Nilai SMK Jeblok karena Program SMK Bisa
KLOJEN - Pengamat pendidikan di Kota Malang punya penilaian sendiri terkait jebloknya hasil ujian nasional untuk siswa SMK pada tahun ini.
Direktur Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang Marthen Pali mengatakan, lonjakan jumlah siswa yang gagal dalam UN tahun ini tak lepas dari program SMK Bisa yang cenderung dipaksakan oleh pemerintah. "Saya sudah perkirakan sebelumnya, program ini ibarat bom waktu yang siap meledak," ujar pakar konseling sekolah ini, Rabu (28/4/2010).
Marthen mengatakan, tujuan pemerintah sebenarnya bagus, yaitu memfokuskan siswa belajar di sekolah kejuruan demi memperkecil pengangguran. Hanya, akibatnya yang tidak dipikirkan.
"Siswa digiring ke SMK, tetapi jumlah guru dan kelas tidak ditambah, tidak berimbang," ujar Marthen.
Kondisi semakin pelik, kata dia, karena guru kejuruan tidak bisa disiapkan secara instan. Ada keterampilan khusus yang tidak dipunyai guru umum.
"Tak mengherankan siswa gagal UN makin banyak. Pemerintah tidak sadar program ini salah. Program 60 SMK/40 SMA jangan dijalankan sebelum tenaga pendidik siap," katanya.
Sementara itu, pakar pendidikan dari Fakultas Ekonomi UM Hari Wahyono menyebut konsep UN untuk SMK salah kaprah. Siswa SMK, yang mengandalkan keterampilan teknis di lapangan pekerjaan, tidak semestinya diuji secara tertulis seperti UN.
"Siswa SMK disiapkan bekerja sesuai sekolahnya. Mereka jago dalam keterampilan lapangan, tapi lemah untuk soal tertulis. Coba, di dunia kerja praktis, apa ditanyakan soal-soal Matematika itu?” kata Hari.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Shofwan tetap membantah penilaian itu. Shofwan berdalih, hasil jeblok ini lebih akibat adanya mata ujian teori kejuruan yang baru diujikan tahun ini. (nab)
http://edukasi. kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar