Kemendiknas rintis Taman Bacaan Masyarakat di Mall

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) merintis taman bacaan masyarakat (TBM) berbasis masyarakat di pusat perbelanjaan atau mal. Sarana pendidikan untuk menjangkau para pengunjung mal ini mengusung 'branding TBM@mall'.

"Kita akan membangun perpustakaan- perpustakaan, library-library corner, baik di pusat-pusat keramaian misalkan di mal-mal termasuk di taman bacaan-taman bacaan atau pusat bacaan masyarakat di beberapa daerah. Itu yang kita perkuat, sehingga anak-anak kita bisa membaca secara langsung dan gratis," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, Selasa (23/2).
Mendiknas menyampaikan, pengembangan keterjangkauan pendidikan terkait dengan biaya pendidikan mulai dari biaya langsung, seperti SPP sampai dengan uang saku. "Karena itu, mengembangkan buku yang murah adalah bagian dari membangun keterjangkauan.

catatan saya:

Di dunia Industri sangatlah dikenal apa yang disebut dengan Quality Controll.
Banyak pihak sering dilibatkan untuk QC tersebut, melalui pemberian Sampel produk.
Apa yang sering terjadi adalah bahwa produk QC tersebut tidak dimanfaatkan oleh penerima QC oleh berbagai sebab.
Di dunia Penerbitan umpamanya banyak pihak dan Tokoh diberikan Sampel. Dan diharapkan penerima sampel akan membaca kemudian menganjurkan masyarakat yang lebih luas membaca buku tersebut.

Kenyataannya Para Penerbit akan kecewa karena ketika berbulan kemudian menanyakan komentar tentang buku tersebut di jawab :wah... Maaf... Belum ada waktu... sibuk buka pameran dan alasan-alasan seterusnya.
Akan sangat berbeda apabila sang Tokoh masuk Toko Buku atau membaca Resensi buku lalu bergegas membeli buku dan mencuri waktu membaca buku yang dia butuhkan
umpamanya Gurita Cikeas yang bahkan buku bajakannya yang harganya 4 kali buku asli dibeli kalangan berduit Jakarta.

Di Jakarta jumlah Toko Buku sudah lumayan banyak di mana anak-anak dan remaja bebas membeli dan membaca buku di sana.

Nyaris di setiap Mal ada toko buku, sehingga cukup mencengangkan ide Menteri Pendidikan untuk membangun Taman Bacaan di Mal apalagi buku yang murah dengan alasan supaya terjangkau.

apakah kita mau membangun minat baca melalui buku murah????
Apakah kalau buku murah sudah otomatis Laris????
Saya melihat buku murah di Pusat Buku Indonesia Kelapa gading malah hampir bangkrut karena tidak ada yang datang membeli dan keuntungan Pedagang tidak cukup untuk membiayai operasional usahanya.

Mungkin akan jauh lebih tepat membangun TBM di daerah perumahan bekerja sama dengan RT/RW dan kelurahan. Demikian pula di daerah transmigran atau luar Jawa yang sangat miskin Toko Buku.

Sumber
http://www.harianterbit.com

0 komentar:

Posting Komentar