840 Guru Meriahkan Sarasehan Guru Se-DKI Jakarta
Peluncuran Perdana HP Flexi-Klub Guru Indonesia – Bertempat di Aula Pangeran Kuningan Telkom, Gedung Telkom Jl. Gatot Subroto Jakarta dilakukan memorandum of understanding (MoU) antara PT Telkom Tbk dengan Klub Guru Indonesia (KGI) untuk pengadaan handphone Flexi-Klub Guru Indonesia berisi konten pendidikan yang sesuai dengan profesi guru. Tampak Deputy Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian kependudukan dan Permukiman Margani M.Mustar (sebelah kanan prototipe handphone) didampingi Satria Dharma, Ketua KGI, Ign B Budisuranto, EGM Flexi Businesss Development PT Telkom Tbk, dan Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Sabtu (13/2)
Jakarta, 14 Februari 2010
Suasana Aula Pangeran Kuningan Telkom, Gedung Telkom di Jl. Gatot Subroto Jakarta dari mulai pukul 07.00 pagi tampak mulai dipadati oleh para guru-guru yang berdatangan dari segala penjuru wilayah DKI Jakarta. Lebih dari 840 guru memenuhi ruangan Aula untuk mengikuti Sarasehan Guru Se-DKI Jakarta dan Soft Launching Flexi-Klub Guru Indonesia, Sabtu (13/2). Tampak hadir dalam acara tersebut masing-masing Deputy Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian kependudukan dan Permukiman Margani M.Mustar, DR. Baedhowi M.Si, Dirjen PMTK, Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Satria Darma, Ketua Klub Guru Indonesia (KGI) Pusat didampingi Rama Royani, Ketua KGI-DKI Jakarta serta beberapa pejabat dari PT Telkom Tbk.
Selain acara sarasehan, juga dilakukan penandatanganan kerjasama antara PT Telkom Tbk yang diwakili Ign B Budisuranto, EGM Flexi Businesss Development dan Klub Guru Indonesia oleh Satria Darma dalam penyediaan handphone Flexi-Klub Guru Indonesia. Inovasi terbaru dari anak negeri Flexi ini menjadi salah satu solusi komunikasi bagi para guru di Indonesia. Di dalam handphone akan tertanam fitur-fitur yang mendidik diantaranya Info KGI berupa update info terbaru tentang Klub Guru, maupun penyelenggaraan seminar dan workshop yang bisa diikuti para guru.
Konten lainya adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berisi informasi lengkap tentang karya tulis ilmiah, berupa daftar KTI Pilihan yang bisa dijadikan sumber isnpirasi, tema-tema KTI dan status KTI para guru. Masih ditambahkan pula klub diskon berupa potongan harga dari para merchant yang sudah bekerjasama dengan KGI. Sebakin lengkap fiturnya karena masih ada konten kios musik, kios buku, dan kios digital yang akan diisi berbagai novel digital yang bisa diakses dengan mudah di mana saja dan kapan saja.
Dalam pengantarnya, Satria Darma, Ketua KGI Pusat, memberikan wawasan bahwa ciri-ciri negara-negara maju indikator yang gampang dikenali adalah melalui maju tidaknya dunia pendidikan dan para pendidiknya alias guru. Untuk itulah kalau Indonesia ingin maju, tidak ada pilihan lain selain harus memajukan duni pendidikan. Satria juga memberikan kabar gembira bahwa KGI sendiri sebagai organisasi profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme para guru sudah diakui keberadaaannya melalui ijin Departemen Hukum dan HAM melalui induk Ikatan Guru Indonesia (IGI). “Sehingga kini para guru sejajar dengan profesi lain semisal ikatan dokter maupun profesi lainnya,” kata Satria mantap.
Mewakili pemerintah daerah DKI Jakarta, Margani, Deputy Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Fauzi Bowo, Gubernur DKI yang berhalangan hadir, menyampaikan pembangunan daerah di Ibukota tidak memungkinkan kalau harus mengandalkan potensi dari sumber daya alam. “Karena DKI Jakarta tidak memiliki potensi sumber daya alam seperti di daerah lain, maka pemerintah daerah sangat memahami bahwa kelebihan kami terletak di eilayah sumber daya manusia.”
Menyadari pentingnya sumber daya manusia ini, lanjut Margani, Pemda serius memperhatikan kualitas di sektor SDM. “Misalnya kami adalah pemerintah daerah yang pertama kali menerapkan alokasi 20% dana APBD untuk pendidikan. Di samping itu kami terus-menerus memperhatikan kesejahteraan para guru melalui tunjangan kerja daerah yang menjadikan profesi guru kini memiliki total packace salary di atas rata-rata pegawai negeri sipil lainnya,” imbuhnya.
Acara sarasehan yang seharusnya dihadiri oleh Mendiknas, M. Nuh, akhirnya diwakili oleh Dirjen PMTK, DR. Baidhowi. Dalam sambutannya Baidhowi menyampaikan pesan Mendiknas kepada para peserta sarasehan guru. “Pesan dari Pak Menteri sejatinya yang pertama ditujukan buat saya sendiri karena saya juga seorang guru. Ada tiga pesan yang dititipkan,” ujar Baidhowi.
Pesan pertama, guru harus mempunyai cita-cita yang jelas sebagai seorang pendidik. Karena dengan cita-cita yang jelas, guru akan lebih pasti dalam melangkah. Pesan kedua, guru harus terus memperkaya ilmu sehingga bisa memberikan bekal yang cukup kepada anak didiknya. “Dan pesan yang ketiga adalah guru harus memiliki karakter yang kuat. Guru adalah suri tauladan sehingga ia harus menjadi role model yang baik bagi murid-muridnya.”
Sarasehan guru yang telah diagendakan oleh kepengurusan KGI-DKI untuk bisa berinteraksi langsung dengan para anggotanya juga menghadirkan DR. Indra Jati Sidi didampingi Rama Royani selaku Ketua KGI-DKI dalam diskusi panel dengan topik “Peran Pendidikan dalam Membangun Karkater Bangsa”. Dalam paparannya, Abah Rama –panggilan akrab Ketua KGI-DKI ini- memberikan materi yang saat ini sangat relevan yakni tentang karakter.
Abah Rama menyebut ada dua dimensi karakter yang ada dalam setiap pribadi, yakni performance character dan moral character. Performance character adalah kualitas sesorang yang dibutuhkan untuk memetik hasil melalui sikap kerja keras, disiplin diri, banyak akal, pantang menyerah, bertanggungjawab serta memiliki integritas. Sedangkan moral character adalah kualitas untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan melalui cara berbagi, memiliki kepedulian, membantu orang lain, menjaga lingkungan maupun sedekah.
Abah Rama menekankan, kedua karakter tersebut akan muncul ketika seseorang berada pada lingkungan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. “Karena kalau orang bekerja di area yang disenangi dan sesuai maka performance character itu akan muncul melalui cerminan sikap rajin, tepat waktu, kerja keras dan disiplin.” Demikian juga dengan guru, lanjut Abah Rama, kalau sudah menemukan area yang tepat maka tugas guru yang sejatinya adalah memandu anak muridnya agar menemukan bakat dan potensi kekuatan mereka akan bisa dikerjakan dengan mudah. “Tentu saja setelah para guru itu sendiri mengetahui bakat dan minatnya masing-masing.”
Untuk itulah, masih menurut Abah Rama, KGI-DKI memiliki program kerja yang salah satunya adalah memetakan kekuatan guru-guru di wilayah DKI Jakarta. “Saat ini kami telah memiliki database 800 guru dan akhir bulan Februari ini akan bertambah menjadi 2.000 guru.” KGI-DKI, sebut Abah, malah bermimpi seluruh guru yang ada di wilayah ibukota sebanyak 100.000 guru bisa dipetakan bakat dan potensinya semua.
“Peta kekuatan guru sebagai database akan sangat berguna bagi para kepala sekolah untuk mengetahui kekuatan para guru yang ada di lingkungan sekolahnya dan memberikan tugas-tugas yang sesuai. Di samping itu dengan peta guru juga bisa dijadikan sebagai acuan pengembangan kualitas SDM yang efektif,” tutur Abah sembari menambahkan bahwa peta kekuatan guru di tingkat nasional juga sangat diperlukan sebagai bahan dasar pengambilan kebijakan pendidikan.
Dalam kesempatan sarasehan ini, Abah Rama menyampaikan dua buah buku kepada Mendiknas yang diwakili oleh DR. Baidhowi. Buku pertama adalah hasil Talents Mapping 800 guru di wilayah Jakarta, dan bukua kedua ‘Report to The Nations Smart & Good School’, yakni hasil penelitian para profesor luar negeri berisi laporan tentang langkah-langkah membangun karakter di sekolah. Report ini hasil penelitian tentang sekolah-sekolah di luar negeri berikut best practices yang bisa dijadikan inspirasi untuk diterapkan di sekolah-sekolah dalam negeri.
Menambahkan peran penting karakter di kalangan pendidik, DR. Indra Jati Sidi yang tampil sebagai pembicara kedua juga menekankan pentingnya karakter bagi para guru-guru. Dengan gayanya yang enerjik, Indra yang juga sebagai Dewan Pembina KGI, memberikan wawasan pengalamannya mengajar di Kampus ITB maupun pengalaman tak terlupakan selama mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.
“Karakter di Amerika itu sangat dijunjung tinggi. Sebagai misal kalau teman kita tidak masuk seminggu, biasanya kita akan dengan senang hati memberikan catatan agar dia tidak tertinggal. Namun buat mereka ini justru sebuah penghinaan karena baginya itu merupakan bagian dari konsekuensi dan tanggungjawab pribadi selama dia sakit, bukan menjadi tanggungjawab orang lain,” ujar dosen yang gemar berolahraga ini.
Indra menambahkan sejak dulu para pendiri bangsa sudah menekankan pentingnya pembangunan karakter. “Kita bisa melihat bagaimana Indonesia dulu pernah dikenal sebagai negara yang disegani melalui sosok pemimpin Bung Karno dengan karakternya yang kuat. Tugas kita sekarang adalah mengembalikan kebanggaan kita dalam berbangsa dan bernegara melalui moral dan karakter yang tinggi,” tukas Indra lagi. [rudi-kgi-dki]
Untuk keterangan lebih lanjut:
Rudi K
Media Relations KGI-DKI
0817-9138-669
Email: erkoes@yahoo. com
0 komentar:
Posting Komentar