang mengajar di jenjang SD, SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi.

Gatot menyebutkan daerah yang akan dibantu, antara lain, Pulau Natuna, Entikong, Kabupaten Sangau dan Kab. Sangihe.

Dikutip dari Koran Jawa Pos Hal. 20 tgl 10 Aprol 2010 Rubrik PENDIDIKAN.

Bravo Pak Gatot / Seamolec : Tetap Terus membantu di daerah terpencil dan perbatasan, siapa lg ?


Read More......

PEREMPUAN YANG TERLINDAS DAN TERTINDAS DI TEMPAT KERJA

Oleh Tabrani Yunis

Pekerjaan, pada hakikatnya tidak mengenal jenis kelamin. Benar. Cobalah
periksa, apa jenis kelaminnya pekerjaan itu. Pasti anda tidak akan
menemukannya. Nah, jadi, kesimpulannya pekerjaan itu memang netral. Tetapi
kalau jenis-jenis pekerjaan memang banyak. Namun, bukan jenis kelamin. Nah,
sekali lagi bahwa pekerjaan itu tidak ada yang berjenis kelamin laki-laki
atau perempuan. Namun, mengapa dalam system kehidupan kita, sejak dahulu
kala, pekerjaan itu seakan berjenis kelamin?

Pekerjaan-pekerjaan domestik ( rumah tangga), seperti memasak, membuat kue,
menjahit atau mencuci disebut sebagai pekerjaan perempuan, bukan kerja kaum
laki-laki, walau dalam realitas sekarang banyak sekali laki-laki yang
bekerja sebagai tukang masak, tukang menjahit, bahkan tukang cuci. Keluar
dari rumah, ke ranah publik, misalnya banyak perempuan yang bekerja sebagai
pegawai negeri sipil (PNS), namun pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti
tidak jauh dari stereotype perempuan. Sebagai contoh, pilihan yang paling
banyak bagi perempuan adalah menjadi guru. Selain menjadi guru, bidan,
perawat kesehatan, dengan alasan itulah pekerjaan yang cocok bagi perempuan.
Kalau dalam organisasi atau kantor dan perusahaan, perempuan sering
diposisikan sebagai sekretaris atau bendahara yang harus tampil cantik,
dengan argumentasi perempuan dianggap lebih telaten dan pantas untuk posisi
itu. Begitu juga di bank-bank, perempuan lebih banyak diposisikan pada
posisi teller. Mereka seakan dijadikan sebagai daya tarik bagi para nasabah.
Pekerjaan-pekerjaan semacam ini menjadi identik dengan perempuan. Anehnya
ada pula yang berpendapat bahwa kodrat perempuan di dapur, di sumur dan di
kasur. Ironis bukan?

Selanjutnya silakan temukan di majalah POTRET edisi 31. Masih banyak cerita
menarik yang kami sajikan, suara para perempuan yang selama ini mengalami
diskriminasi di dunia kerja.

Salam

Tabrani Yunis

Read More......

Support Untuk Anak-anak yang Prestasi Akademiknya Rendah

Di UK (*well* setidaknya di kota Bristol), anak-anak yang performansi
akademiknya kurang baik di sekolah mendapat support dari pemerintah lokal
untuk membantu mereka dalam kegiatan pembelajarannya. Ada beberapa cara
support ini dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengadakan kelas
tambahan, sepulang sekolah satu atau dua kali seminggu untuk merreview
materi yang telah dipelajari di sekolah.

Untuk anak-anak yang lebih besar, ada juga semacam kelas tambahan, dimana
anak-anak belajar secara mandiri, mengerjakan berbagai modul. Dan ada
seorang tutor yang menemani mereka yang siap untuk ditanyakan apa saja.
mirip one to one tutoring.

Bagi anak-anak SD yang belum lancar membaca, biasanya akan disediakan satu
guru (atau asisten guru khusus), yang akan memberikan one to one tutoring
untuk anak tersebut dalam perihal membaca. Biasanya anak-anak ini dibimbing
untuk membaca dengan suara keras (*read out loud*) sekitar satu buku (anak)
sehari. Tingkat kesulitannya tergantung dengan kemampuan membaca anak. Tutor
ini akan menemani anak membaca, mengoreksi bila ada kesalahan, dan membuat
assessment tentang kemajuan membaca anak.

Oh iya, di kelas-kelas di UK biasanya selain ada guru kelas juga ada asisten
guru. Asisten guru ini biasanya mahasiswa-mahasiswa yang sedang di training
untuk menjadi guru profesional. Sebelum menjadi guru, biasanya
mahasiswa-mahasiswa ini menjadi asisten guru terlebih dulu. Ia akan belajar
skil-skil untuk menjadi guru melalui apprenticeship dengan guru yang lebih
senior.

Nah. tapi support yang diberikan kepada anak-anak yang prestasi akademiknya
masih kurang adalah dengan mengundang semacam support teacher untuk
melakukan one to one tutoring di dalam kelas, saat anak sedang mengerjakan
tugas sekolah. Support teacher ini berbeda dengan asisten guru. Support
teacher ini menangani individu. Jadi anak mendapat one to one attention.
Kalau ada materi yang tidak dipahami support teacher ini dapat membantu.

Support teacher ini juga kadang bekerja di luar kelas, sepulang sekolah,
misalnya, membimbing bila ada siswa kesulitan dengan pekerjaan rumahnya.

Teman saya bekerja sebagai seorang support teacher. Dia kadang masuk ke
dalam kelas untuk membimbing murid-murid yang memiliki prestasi akademik
yang kurang. Kemarin saya ngobrol-ngobrol dengannya. Oh iya, teman saya ini
bekerja di daerah yang terdiri dari banyak imigran dari Somali, Pakistan,
dan Bangladesh.

"Tadinya pekerjaan saya sebenarnya hanya untuk mensupport masalah akademik
anak-anak ini. Maksudnya memberikan pelajaran tambahan, membimbing kalau ada
pertanyaan tentang materi yang tidak dipahami, tapi ternyata ngak bisa
begitu.. Saya terpaksa harus menghadapi masalah tingkah lakunya juga (*
behaviour**) ."*

Lalu ia melanjutkan,

"Anak-anak ini kehidupannya tidak mudah. Kadang mereka ditinggal pergi oleh
orangtuanya sendirian di rumah. Mereka tidak mendapatkan support seperti
yang mereka butuhkan."

"Saya juga menangani anak-anak yang bermasalah di sekolah. Kadang mereka
kena hukuman skors, tetapi mereka tetap mesti mengerjakan tugas-tugas
sekolah. Tapi kadang mereka mau mengerjakannya tapi bingung mulai dari mana,
harus bertanya pada siapa."

"Kemarin saya ada anak yang terlambat datang ke kelas. Ternyata dia habis
dibawa ke kantor polisi. Ada juga anak-anak yang kerjanya bertengkar terus.
Ada juga yang diam saja, pasif tidak mau mengerjakan apa-apa. Beda-beda
memang karakternya"

"Saya paham bahwa anak-anak ini telah melalui berbagai hal. Seorang murid
saya, dari Somali, kerjanya memaki. Ketika di Somali, ketika perang
saudara, dia melihat ibunya ditembak langsung dikepala. Dia melihatnya
sendiri. "

"Anak-anak ini butuh lebih dari support akademik. "



Sumber
http://warnapastel. multiply. com

Read More......

Dilema mengajar: Isi atau Cara Berpikir?

Kalau kita cermati buku-buku teks untuk siswa hampir semuanya berisi informasi. Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas pun isinya penuangan informasi yang ada dalam buku. Kemudian pada akhir semester dan akhir tahun ketika ujian tiba, para siswa juga diuji seberapa banyak informasi yang dapat mereka ungkapkan kembali. Isi ujian adalah: nama benda, tanggal, tokoh, tempat kejadian, nama proses, kejadian penting, definisi, rumus, bahkan dalam kesenian pun pertanyaan ujian: Apa judul karya ini? Siapa tokoh aliran musik itu?

Kita, orang awam, bahkan guru dan pendidik masih terkagum-kagum dengan banyaknya informasi yang bisa diungkap kembali oleh oleh seseorang. Penghargaan terhadap hal ini sangat tinggi, bahkan seseorang bisa masuk museum rekor dengan menghafalkan nama presiden sedunia, mengingat nomor telepon dalam buku telepon, menyebutkan nama-nama pemain bola dll. Bukannya tidak menghargai kemampuan menghafal. Tetapi pertanyaannya adalah: Selanjutnya apa? Untuk apa semua itu?

Menuangkan Isi
Proses pembelajaran paling mudah memang belajar isi suatu topik. Dalam sejarah misalnya: tanggal peristiwa, nama tokoh proklamasi, nama pemberontak PRRI, kapan dan di mana terjadinya. Hal yang nyaman bagi guru dan siswa untuk berinteraksi. Mudah bagi guru untuk menyiapkan pelajaran, membuat soal dan menilainya. Bagi siswa, hal ini mudah untuk menghafalkannya serta menjawab pertanyaan dalam ulangan atau ujian. Pertanyaan selanjutnya: Apakah itu berguna bagi siswa di luar sekolah? Apa yang hendak dibawa oleh siswa setelah lulus nanti?

Mengajarkan Cara Berpikir
Amat jarang guru yang memikirkan pertanyaan inti dari sebuah pelajaran. Mengapa saya harus mengajarkan topik ini? Mengapa topik ini penting bagi siswa saya? Mengapa para ilmuwan sejarah berbeda pandangan tentang peritiwa yang terjadi pada 30 September 1965? Bagaimana mereka bisa mencapai kesimpulan seperti itu? Apa yang mereka pikirkan? Bagaimana jika fakta-fakta yang ada dilihat dari berbagai sudut pandang?

Jika saja pertanyaan-pertanya an ini diajukan ketika seorang guru hendak menyiapkan silabus dan rencana pembelajaran dapat dibayangkan betapa berbedanya proses pembelajaran yang terjadi. Siswa akan diajak berpikir mengenai cara berpikir itu sendiri. Proses kejadian dalam sejarah bukan proses tunggal. Mereka saling berkaitan satu sama lain. Interpretasi terhadap apa yang terjadi juga bisa berbeda berdasarkan posisi sosial, politik, pandangan agama dan lain sebagainya. Yang akan terjadi dalam proses pembelajaran adalah sebuah pergulatan pemikiran antar siswa, siswa dengan guru dan juga antar guru.

Dilema
Mana yang hendak dipilih? Menuang informasi yang dengan itu hasilnya mudah diketahui dan siswa bisa lulus ujian dengan mudah karena ujian saat ini masih mengacu kepada pembelajaran model ini. Atau mengajarkan proses berpikir dengan hasil yang akan terbawa sampai dewasa, tertanam kuat pada siswa namun sisah untuk menilainya serta dengan resiko siswa sulit lulus ujian karena tidak banyak mengetahui informasi. Pertanyaannya: Apakah memang itu pilihannya? Atau ada jalan keluar lain?

S Agung Wibowo
http://agung1971. wordpress. com/2010/ 03/29/dilema- mengajar- isi-atau- cara-berpikir/


Read More......

Ujian Nasional SMA, 99 Persen Bocoran Cocok

Kediri - Surya- Pengusutan terhadap beredarnya kunci jawaban ilegal ujian nasional (Unas) tingkat SMA di Kota Blitar oleh aparat Polresta mulai membuahkan hasil. Ternyata 99 persen kunci jawaban itu cocok dengan hasil pengerjaan soal unas.
Akurasi bocoran kunci jawaban itu diketahui setelah aparat kepolisian membandingkannya dengan hasil pengerjaan soal Unas oleh para guru.

“Dari hasil perbandingan tersebut, diketahui bocoran jawaban melalui pesan singkat atau SMS yang beredar, sekitar 99 persen cocok atau sesuai dengan jawaban yang benar menurut pengerjaan para guru yang dikoordinasi pihak Dinas Pendidikan Daerah (Dikda),” kata Kasat Reskrim Polresta Blitar, AKP Purdiyanto, Minggu (28/3).

Purdiyanto menambahkan, pencocokan memang tidak mungkin dilakukan dengan kunci jawaban Unas yang asli. Sebab, kunci jawaban yang asli tidak bisa diminta sembarangan tetapi harus harus dengan seizin Dinas Pendidikan provinsi.

“Oleh karena itu, kita coba membandingkan dengan hasil pengerjaan yang benar oleh para guru,” terangnya.

Dari hasil pemeriksaan terhadap tiga siswa dari sebuah SMA swasta di Kota Blitar yang diperiksa terkait kasus itu pekan lalu, diketahui bahwa kunci jawaban ilegal ternyata berasal dari Surabaya.

Tiga siswa Kota Blitar yang diperiksa itu adalah Ek, 17; Nw, 17, dan Os, 17. Terungkap bahwa SMS jawaban pertama kali diperoleh Ek. Sedangkan Ek mengaku mendapat kiriman SMS itu dari seorang pelajar SMA di Surabaya.

Perolehan kiriman SMS kunci jawaban itu juga unik karena terjadi tidak sengaja. Ek mengaku mendapatkan SMS kunci jawaban sebagai hasil barter (tukar-menukar) dengan chip game online level tertentu, yang jika nilainya Rp 1,5 juta.

“Pengirim SMS kunci jawaban itu adalah sesama penggemar online game dari Surabaya,” kata Purdiyanto.

Setelah memeriksa Ek, Nw dan Os pada Rabu pekan lalu, polisi selanjutnya memburu si pengirim SMS di Surabaya. Perburuan dilakukan melalui pelacakan nomor ponsel yang masuk ke dalam ponsel milik Ek. Hasilnya ditemukanlah Eo, pelajar salah satu SMA swasta di Surabaya.

“Dia sudah kita mintai keterangan di Surabaya pada Jumat(26/3) lalu, serta mengakui kalau dia yang mengirimkan kunci jawaban Unas tersebut pada Ek di Blitar,” jelas Kasat Reskrim.

Namun tatkala dikejar dari mana sumber kunci jawaban yang dikirimkannya itu, Eo mengaku bahwa dirinya juga mendapatkannya dari orang lain, melalui SMS pula.

Menurut pengakuan Eo, dirinya juga tak mengenal identitas orang lain tersebut. Akibatnya, polisi kesulitan melacak langsung sumber asalnya.

“Tapi kita sedang berupaya, bekerja sama dengan pihak operator seluler meminta rekaman SMS yang keluar masuk dari ponsel Eo,” tandasnya.

Kata Purdiyanto, tampaknya ada upaya Eo untuk memutuskan rantai kebocoran itu pada dirinya. Tapi, pihaknya tidak akan menyerah, dan akan terus memburu siapa sumber awalnya.

Jika terungkap nanti, pembocor bisa dijerat pasal 322 KUHP tentang membocorkan rahasia dengan ancaman hukuman penjara maksimal 2 tahun.

“Kami akan terus dalami sampai bisa mengungkap siapa sumbernya,” imbuhnya.

Beredarnya bocoran kunci jawaban Unas ilegal di Kota Blitar mulai terdengar polisi pada 22 Maret lalu, atau hari pertama unas SMA. Setelah melakukan pelacakan, pada 24 Maret polisi akhirnya memeriksa Ek, warga Perum BTN Wisma Indah Kelurahan Kepanjen Lor Kecamatan Kepanjen Kidul.

Ek ternyata sudah menyebarkan SMS bocoran jawaban itu ke teman perempuannya, Nw, warga Kelurahan/Kecamatan Sanan Wetan, serta ke Os.

Sementara itu, saat dimintai tanggapannya tentang temuan polisi tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Daerah (Dikda) Kota Blitar, Pratignyo mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan kepolisian dan sekolah dari para siswa yang tersangkut.

“Apakah memang benar yang didapatkannya itu kunci jawaban unas atau palsu, biar polisi menyelidikinya sampai tuntas dulu,” tandas Pratignyo.nais

http://www.surya. co.id/2010/ 03/29/unas- sma-99-persen- bocoran-cocok. html


Sent from my BlackBerry®
[E]: mohammad.ihsan@ yahoo.com
[W]: www.klubguru. com

Read More......

Terbukti, Tak Ada Korelasi "Gaji Tinggi" dan Korupsi

JAKARTA, KOMPAS.com — Semangat reformasi birokrasi yang salah satunya mengedepankan upaya penumpasan praktik korupsi di lingkungan aparatur negara diterjemahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan menaikkan remunerasi (imbalan) bagi para pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan sesuai golongannya.

Kebijakan yang diambil pada 2007 itu didasarkan pada keyakinan bahwa dengan remunerasi yang "memadai", kecenderungan perilaku koruptif dari para aparatur negara akan hilang. Sejak saat itulah, jika dibandingkan dengan kementerian dan lembaga negara lainnya, remunerasi bagi pegawai Depkeu, termasuk Ditjen Pajak, merupakan yang paling tinggi.

Sayang, dalil Menkeu ternyata tidak terbukti. Reformasi birokrasi tak bisa "dibungkus" dengan remunerasi tinggi. Kasus Gayus Tambunan menjadi salah satu contoh yang menunjukkan, tak ada korelasi antara remunerasi tinggi dan kecenderungan perilaku koruptif.

"Kritik saya, reformasi birokrasi 'dibungkus' dengan remunerasi. Kalau alasannya untuk meningkatkan kinerja, tidak bisa juga, karena besarannya didasarkan pada struktur jabatan sehingga yang dominan adalah klasifikasi jabatan. Tidak melihat aspek lain, sejauh mana remunerasi berkorelasi positif dengan kinerja," kata peneliti Indonesia Budget Center, Roy Salam, kepada Kompas.com.

Roy pun mencatat, masih banyak keluhan dari daerah-daerah tentang kentalnya budaya "uang jalan" yang diminta oleh para pegawai Kemkeu saat melakukan kunjungan daerah. Remunerasi tinggi tak menjamin upaya mencari pemasukan lain dari tugas yang dijalankan pegawai Kemkeu.

"Misalnya, untuk mendapatkan dana dekonsentrasi. Orang-orang di daerah mengeluhkan, ibaratnya mereka harus menggunakan galah untuk menjolok agar uangnya turun. Ini sering dikeluhkan pejabat daerah. Jadi, mereka harus memberikan uang agar cair dana tersebut. Tetapi, tidak disebutkan siapa orang-orang di Kemkeu yang terlibat," ujarnya.

Terkait dengan fakta itu, Roy menilai, Menkeu harus melakukan perombakan dan evaluasi terhadap remunerasi yang diterima oleh para pegawainya. "Kemkeu, sebagai kementerian yang mengurusi keuangan negara, memang rawan sehingga perlu remunerasi tinggi. Tetapi, sekarang juga harus dievaluasi ketika remunerasi itu tak ada pengaruhnya dengan budaya koruptif dan tidak memengaruhi kinerja. Jika dibandingkan dengan lembaga lainnya, apa yang mereka dapat sangat jauh,” kata Roy.

Sebagai gambaran, penetapan remunerasi di Kemkeu didasarkan pada grade/tingkatan pegawai sesuai jabatan yang diembannya. Ada grade 1 hingga 27 di Kemkeu. Level paling rendah, grade 1, mendapatkan remunerasi sebesar Rp 1,3 juta per bulan. Sedangkan yang tertinggi, grade 27, mengantongi remunerasi Rp 46,95 juta per bulan. Remunerasi ini tak termasuk gaji pokok dan tunjangan lainnya yang diterima PNS setiap bulan.



Sumber
Kompas.com

Read More......

Nilai yang berbeda

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah :

Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama.

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda.

Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA. Good Morning and GBU too


Sumber
From: "skrisna2005@ yahoo.com"

Read More......

Dituduh Curi Sepeda, 4 Bocah Dipukuli Belasan Anggota TNI AD

Empat bocah dipaksa mengaku oleh belasan anggota TNI AD telah mencuri sepeda. Bahkan wajah keempat bocah itu babak belur akibat bogem mentah para anggota militer itu.

Ucok (10), Yusuf (14), Topik (14) dan Yana (14) diambil dari rumah mereka, RT 2/03 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Minggu (28/3) lalu. Mereka pun dibawa ke Markas Kostrad di Cilodong.

"Saya diambil pas lagi di rumah," ujar Ucok saat ditemui di rumahnya.

Ucok pun mengaku dipukul, ditendang bahkan hingga diikat di tiang untuk mengakui perbuatan itu. Hal yang serupa juga dialami tiga temannya. Memar di paha, mata, serta badan menandakan jelas adanya pemukulan itu.

Mereka berempat pun digiring ke Polsek Sukmajaya. Yang aneh, meski tidak bisa membuktikan adanya tindak kejahatan, mereka dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan tidak mengulangi perbuatan. (mok/djo)

Berita lain:

Anggota Kostrad Pukuli 4 Bocah
Ibu Korban: Saya Sudah Teriak Jangan, Tapi Anak Saya Terus Dipukuli!
Zainal Abidin - detikNews
Depok - Kasus penganiayaan 4 bocah oleh sejumlah anggota Kostrad Divisi I Cilodong mungkin akan lama membekas di ingatan Fatmawati, ibu salah satu korban. Dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anaknya diseret dari rumah kemudian dipukuli.

Saat ditemui di rumahnya, RT 2 RW 03, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Selasa (30/3/2010), Fatmawati tampak emosional. Janda yang bekerja sebagai buruh cuci ini pun menceritakan kronologi kejadian pahit yang menimpa anaknya.

Menurut Fatmawati, sekitar pukul 03.00 WIB, Minggu 27 Maret, rumahnya didatangi seorang anggota Kostrad. Dia terbangun saat mendengar pintu rumahnya diketuk berulangkali.

"Ini benar rumah Topik, mana anaknya," tutur Fatmawati menirukan ucapan salah seorang anggota Kostrad yang dikenalnya bernama Agus.

Tanpa curiga, Fatmawati kemudian memanggil anaknya. Namun baru saja Topik keluar, bocah itu langsur ditarik dengan kasar oleh Agus. Fatmawati berusaha mencegah, namun tindakannya itu sama sekali tidak dihiraukan.

"Saya sudah teriak supaya anak saya jangan dibawa. Tapi tidak digubris. Anak saya tetap dibawa ke pos dan kemudian dipukuli. Para tentara itu malah bilang dimatiin juga tidak apa-apa," tutur Fatmawati.

Yang mengenaskan, sambung Fatmawati, pelaku pemukulan tidak hanya satu orang. Setiap anggota Kostrad yang melintas di pos itu berhenti untuk menendang atau memukul Topik dan tiga orang temannya.

"Saya tidak ikhlas. Saya ingin semua pelaku pemukulan anak saya dipenjara," ujar Fatmawati.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah anggota Kostrad Divisi I Cilodong melakukan penganiayaan terhadap 4 bocah laki-laki. Keempat remaja itu masing-masing, Topik (14), Ucok (10), Yusuf (14), dan Yana (14). Mereka dituding telah mencuri sepeda salah satu anggota Kostrad tersebut. Namun tuduhan tersebut tidak terbukti.
(djo/djo)


Sumber
Moksa Hutasoit - detikNews - Depok

Read More......

Ujian Nasional, Kultur dan Kebijakan

Oleh Agus Widiarto

Direktur Program Center for Indonesian Reform,

Alumni Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore

Raffles tentu mengurut dahi ketika kebijakannya yang berlabel “land rent system” dalam periode 1811-1816 harus tercatat dalam sejarah sebagai kebijakan yang tidak tepat diterapkan di Indonesia. Prinsip kebebasan yang dianutnya, tidak boleh ada unsur paksaan terhadap rakyat, menghapuskan birokrasi tradisional yang dianggapnya sebagai unsur feodal, ternyata berujung pada kegagalan. Kultur masyarakat yang masih tradisional, dengan budaya patronase yang masih mengakar dianggap sebagai sebuah realitas yang tak bisa terabaikan. Inilah kondisi obyektif yang tidak bisa dipotret oleh Raffles secara jelas.

Lain halnya dengan Van den Bosch. Penggagas Cultuur Stelsel pada periode 1830-1870 ini tentu tak menyangka bahwa kebijakannya yang banyak dikritik banyak orang telah mendatangkan keuntungan yang besar bagi negeri Belanda. Jutaan gulden dialirkan dari Hindia Belanda ke negeri Induknya, Belanda, negeri yang semula negara miskin di Eropa ini secara luar biasa menjadi negara yang makmur. Akan tetapi, kemakmuran yang luar biasa ini diperoleh dengan kucuran keringat dan darah rakyat Indonesia yang dipaksa untuk memenuhi target para aparat birokrasi pribumi yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah kolonial. Ada reward yang bernama cultuur procenten, prosentase keuntungan yang akan diperoleh jika para pejabat pribumi tersebut berhasil mencapai target yang dibebankan kepada mereka. Sehingga, pejabat pribumi seperti berlomba-lomba mengejar target tersebut. Tragisnya, sejarah mencatat telah terjadi kelaparan dan bahkan kematian di berbagai daerah akibat kebijakan yang kemudian dikenal sebagai tanam paksa tersebut.

Land rent system dan Cultuur Stelsel adalah dua buah kebijakan yang mengambil strategi dan pembacaan terhadap kultur secara berbeda. Land rent system Raffles meyakini bahwa prinsip kebebasan yang dianutnya akan memberikan dorongan yang luar biasa bagi rakyat untuk berpartisipasi melaksanakan kebijakannya tersebut. Oleh karenanya, Raffles memiliki strategi untuk tidak melibatkan dan memasukkan unsur birokrasi tradisional dalam upaya mencapai target dan sasaran kebijakannya. Sementara, Van den Bosch dengan cultuur stelsel-nya yang menerapkan unsur paksa dengan menggunakan aparat pribumi, justru telah membuat Belanda menjadi makmur.

Sekarang, mari kita telaah sebuah kebijakan yang diakhir-akhir ini telah menimbulkan kontroversi di ruang publik, yaitu ujian nasional. Kita tidak ingin membuat simplifikasi dengan menyamakan Ujian Nasional dengan dua kebijakan yang berlaku pada masa kolonial tersebut. Pada hakekatnya, yang ingin ditampilkan di sini ialah bagaimana pengambil kebijakan melihat sebuah realitas dalam struktur sosial masyarakat yang berkembang, dan model kebijakan tersebut bisa mencapai sasaran tanpa harus mengorbankan obyek kebijakan serta melihat implikasinya. Bagaimana sesungguhnya Kebijakan ujian nasional ini didesain dan dikonstruksi?

Ujian Nasional adalah kebijakan Pemerintah Pusat yang diturunkan atau diterjemahkan dari Undang-undang Sisdiknas Pasal 1 ayat (21), tentang evaluasi pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan. Pasal-pasal tentang Evaluasi tertulis dalam Pasal 57 yang menempatkan peserta didik sebagai salah satu obyek evaluasi, Pasal 58 yang memberi ruang bagi pendidik untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan lembaga mandiri (BSNP) untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan, Pasal 59 yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur jenjang, dan jenis pendidikan.

Dari desain dan konstruksi pasal-pasal di atas kita bisa menyimpulkan bahwa jika kebijakan UN menjadi salah satu alat ukur evaluasi, maka peserta didik menjadi obyek evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, yang standarnya secara nasional ditetapkan oleh BSNP. Dari standar nasional pendidikan inilah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola dan satuan pendidikan.

Pasal-pasal tentang evaluasi di atas kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, di antaranya Pasal 64 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, Pasal 65 tentang penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Pasal 66 tentang penilaian hasil belajar oleh Pemerintah yang kemudian menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional. Terkait ujian nasional, Pasal 68 dari PP tersebut menyatakan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan, dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Terkait dengan kelulusan peserta didik, ada empat komponen yang harus dipenuhi oleh setiap peserta didik supaya dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Pasal 72 ayat (1) PP tersebut menyatakan bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal untuk mata pelajaran akhlak mulia/kewarganegara an, lulus ujian sekolah, dan lulus UN.

Implikasi Kebijakan UN

Desain dan konstruksi kebijakan UN seperti yang tergambar dalam aturan-aturan di atas, pada prakteknya, memiliki implikasi yang luas dalam masyarakat, baik secara sosiol-kultural (kolektif), maupun personal. Secara sosio-kultural, kita melihat perilaku budaya bapakisme, asal bapak senang, yang dilakukan oleh para pengelola satuan pendidikan, baik yang ditengarai dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maupun yang kemudian terbukti diketahui khalayak. Berbagai modus kecurangan dilakukan hanya untuk mencapai target kelulusan 100% yang dibebankan kepada mereka. Apalagi, potensi kecurangan itu ada karena “dipaksa” oleh aturan yang ada, sehingga muncul dugaan ada konspirasi yang melibatkan suku dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru di setiap daerah. Ingat bahwa, undang-undang Sisdiknas Pasal 59 telah memberikan “ruang yang sangat terbuka dan konstitusional” bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi terhadap pengelola dan satuan pendidikan. Apalagi, atas nama pemetaan kualitas pendidikan yang standar penilaiannya setiap tahun dinaikkan, setiap pemerintah daerah memasang target maksimal yang dibebankan kepada setiap pengelola dan satuan pendidikan. Akibatnya, setiap pengelola dan satuan pendidikan berlomba-lomba mengejar target pencapaian yang dibebankan kepada mereka. Setiap sekolah tentu sadar, jika sekolah mereka masih ingin diminati oleh calon peserta didik, maka citra dan reputasi sekolah pun harus dikatrol. Tingkat prosentase kelulusan UN bisa menjadi sarana katrolisasi citra dan reputasi sekolah tersebut.

Jika satuan pendidikan tertentu tidak bisa mencapai target yang sudah ditetapkan, maka sanksi mutasi bisa berlaku terhadap pengelola satuan pendidikan yang gagal mencapai target tersebut. Akibatnya, setiap satuan pendidikan berusaha dengan segala cara mencapai target tersebut. Akibatnya pula, yang menjadi korban dari kebijakan ini adalah peserta didik yang harus menanggung beban amat berat demi memuaskan dan memuluskan target setiap satuan pendidikan dan pemerintah daerah.

Sementara, implikasi yang bersifat perilaku personal antara lain terlihat dari kecenderungan semakin pragmatisnya pendidik dan peserta didik. Setiap satuan pendidikan pun berlomba-lomba menyelenggarakan kegiatan tambahan belajar hanya untuk mencapai target kelulusan dalam Ujian Nasional. Setiap peserta didik pun mengkonsentrasikan diri mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka dengan mengikuti kursus atau bimbingan belajar, mempelajari kiat-kiat atau trik menjawab soal. Semuanya diarahkan hanya untuk lulus UN. Tak jarang, demi pragmatisme tersebut, setiap satuan pendidikan membentuk tim sukses untuk merekayasa hasil UN. Tak jarang pula, ada peserta didik yang berusaha mendapatkan kunci jawaban soal UN. Pada pelaksanaan UN tingkat SLTA 2010 ini pun mencatat banyak kebocoran yang terjadi di berbagai daerah, seperti kebocoran soal yang merata di banyak sekolah di Kota Medan, Deli Serdang, dan daerah lain di sekitarnya, seperti yang diungkap oleh Komunitas Air Mata Guru, penjualan paket soal UN, dan peredaran kunci jawaban soal lewat SMS. Banyak siswa yang semakin tak percaya diri dan tak rasional menghadapi UN ini. Meminum air yang dianggap bertuah pun dilakukan agar lulus. UN sudah dianggap sebagai momok menakutkan. Apalagi, UN dalam kenyataannya menjadi vonis akhir nasib mereka untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Dari desain, konstruksi, dan implikasi kebijakan UN tersebut, kita bisa membuat sebuah argumentasi bahwa disadari atau tidak, para pengambil kebijakan di negeri ini telah menempatkan UN sebagai strategi untuk mencapai target pencapaian nilai tertentu, dan secara sistemik melibatkan beragam pihak, mulai dari aparat birokrasi pusat sampai daerah, dan menjadikan peserta didik sebagai obyek akhir yang ‘dipaksa ‘ harus memenuhi target yang dibebankan kepada dirinya, hanya untuk kepentingan prestise sekolah dan kebanggaan daerah.

Kita tentu tidak hendak menyamakan kebijakan UN dengan kebijakan cultuur stelsel-nya Van den Bosch, yang memaksa rakyat harus memenuhi target yang dibebankan kepada dirinya, dengan menggunakan aparat tradisional. Meski budaya patronase masih melekat dalam struktur birokkasi kita, suasana zaman kolonial tentu berbeda dengan kondisi di Republik yang sudah menikmati kemerdekaannya selama 65 tahun ini.

Esensinya, UN sebagai sebuah kebijakan tetap menyisakan sejumlah persoalan yang perlu dibenahi. Perlu dipikirkan kembali sebuah formulasi UN yang tidak menimbulkan akibat negatif yang demikian luas pada obyek kebijakan. UN seharusnya tidak lagi menempatkan aparat birokrasi di daerah sebagai unsur yang dapat memaksakan keinginan hanya untuk mencapai target nilai semata. UN, seharusnya tidak memberikan ruang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan praktek-praktek kecurangan yang dilegalkan. Dan, bagi semua stakeholders pendidikan, UN seharusnya diarahkan kepada pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Read More......

Mohon Bantuan untuk Forum Diskusi

Yang terhormat rekan-rekan ahli kurikulum dan informatika:
Kami mohon kesediaannya untuk bergabung dalam diskusi tentang pengembangan kurikulum lokal SMK, terkait pengembangan jenis kompetensi.
Sedangkan rekan-rekan yang merasa ekspert di bidang informatika, kami mohon kesediaanya untuk memberikan saran dan komentar tentang konsep pembelajaran yang akan kami buat.

Khusus pada YTH Mr. Gatot HP, Mr. Ono WP, Mr. Baddarudin, Mr. Santri Jaya, Mr. Frans Thamura, Mr. Muhtadi Z., Mr. Satria Dharma dll, panjenengan semua berkenan terlibat dalam diskusi ini, untuk memberikan saran dan kritikan.

Sebagai langkah awal, kami mohon kesediaan rekan-rekan secara tertulis dengan mengirimkan email ke: kurniawanbsk@ yahoo.com

Tahap berikutnya akan kami buatkan group masing-masing untuk tema "Kurikulum lokal SMK" dan "Model Pembelajaran e-learning"

Demikian undangan/permintaan dari kami, dan besar harapan kami atas terwujudnya forum diskusi ini. Atas segala atensinya kami ucapkan banyak terimakasih.

Best Regards,
Kurniawan Basuki

Read More......

Sambut Hari Pendidikan : Dibuka Donasi Gerakan 1000 DVD SUPERPEDIA untuk Guru

Sahabat Pendidik yang Kami Hormati,
Bulan Mei nanti, ada hari spesial buat pendidikan Indonesia. Untuk itu kami ingin sedikit menyumbangkan sesuatu bagi dunia edukasi nasional. Komunitas SUPERPEDIA Rumah Ilmu Indonesia bersepakat untuk bekerja keras memperkaya Kamus Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan memadankannya satu sama lain selama bulan April ini, untuk kemudian dikemas dan dibagikan dalam bentuk DVD kepada para guru tercinta di Indonesia.

Kami sadari bahwa pekerjaan ini tidaklah ringan, karena dalam hitungan kami, ada sekitar 70.000 entri Bahasa Indonesia dan kurang lebih 206.000 entri Bahasa Inggris. Memadankan satu sama lain bahkan adalah sebuah hal yang lebih berat lagi.

Tapi ada juga yang menumbuhkan semangat kami, yakni jika proyek ini selesai, maka diperkirakan ada sekitar 300.000 entri di SUPERPEDIA, dan menjadikannya salah satu Kamus dan Ensiklopedia Online terlengkap di Indonesia (sebagai perbandingan : Wikipedia Bahasa Inggris saat ini memiliki entri sebanyak 3.238.000 entri dan Wikipedia Bahasa Indonesia saat ini memiliki entri sebanyak 120.000).

Biaya produksi 1 DVD diperkirakan adalah Rp. 4.000,- (Empat Ribu Rupiah [belum termasuk burning, printing cover dan distribusi DVD]), jadi untuk menjalankan program ini diperkirakan dibutuhkan dana sebesar minimal Rp. 4.000,- x 1000 keping DVD = 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah).

Tidak ada nominal minimal donasi, tapi bagi pihak yang bersedia menjadi sponsor utama, maka label di DVD SUPERPEDIA akan ditambahkan dengan nama sponsor yang bersangkutan. Contoh : SUPERPEDIA - INTEL INDONESIA

Kami juga menjajagi dicantumkannya nama Ikatan Guru Indonesia di label DVD, sebagai bentuk kampanye organisasi profesi guru pertama di Indonesia ini. Mudah-mudahan Pak Muhammad Ihsan dan Pak Satria Dharma berkenan memberikan izinnya.

Semua nama donatur baik personal maupun korporasi akan dicantumkan di SUPERPEDIA Online : http://superpedia. rumahilmuindones ia.net

Donasi dapat disalurkan ke salah satu nomor rekening berikut :

BCA KCU Pangkal Pinang no. 0410742128 a.n. Reza Ervani
Bank Mandiri KCP Mentok no. 112-00-0527683- 2 a.n. Reza Ervani
Bank Syariah Mandiri KCP Cimahi no. 033 002 3334 a.n. Reza Ervani
BNI Pangkal Pinang no. 0144804871 a.n. Reza Ervani

Konfirmasi transfer donasi mohon disampaikan via SMS ke 022 7661 2427 dan/atau email resmi di info [at] rumahilmuindonesia. net

Info berkenaan dengan program akan diinfokan di halaman SUPERPEDIA - http://superpedia. rumahilmuindones ia.net

Mudah-mudahan, gerakan 1000 DVD SUPERPEDIA ini bisa menjadi setitik kecil air penyejuk di tengah berbagai masalah yang melingkupi dunia pendidikan kita.

Salam Pengetahuan,
Yayasan Rumah Ilmu Indonesia
http://www.rumahilm uindonesia. or.id

Read More......

Pertemuan dengan Samir Amin, Soal Konferensi Bandung

Beberapa hari yang lalu, pada tanggal 5 April 2010, telah diadakan pertemuan
antara tokoh raksasa gerakan perjuangan anti-imperialisme atau
anti-neoliberalisme dalam skala internasional, Samir Amin, dengan beberapa
orang Indonesia di Restoran INDONESIA di Paris. Hadir dalam pertemuan itu,
A. Umar Said, Darwis Khudori pengajar di Universitas Le Havre (Prancis),
Fahru Novrian (pengajar di Universitas Indonesia, Jakarta).

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam itu telah dibicarakan
banyak sekali soal-soal yang berkaitan dengan perkembangan gerakan menentang
neo-liberalisme atau anti-imperalisme di berbagai negeri di dunia pada
dewasa ini, dan juga menyinggung sejarah perjuangan Samir Amin sendiri
sebagai pejuang komunis atau marxist sejak lebih dari 50 tahun.

Banyak soal tentang Konferensi Bandung yang sangat bersejarah bagi
perjuangan rakyat berbagai negeri di dunia, terutama rakyat Asia Afrika,
telah dibicarakan dalam pertemuan itu. Samir Amin adalah pengagum Bung Karno
dan Nasser, di samping Nehru, dan Zhou Enlai. Ia menilai sangat penting
Konferensi Bandung yang merupakan sumbangan besar bagi ummat manusia.

Dalam pertemuan itu Darwis Khudori, sebagai salah seorang pengorganisasi
peringatan 55 Tahun Konferensi Bandung, yang puncaknya akan dilangsungkan di
bulan Oktober yang akan datang di Indonesia, menyampaikan informasi bahwa
dalam rangka peringatan 55 Tahun Konferensi Bandung ini akan diselenggarakan
pertemuan besar dan penting yang dipusatkan di Universitas Gajah Mada di
Jogya.

Dengan bantuan dari kalangan resmi di berbagai negeri, akan diusahakan
hadirnya dalam pertemuan besar di Jogya itu banyak tokoh-tokoh terkemuka
dari berbagai negeri, termasuk Samir Amin. Ketika dibicarakan betapa
pentingnya kehadiran Samir Amin dalam peringatan bersejarah di Jogya itu,
Samir Amin menyambut gagasan ini dengan antusiasme yang besar. Ia
menyanggupi untuk menghadiri peringatan 55 Tahun Konferensi Bandung di Jogya
ini, dan sekaligus berhubungan dengan berbagai gerakan anti-neoliberal di
Indonnesia, dan memperbarui pengenalannya tentang situasi di Indonesia
dewasa ini dengan mengunjungi daerah-daerah.

(Dalam tulisan tersendiri akan diusahakan, dalam waktu dekat, penyajian
berbagai fikiran Samir Amin tentang ini semua sebagai tokoh utama
perjuangan dan pemikiran gerakan kiri di dunia. Sebagai bahan « informasi
permulaan » bagi mereka yang kebetulan belum mengenal sama sekali sejarah
atau sosok Samir Amin dianjurkan untuk membuka Internet dan mengetik dalam
Google kata kunci « Samir Amin ». Maka akan tersedia bahan-bahan (campur
aduk) dalam bahasa Inggris sebanyak 250 000 halaman. Juga tersedia banyak
bahan dalam bahasa Prancis, atau bahasa-bahasa lainnya.

Sayang sekali, bahan-bahan di Google tentang Samir Amin dalam bahasa
Indonesia masih tidak (atau masih belum) terlalu banyak.

Dari bahan-bahan di Google itu, didapat informasi tentang Samir Amin, antara
lain sebagai berikut :

Samir Amin lahir di Cairo dalam tahun 1932 sebagai anak dari seorang bapak
orang Mesir dan ibu wanita Prancis, kedua-duanya dokter. Dalam usia kecilnya
ia belajar di sekolah Prancis di Port Said (Mesir) dan kemudian meneruskan
di Prancis. Ia mendapat diploma Ph D ilmu politik dalam tahun 1952, diploma
ilmu statistik dalam tahun 1956, dan ilmu ekonomi tahun 1957.

Sejak datang ke Paris, dalam usia mudanya ia menjadi anggota Partai Komunis
Prancis, tetapi kemudian menjauhkan diri dari Partai ini akibat ketidak
persetujuannya terhadap politik Partai Komunis Uni Soviet. Dalam jangka lama
sekali ia dikenal sebagai intelektual Maois.

Dalam tahun 1957 ia mengeluarkan thesisnya The origins of underdevelopment -
capitalist accumulation on a world scale . The structural effects of the
international integration of precapitalist economies. A theoretical study of
the mechanism which creates so-called underdeveloped economies (Asal usul
keterbelakangan –akumulasi kapitalis dalam skala dunia. ...... ...... ).

Sejak lama Samir Amin dikenal sebagai guru besar di bidang ilmu ekonomi
politik, terutama soal-soal development, Ia mengajar ekonomi di Universitas
Poitiers (Prancis), Paris dan Dakar (Senegal). Ia telah menulis banyak
sekali (berpuluh-puluh) buku tentang hukum, masyarakat sipil, sosialisme,
pembangunan ekonomi di negara-negara Afrika dan negara-negara Arab atau
Islam. Ia menetap sudah agak lama di Dakar, tetapi sering mondar-mandir
antara Senegal, Prancis dan Mesir.

Selama 10 tahun (dari 1970-1980) ia menjabat sebagai direktur badan PBB
« UN African Institute for EconomicDevelopment and Planning » di Dakar,
sesudah ia menjadi pejabat tinggi di Kementerian Planning di Mali ketika
negara ini baru merdeka (tahun 1960-1963).

Karena keunggulannya sebagai tokoh besar anti-kapitalisme dan
anti-imperialisme (terutama AS) maka ia dipilih oleh berbagai gerakan di
dunia untuk menjabat sebagai Ketua dari Third World Forum dan juga sebagai
pimpinan utama dari World Forum of Alternatives.

Dengan latar belakang yang seperti disajikan secara singkat inilah maka
kelihatan pentingnya kehadiran Samir Amin sebagai tokoh besar internasional
dalam rangka peringatan 55 Tahun Konferensi Bandung di Indonesia. Peringatan
55 Tahun Konferensi Bandung di bulan Oktober nantinya akan mempunyai bobot
atau arti yang lebih besar lagi dengan partisipasinya seorang yang sangat
terkenal di kalangan gerakan menentang kolonialisme, imperialisme atau
neo-liberalisme, seperti Samir Amin.


Sumber
http://umarsaid. free.fr/

Read More......

Mencari Solusi Pendanaan Pendidikan Tinggi

M Ridwan, Dosen dan Pemerhati Pendidikan

MENJELANG pergantian tahun ajaran, masalah pendidikan pasti menjadi salah satu topik buah bibir masyarakat. Hingga hari ini hal itu masih bergaung. Dua muaranya yang tak berubah tahun demi tahun, seputar biaya dan kualitas pendidikan.

Persoalannya bukan tentang rendah atau setidaknya kewajaran biaya, dan tingginya kualitas pendidikan (tinggi) kita. Melainkan sebaliknya, biaya pendidikan di negeri ini terkenal mahal, sementara kualitasnya tak kunjung memuaskan. Soal kualitas, Newsweek beberapa waktu lalu, misalnya, menempatkan Universitas Indonesia--salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia--di peringkat 61 di antara 77 PT (perguruan tinggi) terkemuka di kawasan Asia.

Menggambarkan dunia pendidikan kita bak mengurai benang kusut. Ujung permasalahan dasarnya, tampaknya, sulit dideteksi. Masyarakat melihat PT telah menjadi lembaga industri (industrialisasi pendidikan). Aspirasi ini ditangkap wakil rakyat di Senayan, tepatnya Komisi VI DPR, yang kemudian mengadakan pertemuan dengan rektor PTN (perguruan tinggi negeri) se-Indonesia.

Sebagai ilustrasi, biaya pendidikan per mahasiswa per tahun di ITB mencapai Rp17 juta, dan di UGM Rp11 juta. Jadi, untuk UGM, dengan mahasiswa sekitar 50 ribu membutuhkan dana operasional pendidikan per tahun sekitar Rp550 miliar. Angka Rp17 juta di ITB dan Rp11 juta di UGM untuk biaya per mahasiswa per tahun itu masih berada di bawah angka yang dicita-citakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas, yakni Rp18 juta per mahasiswa per tahun. Saat ini di Indonesia rata-rata biaya pendidikan per mahasiswa per tahun sebesar enam juta rupiah. Angka yang jauh di bawah harapan Dirjen Dikti.

Dari total biaya pendidikan per mahasiswa per tahun di UGM, rata-rata besarnya SPP yang dipungut dari mahasiswa sebesar satu juta rupiah setiap tahunnya atau hanya sembilan persen. Sisanya disubsidi pemerintah sebesar 56% dan dari universitas 35%. Nah, subsidi inilah yang bakal dipangkas tahun demi tahun.

Bila dikaji secara gamblang saja, jelas terlihat persoalan mendasar tersebut diakibatkan oleh kemampuan pemerintah menyiapkan anggaran belanja yang wajar untuk sektor yang sangat penting bagi masa depan bangsa ini. Angka idealnya, setidaknya 20% APBN untuk pendidikan. Dengan anggaran itulah dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dapat bersaing sejajar dengan negara-negara maju. Namun, tampaknya pengalokasian anggaran belanja negara sebesar itu hampir dapat dipastikan masih sekadar harapan.

***

Dalam kondisi terjadi kelangkaan sumber pembiayaan terhadap sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, pemerintah pun 'terpaksa' melepas empat universitas papan atas yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Dengan status BHMN, keempat perguruan tinggi tersebut mulai disapih dari subsidi pemerintah. Karena itu, keempat BHMN itu harus memutar otak mencari dana sendiri guna menutup biaya operasional kampus. Dan, salah satu langkah kreatif yang masih menjadi bahan perdebatan adalah membuka 'jalur khusus' di luar mekanisme SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru). Itu artinya ada mahasiswa yang bisa masuk PTN dengan memberi sumbangan lebih besar dari jalur normal.

Langkah lain yang tidak populer juga ditempuh dengan menaikkan SPP mahasiswa. Biasanya aksi protes mahasiswa pun tidak bisa membendung putusan kampus menaikkan SPP tersebut. Hal seperti ini bisa saja akan terus terjadi setiap pergantian semester atau tahun dan yang paling terpukul adalah mahasiswa dari kalangan kurang berada atau tidak mampu. Bukankah mahasiswa yang kurang berada itu memilih PTN karena murah dan dipersepsikan punya kualitas bagus? Tetapi, dengan PTN berstatus BHMN, biaya pendidikan di PTN pun lama-kelamaan akan mendekati PTS.

Kondisi ini memang sungguh dilematis bagi pengelola PTN. Tetapi, di sisi lain, mahasiswa pun semakin hari akan dikenai beban biaya perkuliahan yang terus meningkat. Di antara dua kutub inilah yang perlu dicarikan solusinya, paling tidak mengurangi beban dari salah satu sisi. Mungkin cara kreatif pengelola UGM dalam mengurangi defisit dengan menerbitkan reksadana UGM belum dicermati. Atau, bisa juga dengan mengajak pelaku usaha seperti Dr Mochtar Riady yang menjadi salah satu jajaran pengurus di UI. Setidaknya ada input atau sentuhan bisnis dalam pengelolaan perguruan tinggi.

Kita bisa saja becermin bagaimana universitas ternama di AS seperti Harvard, yang punya tim pengelola dana guna membiayai operasional kampus. Tim ini yang mengelola dana milik Harvard guna diinvestasikan di sejumlah instrumen keuangan yang aman, likuid, dan memberi profit. Dengan cara seperti ini, setidaknya pihak Harvard sudah memiliki satu mesin uang yang bisa membantu mengongkosi roda kampus. Mengapa pula cara seperti yang dilakukan Harvard ini tidak dijadikan contoh bagi pengelola kampus di negeri ini. Dan, sesungguhnya masih banyak cara kreatif guna menyiasati defisit biaya operasional PTN.

***

Lalu bagaimana dengan upaya meminimalisasi beban mahasiswa yang harus terus menghadapi pergerakan kenaikan biaya perkuliahan setiap tahun. Memang, diperlukan langkah kreatif yang mesti ditempuh oleh mahasiswa. Tetapi, dengan segala keterbatasan seorang mahasiswa sebaiknya ada pihak lain yang ikut memikirkan atau membantu mahasiswa yang kekurangan dana guna menyelesaikan pendidikan mereka. Untuk itu, diharapkan berbagai lembaga profit seperti perusahaan nasional atau multinasional maupun lembaga nonprofit seperti bank sentral untuk ikut berperan.

Lembaga swasta yang dikenal konsisten menyalurkan beasiswa, antara lain Yayasan Supersemar, PT Astra, PT Gudang Garam, PT Jarum, Unilever, Du Pont, dan Epson. Sementara dari lembaga pemerintah seperti Bank Indonesia dan Pertamina.

Menarik disimak, seolah sudah memprediksi sejak dini, Bank Indonesia (BI) pada tahun ajaran baru ini kian melebarkan sayap program beasiswanya. Sejak program ini digelar pada 1999, BI setiap tahunnya menyediakan beasiswa kepada 10 PTN, yakni USU, Unand, IPB, Unpad, ITB, Undip, UGM, Unair, Unibraw, dan Unhas. Melalui kerja sama dengan kesepuluh PTN tersebut, hingga kini sekitar 1.000 mahasiswa kurang mampu dapat mengikuti proses kuliah tanpa hambatan biaya lagi. Dan, mulai tahun ajaran 2003/2004 ini program beasiswa BI--yang murni sosial tanpa ikatan dinas--meluas mencakup 61 PTN dari Sabang sampai Merauke. Langkah BI ini semestinya bisa diikuti lembaga pemerintah atau nonpemerintah lainnya yang peduli atas masa depan bangsa melalui penyisihan dana bagi mahasiswa berprestasi tetapi kurang mampu.

Perluasan program beasiswa BI ini memungkinkan jumlah mahasiswa yang terbantu meningkat signifikan. Dengan terjalinnya kerja sama dengan seluruh PTN, maka BI 'menyelamatkan' proses perkuliahan sekitar 3.000 mahasiswa per tahun ajaran.

Memang, peningkatan tersebut belumlah berarti dibanding jumlah keseluruhan mahasiswa maupun calon mahasiswa, yang terkendala proses pendidikannya akibat kekurangan biaya. Namun, sumbangsih lembaga di luar PT yang menyiapkan beasiswa dapat menjadi solusi berarti bila semakin banyak partisipasi dari sumber-sumber lainnya. Sebaiknya, pihak perguruan sendiri proaktif mencarikan beasiswa bagi mahasiswa mereka dengan menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga donatur.

Paling tidak, persoalan yang dihadapi Universitas Brawijaya Malang misalnya, yang saat ini setidaknya ada 500 mahasiswa menunggak SPP, bisa dicarikan solusinya. Apalagi di universitas ini setiap tahun akademik baru jumlah tersebut cenderung menunjukkan peningkatan. Untuk ini, Unibraw sejak beberapa tahun lalu aktif berburu donatur yang memberi bantuan secara tulus, tanpa diembeli-embeli persyaratan yang mengikat mahasiswa. Dan memang, hingga kini, seluruh lembaga swasta yang memberi beasiswa tanpa ikatan apa-apa. Bahkan, BI sendiri ingin ada lulusan Unibraw yang bekerja di lembaganya itu, tetapi sampai sekarang belum ada yang memenuhi syarat.

Sesungguhnya para pengelola perguruan tinggi di dalam negeri memang masih minim sentuhan kreativitas dalam mencari terobosan pendanaan. Apalagi dengan kondisi APBN yang seret memberi pasokan rupiah bagi PTN maka sudah waktunya kreativitas itu bisa dimunculkan. Meski diprotes banyak pihak dan mahasiswa, pembukaan 'jalur khusus' yang tetap memerhatikan asas kepatutan adalah buah kreatif itu. Dan, sebaiknya ide seperti itu jangan dimatikan, bahkan mungkin di sana-sini perlu ada sentuhan revisi dalam pelaksanaannya. ***


Read More......