Sekolah Perbatasan Peroleh Bantuan Teknologi

JAKARTA--MI: Sebanyak 55 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) diterjunkan ke daerah terdepan dan tertinggal di perbatasan untuk menyiapkan sistem teknologi informasi (TI) dengan sistem multicast di sekolah-sekolah.

Upaya tersebut bertujuan supaya para guru, murid, dan masyarakat di daerah itu mendapatkan ilmu-ilmu terbaru dan terkini yang berkembang.

"Kita coba akselerasi dengan fasilitas-fasilitas TI, sehingga sekolah yang lokasinya di daerah-daerah tertinggal, dapat memperoleh ilmu-ilmu yang terbaru," kata Direktur SEAMOLEC Gatot Hari Priowirjanto kepada pers di Jakarta, Jumat (9/4).

Program tersebut merupakan kerja sama antara SEAMOLEC dan ITB atas permintaan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Kemdiknas. Selain melengkapi dengan peralatan TI, program ini juga untuk membantu percepatan kualifikasi serta pelatihan guru.

Gatot mengatakan, SEAMOLEC adalah lembaga regional di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang berfokus pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Ia menyebutkan, lokasi-lokasi yang sudah terpasang dengan peralatan multicast di antaranya adalah SMKN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, SMKN 1 Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, dan SMAN Tabukan Utara, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Lebih lanjut dikatakannya untuk tahap kedua telah disiapkan sebanyak 66 mahasiswa yang disiapkan untuk menggantikan dan membantu daerah lain yang memerlukan percepatan kualifikasi guru dan peningkatan mutu sekolah.

"Harapannya pada Juli ini prioritas untuk guru-guru PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)," katanya.

Kepala Bagian Perencanaan Ditjen PMPTK Kemdiknas Siswoyo menyampaikan, untuk mengejar target 2014 guru berkualifikasi S1 maka diperlukan terobosan salah satunya dengan menggandeng SEAMOLEC.

Untuk daerah tertinggal, kata dia, satu kelompok kerja guru telah diberi lima unit laptop. "Dengan multicast ini, harapannya perguruan tinggi yang akan mengirim materi dapat diterima oleh teman-teman di daerah," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur SEAMOLEC Gatot Hari Priowirjanto menyatakan, lembaga tersebut juga mengirimkan sebanyak 21 kepala sekolah untuk mengikuti Program Kemitraan Sekolah ke Jerman dan New Zealand. Program ini bertujuan untuk menciptakan kerja sama antara sekolah-sekolah di Indonesia dengan sekolah-sekolah negara mitra.

"Di Eropa sudah terjadi pertukaran siswa antar sekolah dengan cepat. Kita dorong sekolah, guru, dan kepala sekolah untuk bisa langsung proaktif," katanya.

Dikatakannya, sebanyak 10 kepala sekolah SMA dari Jawa Timur dan empat kepala sekolah SMP dari Jawa Tengah akan mengikuti workshop di Wellington, Selandia Baru. Kegiatan yang sama juga akan dilakukan pada 18-28 April 2010 di Berlin, Jerman dengan perwakilan enam kepala sekolah SMA dan satu kepala sekolah SMK dari Surabaya, Jawa Timur.

Gatot mengatakan, SEAMOLEC adalah lembaga regional di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang berfokus pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Inisiatif program kemitraan sekolah Indonesia dengan negara lain telah diawali dengan negara-negara di daerah Asia Tenggara seperti Filiphina, Thailand, dan Vietnam.

"SEAMEO- SEAMOLEC harus melayani 11 negara di Asia Tenggara dan tujuh negara di luar Asia Tenggara yang merupakan associate member dari SEAMEO," katanya.

Gatot menyebutkan, selain ke Jerman dan New Zealand, pada tahun ini program kemitraan juga akan dilakukan dengan Kanada, Belanda, Perancis, dan Spanyol.

Menurut dia, pengalaman dua institusi akan menyebabkan sekolah akan berkembang dan siswa juga punya keberanian. "Kita hanya membuka pintu awalnya. Setelah itu mereka kita dorong dengan swadaya dan swadana. Kemitraan di ASEAN juga intensif kita lakukan," katanya. (Ant/OL-7)

0 komentar:

Posting Komentar