SBI BELUM BERIKAN PENGARUH BERARTI BAGI DIKDASMEN
Jakarta, 2/6 - Lima tahun pelaksanaan sekolah bertaraf internasional untuk pendidikan dasar dan menengah pada kenyataannya belum memberikan pengaruh yang berarti baik bagi peningkatan mutu pendidikan maupuan kemajuan pendidikan nasional.
Demikian salah satu kesimpulan dalam disertasi evaluasi kebijakan pendidikan nasional tentang penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI) untuk pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen) yang disampaikan Mudjito Ak untuk memperoleh gelar doktor pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Jakarta, Rabu.
"Masih terdapat persoalan, antara lain beberapa faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan belum berperan secara optimal. Faktor tersebut baik yang bersifat legal, konseptual maupun faktual," kata Mudjito, yang juga menjabat Direktur TK/SD Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kemdiknas.
Masalah aspek legal terkait dengan peraturan perundang-undangan atau peraturan-peraturan perundangan yang menjadi justifikasi terhadap teknis dan mekanisme pelaksanaan SBI di Indonesia.
Mengenai masalah konseptual, berkaitan dengan pemahamam berbagai pihak terhadap SBI dan masalah faktual berkaitan dengan kesiapan pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan serta kesiapan sarana dan prasarana.
"Padahal pemerintah telah menyiapkan segala perangkat untuk keberhasilan penyelenggaraan SBI, karena tujuan penyelenggaraan SBI ini untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus," ujarnya.
Pelaksanaan kebijakan (SBI) pada setiap jenjang pendidikan merupakan strategi peningkatan mutu pendidikan secara sistematik. Oleh karena itu, keberadaannya lebih dimasudkan sebagai upaya memberikan layanan pendidikan secara berkualitas yang dapat disetarakan dengan berbagai negara lain, terutama yang tercakup dalam negara-negara OECD.
"Walau demikian bukan berarti sekolah bertaraf internasional merupakan lisensi sekolah asing ataupun sekolah bertarif internasional. Namun sebagai konsekuensi dari penyelenggaraan pendidikan dengan standar melebihi Standar Nasional Pendidikan (PP no 19 tahun 2005) dapat berimplikasi pada beban pembiayaan pendidikan oleh masyarakat," katanya.
Mudjito mengatakan, pada umumnya hasil ujian nasional (UN) siswa SBI lebih unggul dibanding sekolah lain dan umumnya berhasil masuk ke jenjang pendidikan tinggi yang diharapkan.
SBI mampu menghasilkan kompetensi lulusan lebih baik melalui prestasi pada kompetisi olimpiade bidang pelajaran seperti fisikia, kimia, matematika dan biologi pada skala internasional.
Konsisten
Namun demikian, Mudjito mengatakan pada tataran kebijakan terdapat sejumlah aturan yang tidak konsisten dalam mengatur penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).
"Tidak konsisten dalam arti kebijakan tertinggi sudah dirumuskan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 namun peraturan pemerintah yang khusus secara tegas mengatur penyelenggaraan SBI belum ada," katanya.
Penelitian terhadap sekolah penyelenggara SBI untuk pendidikan dasar dan menengah dilakukan di dua propinsi, yakni DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.
Alasan pemilihan dua wilayah tersebut, yakni Jakarta sebagai ibukota negara memiliki tingkat keberagaman sosial masyarakat cukup tinggi sekaligus menjadi barometer pendidikan Indonesia.
Sedangkan pemilihan Yogyakarta karena merupakan wilayah yang menjadi titik tengah antara propinisi yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi dan propinisi lain yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikannya tergolong rendah .
Sidang terbuka Senat Universitas Negeri Jakarta yang diketuai Rektor Universitas Jakarta, Prof Dr Bedjo Sujanto M.Pd memberikan gelar doktor dengan predikat kelulusan cum laude kepada Mudjito Ak.
Sumber
(ANTARA)
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
0 komentar:
Posting Komentar